17

2.9K 204 16
                                    

"Loh, Lea mau kemana? " Tanya Ezra saat melihat istrinya telah siap dengan baju kerjanya, padahal ini akhir pekan, yang seharusnya dia libur dan tidak berangkat ke kantor.

"Aku lupa bilang, hari ini ada pertemuan penting di luar kota " Alea meringis saat mengingat kalau dia lupa tidak memberitahu Ezra akan keberangkatan mendadaknya.

"Oh gitu... Kapan pulang? "

"Emm nanti malam mungkin, kamu baik-baik ya di rumah " Setelah berpikir singkat, Alea menjawabnya.

"Oh iya Lea, aku nanti malem izin keluar ya? " Ucap Ezra meminta izin setelah mengingat sesuatu yang hampir dia lupakan.

"Tumben, mau kemana? " Biasanya Ezra tidak pernah keluar selain bersamanya, makanya dia bertanya.

Ezra pun menceritakan apa yang terjadi waktu Alea meninggalkannya untuk berbicara dengan Gavin beberapa hari yang lalu.

"Eh, kamu Ezra kan? " Sebuah suara di samping Ezra membuat pria itu menoleh untuk melihatnya.

Disana ada seorang laki-laki seumurannya yang wajahnya terlihat tidak asing.

"Kamu... " Ezra berusaha mengingat siapa lelaki di depannya itu.

"Bryan, kita satu kelas waktu SMA " Sahut pria yang menyebut namanya Bryan itu mengingatkan Ezra bahwa dia memang teman sekelasnya dulu.

"Kebetulan banget ketemu di sini, minggu depan ada acara reuni kelas kita, jangan lupa datang ya, kamu kan gak pernah ikut "

"Ha? Reuni? "

"Iya, gak mau tau pokoknya harus datang, tempat dan waktunya aku kirim lewat pesan. Boleh minta nomor kamu gak, biar sekalian aku masukin grup kelas "

Karena sedang badmood akibat ditinggalkan Alea, Ezra segera memberikan nomor telponnya agar Bryan segera pergi dari sana.

Hari itu Ezra tidak berminat untuk memberi tahu Alea tentang reuni itu, sedangkan hari-hari setelahnya dia juga melupakannya. Kalau bukan karena Bryan mengingatkannya kemarin malam, dia pasti sudah lupa akan hal itu.

"Kamu gapapa pergi sendirian? " Tanya Alea khawatir. Andai saja Ezra tidak mendadak memberitahunya, dia pasti akan menunda pertemuannya untuk menemani Ezra.

Sayangnya dia tidak bisa membatalkannya tiba-tiba, karena selain melakukan pertemuan bisnis, Alea juga berencana menemui dokter spesialis jantung untuk Ezra.

"Gapapa kok, aku kan udah gede " Balas Ezra percaya diri.

"Yaudah, nanti biar di anterin sopir, kalau sempet aku nyusul ke sana " Ucap Alea sembari menyerahkan sebuah kartu berwarna hitam kepada suaminya.

"Buat apa? " Tanya Ezra tak paham.

"Buat pegangan kamu, siapa tau mau jajan " Jawab Alea sambil tersenyum lembut, memaksa Ezra untuk menerima kartu itu.

"Buat jajan? " Alea mengangguk ringan, seakan kartu yang dia berikan memang sebagai uang jajan si manisnya.

"Yaudah, aku ambil ya, soalnya aku juga gak punya uang " Ucap Ezra di akhiri dengn cengirannya, agak malu sebenarnya mengakui kalau dia tidak punya uang, tapi memang itulah kenyataannya, dia tidak punya uang sama sekali.

Lagi pula istrinya sangat kaya, tidak masalah bukan kalau memegang salah satu kartunya, Alea juga mengatakan kalau ini untuk uang jajannya, jadi pasti isinya tidak akan sebanyak itu.

Tidak tau saja dia meskipun Alea memiliki beberapa kartu seperti itu, tidak semua orang bisa memilikinya.

*******

Memanjakanmu di kehidupan kedua (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang