21

2.7K 218 6
                                    

Tidak! Jika Tuhan tidak menakdirkannya untuk menjalani hidup yang bahagia bersama Ezra, dia akan menulis takdirnya sendiri.

Bagaimana pun caranya, dia akan menyelamatkan Ezra!

*******

"Ezra, udah minum obat? " Pertanyaan itu telah menemani hari-hari Ezra akhir-akhir ini. Alea selalu mengontrol jadwalnya untuk minum obat. Entah kenapa istrinya sangat khawatir padanya, bukankah saat pemeriksaan terakhir mengatakan bahwa tidak ada yang serius dengan tubuhnya?

Namun karena tidak ingin membuat Alea selalu mengkhawatirkannya, Ezra selalu meminum obatnya tepat waktu, karena jika tidak Alea sendiri yang akan memaksanya meminum benda menyebalkan itu.

Biasanya wanita itu akan menunggunya sampai obat benar-benar diminum, agar dia tidak kabur. Seperti saat ini, saat dia menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Alea, wanita itu langsung mengambil obat-obatan yang harus dia konsumsi serta segelas air.

"Minum " Ucapnya singkat sembari menyodorkan apa yang ada di kedua tangannya.

Tanpa membantah, Ezra segera meminum obatnya meskipun dengan keadaan terpaksa. Jangan lupa, Ezra tidak suka minum obat!

"Pinter! Aku ke kantor dulu ya, kamu jangan capek-capek, kalau butuh sesuatu minta ke Mira " Ucap Alea sembari menepuk-nepuk puncak kepala Ezra lembut, setelah itu beranjak untuk berangkat ke kantor.

Ezra menatap kepergian istrinya dengan bibir tersenyum. Dia senang saat Alea memperhatikannya seperti ini.

Tiba-tiba saja, matanya menangkap sebuah benda persegi berwarna hitam di atas nakas. Setelah melihatnya, ternyata itu adalah handphone milik Alea, wanita itu melupakannya.

Merasa Alea pasti akan membutuhkannya, Ezra segera mengambilnya dan menyusul Alea hendak memberikannya, namun istrinya sudah terlanjur berangkat ke kantor.

'Apa aku susul aja ya? ' Pikirnya.

Yakin dengan pikirannya, Ezra meminta sopir untuk mengantarkannya ke Vega Corp. Sebenarnya dia juga penasaran seperti apa tempat itu, karena dia tidak pernah pergi ke sana.

Ezra menatap gedung pencakar langit di depannya dengan tatapan kagum. Dia tidak menyangka jika bangunan tinggi di depannya adalah milik istrinya.

Di dalam sana terlihat beberapa orang berlalu lalang dengan berkas di tangannya. Kaca bening yang menggantikan dinding di lantai pertama membuat siapapun bisa melihat apa yang terjadi di dalam.

Setelah mengagumi sesuatu yang ada di hadapan ya, Ezra melangkahkan kakinya melewati pintu masuk.

"Permisi, ruangan Alea dimana ya? " Tanya Ezra kepada resepsionis yang sedang berjaga.

"Maaf? Apakah Anda sudah memiliki janji dengan presdir? " Resepsionis bertanya ramah, karena itu sudah kewajibannya untuk bersikap ramah kepada setiap tamu yang datang.

"Tidak, tapi saya ingin mengantarkan handphone nya yang ketinggalan "

"Mohon tunggu sebentar, saya akan memberitahu asisten presdir terlebih dahulu " Ucap resepsionis dengan senyum di bibirnya.

Namun tiba-tiba ada suara yang terdengar tidak ramah dari arah belakang Ezra, " Apakah tugasmu terlalu sedikit? Hingga masih bisa meladeni orang-orang seperti ini? " Ucap seorang wanita yang kini berdiri di samping Ezra. Dia juga menatap sinis kepada pria di sampingnya.

Nada yang digunakan wanita bernama Bella itu membuat kening Ezra mengeryit saat menatapnya. Mereka tidak saling kenal, tapi kenapa wanita itu seolah tidak menyukainya.

"Maaf Nona, tapi ini adalah kewajiban saya sebagai resepsionis " Jawab resepsionis tetap ramah, tapi bisa di lihat sorot tak suka dari matanya.

"Kau berani membantah ku?! " Wajah Bella terlihat marah karena menganggap resepsionis itu tidak menghormatinya.

Memanjakanmu di kehidupan kedua (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang