07

9.7K 595 1
                                    

Setibanya di ruang makan, Alea juga tidak melihat kehadiran Ezra di sana. Hanya ada Mira yang berdiri di sebelah meja makan terlihat menunggu kedatangannya.

"Di mana Ezra? " Tanya Alea kepada pelayan pribadinya, dia mendudukkan dirinya di kursi paling ujung yang merupakan miliknya.

"Saya tadi melihat Tuan turun dari kamar Anda, setelah itu langsung pergi ke dapur " Ucap Mira sopan, tidak ada nada meremehkan saat menyebut kata 'Tuan' untuk memanggil Ezra.

Meskipun Ezra di anggap sebagai pelayan oleh seluruh orang di mansion, Mira adalah satu-satunya yang menghormati Ezra sebagai suami dari Nona-nya. Dia tidak pernah menghina ataupun menyakiti pria itu, melainkan menghormatinya sebagaimana semestinya.

Terkadang Mira juga diam-diam memberikan makanan saat Alea melarangnya memakan apapun dari mansion. Mira memang tidak pernah membelanya secara langsung di depan Alea, karena bagaimanapun majikannya adalah Alea, bukan Ezra, tapi dia masih bisa membelanya jika di depan orang lain.

Mira berharap suatu hari nanti Alea akan membuka hatinya untuk Ezra, dan sepertinya keinginanya akan menjadi kenyataan, karena sejak tadi malam , Nona-nya mulai berubah menjadi lebih baik, terutama kepada Ezra.

"Untuk apa dia ke dapur? " Tanya Alea heran.

"Saya tadi juga sempat menanyakan itu, Tuan bilang kalau dia akan makan di dapur agar tidak mengganggu Anda "

"Menggangguku? " Alea mengernyit mendengar perkataan Mira.

"Maaf jika saya lancang, tapi menurut saya Tuan Ezra melihat kedatangan Tuan Gavin saat turun tadi, jadi dia memilih ke dapur dari pada mengganggu Anda " Jawab Mira mengutarakan pendapatnya.

Tapi sepertinya memang begitulah adanya, tangga dari kamar Alea menghadap ke ruang tengah, jadi Ezra pasti melihat kedatangan Gavin ke mansion, dan jika di lihat dari sifat pria itu, Ezra akan memilih untuk menghindar dari pada melihat istrinya bermesraan dengan pria lain, karena dia tidak mungkin bisa menghentikan itu meskipun ingin.

Kini Alea paham dengan apa yang terjadi, sebelumnya dia selalu bermesraan dengan Gavin tanpa mempedulikan kehadiran Ezra di sekitarnya. Jika dilihat dari alur waktu yang berjalan, mereka memang belum pernah melakukan hal intim meskipun sebatas ciuman, tapi tetap saja dia selalu berbicara lembut padanya, menyuapinya, dan bahkan memeluknya di depan Ezra, yang mana perlakuannya itu tidak pernah sekalipun dia tujukan pada suaminya sendiri.

Pantas saja Ezra merasa cemburu dan takut saat melihat Gavin sedang berada di mansionnya. Mungkin dia tidak ingin hatinya tersakiti lagi setelah di terbangkan oleh Alea dengan perubahan sikapnya.

Memikirkan itu, Alea beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah dapur. Di sana terlihat Ezra sedang memegang piring dan hendak mengambil nasi, Alea melangkahkan kakinya mendekat dan mencekal pergelangan tangan Ezra, menghentikan pergerakannya yang hendak mengambil nasi.

Para pekerja yang hendak makan malam terkejut melihat kedatangan majikannya di dapur, mereka semua tau kalau Alea paling anti masuk ke sana karena menganggap kotor tempat itu, tapi kini mereka melihat Alea memasuki dapur hanya untuk mencari Ezra, padahal bisa saja dia menyuruh pelayan pribadinya untuk memanggilkannya.

"Nona Alea! " Sapa semua orang yang ada di sana, mereka juga berdiri sembari menunduk hormat kepada Alea, padahal sebelumnya mereka sudah duduk dan bersiap untuk makan malam.

Meskipun majikan mereka belum menyantap makan malamnya, mereka tidak mempunyai kewajiban untuk menunggunya sampai selesai. Mereka hanya berkewajiban menyiapkan makan malam di meja makan, setelah itu baru boleh menyantap makan malam di belakang. Kecuali Mira yang merupakan pelayan pribadi Alea, dia harus melayani Alea terlebih dahulu sebelum menyantap makan malamnya. Meski begitu, dia tidak keberatan karena gajinya berkali-kali lipat lebih besar daripada pelayan lainnya.

"Mau ngapain? " Tanya Alea datar, dia ingat kalau tadi menyuruh Ezra turun terlebih dahulu dan menunggunya untuk makan malam bersama, jadi dia tidak suka melihat Ezra tidak melakukan sesuai perkataannya meskipun dia tau ada alasan di baliknya.

"Makan " Jawab Ezra takut, melihat tatapan datar Alea mengingatkannya pada kejadian-kejadian sebelumnya.

"Ikut aku " Ucap Alea sebelum menarik tangan Ezra untuk pergi dari sana, pria itu segera meletakkan piring di tangannya ke meja di sekitarnya dan mengikuti langkah Alea.

Para pelayan yang melihat kejadian itu hanya menatap sinis ke arah Ezra, bahkan ada yang tersenyum penuh kemenangan karena mengira majikannya akan menyiksa Ezra seperi biasanya. Entah apa alasan mereka tidak menyukai Ezra, padahal pria itu sangat baik kepada semua orang, emang sifat mereka aja, di baikin malah njelunjak.

Di sisi lain, Vania dan Gavin masih terdiam di ruang tengah setelah kepergian Alea. Mereka sama-sama bingung dengan sikap Alea yang tiba-tiba berubah.

"Tenang aja, Kak Alea mungkin lagi ada masalah, makanya kayak gitu " Ucap Vania positif thinking, berharap yang dia pikirkan memang benar.

"Semoga aja, takutnya dia tau tentang rencana kita "

"Sstt, jangan bahas itu di sini! " Ucap Vania memperingatkan Gavin yang suka tidak lihat tempat kalau ngomong, bisa saja ada yang mendengar pembicaraan mereka dan menggagalkan rencana yang sudah mereka buat sejak lama.

"Maaf " Sesal Gavin.

"Sekarang kita susul dia ke ruang makan, jangan lupa bujuk Kak Alea supaya rencana kita berjalan lancar " Gavin hanya mengangguk sebagai jawaban.

Saat tiba di ruang makan, Vania dan Gavin tidak mendapati kehadiran Alea, disana hanya ada pelayan pribadi wanita itu dan juga Elena yang baru datang.

"Kak Alea kemana Ma? " Tanya Vania kepaoda mamanya.

"Mana mama tau? " Balas Elena sambil mengedikkan bahunya.

Bertepatan dengan itu, Alea datang ke sana membawa Ezra di belakangnya. Dia duduk di kursinya lalu mengisyaratkan Ezra untuk duduk di sebelahnya.

Tentu saja hal itu mengejutkan semua orang di sana, kecuali Mira yang sudah menduga hal itu sebelumnya.

"Kak? Kenapa dia di sini? " Tanya Vania mewakili rasa penasaran semuanya, sebenarnya dia takut untuk bertanya, karena semua orang pasti tau kalau Alea tidak suka di pertanyakan, tapi rasa penasarannya lebih besar, karena hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya.

"Kanapa? Ada masalah? " Tanya Alea dingin, dia bahkan tidak menatap ke arah Vania, melainkan kepada Ezra yang tengah menundukkan kepalanya dalam. Mungkin dia merasa takut atau tidak nyaman berada di situasi ini.

"Bu-bukan begitu, tapi dia- " Sebelum Vania menyelesaikan ucapannya, Alea sudah memotongnya dengan tegas.

"Mulai hari ini Ezra akan makan bersamaku, disini! Kalau ada yang keberatan silahkan pergi " Mendengar nada tegas Alea membuat semuanya terdiam, tidak ada lagi yang mengungkit hal itu.

Meskipun mereka terkejut dan penasaran dengan perubahan sikap Alea kepada suaminya, mereka tidak bisa melakukan apapun selain menurut, karena Alea tetaplah sang penguasa rumah, dan mereka tidak bisa membantahnya.

Gavin menatap tak suka ketika Alea meletakkan makanan di piring Ezra, tapi sedetik kemudian dia merubah ekspresinya menjadi pria manis yang sedih melihat kekasihnya bersama pria lain.

Mungkin karena terlalu di manjakan oleh Alea, membuatnya melupakan posisinya yang bukan siapa-siapa di mansion ini, berbeda dengan Ezra yang merupakan tuan rumah sebenarnya.

Alea merasakan tatapan Gavin terhadapnya, tapi dia mengabaikannya dan lebih memilih untuk fokus ke makanan di depannya, sambil sesekali mengambilkan lauk untuk Ezra karena pria itu hanya memakan apapun yang ada di piringnya tanpa berani menyentuh yang lain.

Saat makanan di piringnya habis, Alea mengalihkan tatapannya ke piring Ezra yang juga telah kosong, dia berdiri dan meraih tangan Ezra untuk mengajaknya naik ke atas.

Mereka yang masih ada di sana tentunya terkejut melihat itu, terutama Gavin yang menatap kepergian Alea dan Ezra dengan tatapan penuh arti.

Entah sudah berapa kali mereka di buat terkejut oleh Alea hari ini, yang pasti perubahan Alea ini tidaklah baik untuk mereka bertiga.

Memanjakanmu di kehidupan kedua (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang