11

3.9K 277 4
                                    

Setelah memastikan Ezra benar-benar terlelap dalam tidurnya, Alea beranjak dari ranjang dan berjalan menuju ruang kerjanya. Sebelum itu dia juga meminta Mira untuk mengikutinya.

"Apa yang terjadi sebelum aku datang tadi? " Tanya nya dingin.

"Kalau dari yang saya dengar, Nona Vania menuduh Tuan Ezra sebagai pencuri saat melihat belanjaan yang Nona belikan, setelah itu Tuan Ezra di dorong hingga tanpa sengaja memecahkan guci milik mendiang nyonya Haura "

Mendengar jawaban Mira membuat Alea mengerutkan kening, berani-beraninya adik tirinya menuduh suaminya sebagai pencuri hanya karena melihat barang-barang yang dia belikan. Kalau memang Ezra mengambil apapun di mansion ini pun Alea juga tidak keberatan, toh semua itu miliknya, dan miliknya juga akan menjadi milik suaminya.

Sepertinya dia harus segera menegaskan kepada seluruh penghuni mansion ini tentang status Ezra, sebagai pencegah masalah seperti ini terjadi lagi.

"Nona? " Panggil Mira ragu, dia bingung harus mengatakan atau tidak mengenai kejadian tadi siang, tapi menurutnya Alea berhak tau tentang apapun mengenai suaminya.

Alea menatap tanya ke arah Mira atas panggilan barusan. Mira akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya tanpa mengurangi atau menambah kejadian yang sebenarnya.

Kerutan di kening Alea semakin dalam saat mendengar laporan Mira, apakah suaminya semudah itu di intimidasi? Jika saja yang menemani Ezra hari ini adalah dirinya, kejadian seperti itu tidak akan terjadi. Meski terjadi pun tidak akan berakhir dengan mudah untuk para pembuat masalah itu.

"Baiklah, aku mengerti " Ucap Alea sebagai penutup percakapannya dengan Mira, setelah itu mengisyaratkan Mira untuk keluar dari ruang kerjanya.

'Evan darren? Mencoba mencari masalah denganku, hm? '

*******

Keesokan harinya, Ezra membuka matanya dan mendapati dirinya di pelukan Alea. Meskipun bukan pertama kali dalam posisi seperti ini, namun jantungnya tetap berdebar-debar saat berada dalam jarak sedekat ini dengan istrinya.

Bibirnya menyunggingkan seutas senyum saat netranya tanpa sengaja menatap wajah Alea yang tengah tertidur. Terlena dengan kecantikan istrinya, Ezra tidak sadar jika mata yang tadinya terpejam kini tengah menatap dirinya.

Hal pertama yang Alea lihat saat membuka matanya adalah wajah bangun tidur Ezra yang tengah menatapnya. Bibirnya ikut tersenyum saat suaminya tak kunjung mengalihkan tatapannya dari wajahnya.

"Gak capek, hm? " Tanya Alea sembari mengusap tengkuk leher Ezra yang tengah mendongak agar bisa menatapnya.

"Eh? " Setelah mendengar suara Alea, Ezra baru menyadari jika istrinya telah terbangun. Dia menenggelamkan wajahnya ke dalam dekapan Alea untuk menyembunyikan wajahnya wang memerah.

Dalam hati merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya tidak sadar jika Alea telah terbangun.  Rasanya Ezra ingin menghilang saja dari sana, dia sangat malu karena terciduk memanfaatkan Alea yang sedang tidur untuk memandangi wajahnya.

Di sisi lain, Alea malah terkekeh melihat suaminya yang malu-malu, padahal dia biasa saja jika Ezra memang mau menatapnya, malah dia senang karena berarti suaminya menyukainya, tapi pria itu malah tidak berani menatapnya lagi saat ini.

"Gak mau liat lagi? " Tanya Alea menggoda.

"Lea ihhh " Alea semakin terkekeh di buatnya.

"Udah udah, waktunya bangun, keburu siang " Ucap Alea setelah melirik jam menunjukkan sudah hampir waktunya berangkat ke kantor.

"Kamu turun dulu, tunggu di meja makan! Aku mau mandi bentar trus siap-siap " Ucap Alea penuh peringatan, agar Ezra tidak kabur ke dapur lagi.

Ezra hanya mengangguk sebagai jawaban, setelah itu beranjak dari ranjang dan menuju ke bawah sesuai perintah Alea.

Memanjakanmu di kehidupan kedua (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang