35

2.2K 201 35
                                    

"Ezra?! " Alea terbangun dengan napas memburu. Dia langsung terduduk dan mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Pikirannya kembali menelusuri mimpi yang baru saja dia alami. Mengapa dia tiba-tiba bermimpi seperti itu? Ini bukan pertanda bukan?

Di sisi lain, Aksa yang sedari tadi menunggu di luar pintu, kini langsung masuk saat mendengar teriakan Alea. Dia khawatir terjadi sesuatu kepada Nona nya.

"Apa yang terjadi? " Tanya nya khawatir. Saat itu barulah Alea sadar dari lamunannya tentang mimpinya barusan.

"Tidak ada, aku hanya mimpi buruk " Jawab Alea tak berbohong. Dia memang bermimpi buruk, bahkan sangat buruk.

Lagi-lagi Alea kepikiran mimpinya yang sangat aneh . Kenapa Ezra datang ke mimpinya dengan keadaan seperti itu? Wajahnya seperti menyiratkan sesuatu yang tak dapat di pahami oleh Alea.

Dengan mata membola, Alea beranjak dari ranjang yang di tempatinya. Sebuah pikiran acak tiba-tiba bersarang di otaknya.

Dia langsung keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Di susul oleh Aksa yang kebingungan dengan reaksi tiba-tiba Alea.

Mereka menuju ruang ICCU, yang beberapa hari ini di tempati oleh Ezra. Bertepatan dengan itu, beberapa dokter dan juga perawat terlihat tergesa-gesa memasuki ruang ICCU, bahkan sebelum Alea dan Aksa sempat masuk ke sana.

"Ada apa ini?! " Tanya Alea panik, dia menghentikan salah satu perawat yang hendak masuk ke ruang ICCU.

"Kondisi pasien memburuk! " Hanya itu yang bisa di ucapkan oleh perawat. Karena sedang terburu-buru, perawat tersebut langsung meninggalkan Alea tanpa menjelaskan lebih lanjut. Dia juga menutup pintu untuk mencegah siapapun masuk ke dalam.

Melihat pintu yang telah tertutup, Alea merasa tubuhnya sangat lemas. Dia bersimpuh di lantai dengan bahu terkulai, kakinya seperti tidak mempunyai tenaga untuk berdiri. Tanpa dia sadari, sudut matanya sudah mengalirkan sebuah cairan panas yang kini membasahi pipinya.

Aksa yang melihat reaksi Alea, spontan membantunya untuk duduk di kursi tunggu. Dia turut merasa kasihan melihat atasannya dalam kondisi seperti ini.

Di sisi lain, Alea tidak menghiraukan kalimat pemenang yang di lontarkan asistennya. Telinganya terasa berdengung, ucapan Ezra dalam mimpinya kembali berputar.

Apakah mimpinya tadi benar-benar sebuah pertanda?

'Tuhan, jika kau memang ingin mengambil Ezra dariku, mengapa kau harus memberiku kesempatan kedua untuk hidup? Memberiku harapan untuk hidup bahagia bersama Ezra, lalu menghancurkan harapan itu dengan mengambilnya dariku? '

Kini Alea hanya bisa memasrahkan semuanya kepada takdir. Usaha apapun yang dia lakukan, jika Tuhan memang tidak berkehendak untuk mengembalikan Ezra padanya, maka tidak ada yang bisa dia lakukan.

Setidaknya di kehidupan keduanya ini, dia bisa membahagiakan suaminya, meski dalam waktu yang sangat singkat.

"Lea? Bagaimana kondisi Ezra? " Tenggelam dalam lamunannya, Alea tidak menyadari kedatangan Mike, juga tidak menjawab pertanyaannya.

Melihat itu, Aksa menggantikan Nona nya untuk menjawab, " Kondisinya memburuk, dokter masih menanganinya "

Mike melihat temannya yang tengah menangis dalam diam. Dia duduk di sebelah Alea dan merengkuhnya.

Beberapa hari yang lalu dia pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis, dan baru pulang hari ini. Begitu sampai dia langsung ke rumah sakit saat mendapat kabar mengenai kecelakaan yang dialami Ezra.

Andai tau lebih awal, dia pasti akan segera pulang untuk menemani Alea. Wanita itu adalah satu-satunya teman terbaiknya sejak masih duduk di bangku kuliah hingga sekarang.

Memanjakanmu di kehidupan kedua (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang