33

1.9K 149 2
                                    

Sepeninggal Ezra, Alea segera menyuapi Gavin dengan cepat. Dengan harapan bisa segera pergi dari ruangan itu.

Namun setelah meletakkan mangkuk yang telah kosong ke tempatnya semula, Gavin malah mencekal pergelangan tangannya dan menghentikannya.

Pria itu terlihat melirik ke arah jendela kaca yang mengarah ke koridor, setelah itu menarik tangannya keras hingga membuatnya terhuyung ke depan dan menindih pria itu.

Saat dia hendak beranjak dari posisinya, Gavin justru menarik tengkuknya dan menempelkan bibir mereka, membuat amarahnya semakin memuncak.

Bertepatan dengan itu, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan Ezra yang baru datang dan terlihat sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Alea segera memberontak mencoba melepaskan diri, namun Gavin semakin menahannya, membuat mereka terlihat seperti berciuman dengan menggebu.

Setelah berhasil melepaskan dirinya, Ezra sudah berlari entah kemana. Suaminya pasti salah paham dengan apa yang dia lihat.

Semua ini pasti telah direncanakan. Alea melayangkan tangannya dan mendaratkan sebuah tamparan di pipi Gavin, membuat sebuah jejak merah menghiasi pipi putihnya.

Alea merasa tamparan itu tidak cukup, namun dia harus segera mengejar Ezra dan menjelaskan semuanya. Jadi dia menunda melampiaskan kemarahannya pada Gavin, dan memilih untuk mengejar suaminya.

Namun yang dia lihat adalah sesuatu yang paling tidak dia inginkan. Suaminya terbaring di atas tanah dengan darah yang membasahi tubuhnya.

"Ezra! " Teriaknya panik saat menghampiri suaminya. Dia hampir tidak bisa melihat wajah manis suaminya karena tertutup oleh darah yang mengucur dari kepala pria itu.

Tak terasa, air matanya sudah mengalir membasahi wajah cantiknya. Tangannya bergetar, tanpa berani menyentuh tubuh sang suami.

Dia takut menyakitinya. Mulutnya terus meminta tolong untuk memanggil kan perawat atau siapapun yang bisa membawa suaminya masuk ke dalam.

Dalam kekalutan nya, dia berusaha menyadarkan dirinya untuk menghubungi Aksa dan mintanya datang kesini.

Alea tidak bisa menangani ini sendirian. Dan hanya asistennya yang dia punya saat ini.

Di sisi lain, di sebuah ruangan yang juga di rumah sakit ini. Seorang pria yang menjadi dalang dari semua kejadian ini hanya tersenyum saat menerima kabar dari rekannya.

Dia adalah Gavin, dan semua kejadian selama 2 hari terakhir memang sesuai dengan rencananya. Dia bekerja sama dengan saudara tiri Ezra, Evan, yang dia ketahui juga membenci pria yang merusak rencananya.

Mulai dari kecelakaan di depan toko es krim, hingga kecelakaan yang di alami Ezra, semua itu sesuai dengan rencananya.

Mereka memang sama-sama mengalami kecelakaan, namun hasilnya tentu saja berbeda. Evan menabraknya perlahan, dan darah yang menghiasi tubuhnya waktu itu juga bukan darahnya, sedangkan untuk Ezra, Evan menabraknya sekuat tenaga, dan kondisinya saat ini pasti tidak baik-baik saja.

Orang tua Gavin juga ikut dalam rencana ini, begitu juga dokter yang telah di bayar untuk memalsukan kondisinya.

Dan sesuai tebakan, Ezra akan merasa bersalah dan meminta Alea merawatnya. Kalau Ezra tidak Sebodoh itu, mana mungkin rencananya akan berhasil.

Setelah ini dia yakin jika nyawa Ezra tidak akan terselamatkan. Kecelakaan yang baru saja terjadi tidak hanya membahayakan nyawanya, juga memicu penyakit jantungnya agar segera mengantarkannya kepada pencabut nyawa.

Anggap saja Gavin membantu Tuhan dan menggantikannya mencabut nyawa Ezra.

*******

Alea sedang menunggu dengan gusar di depan ruang operasi. Sudah tiga jam berlalu, namun belum ada kepastian mengenai kondisi suaminya.

"Nona, saya sudah menemukan tersangka yang menjadi penyebab kecelakaan tuan "

Aksa yang di panggil oleh Alea 3 jam yang lalu langsung menyelidiki kejadian yang menimpa tuannya. Dan kini dia telah mengetahui siapa yang menjadi otak kejadian itu.

"Siapa? " Tanya Alea dingin. Wajah sembapnya sehabis menangis tidak bisa menutupi kekejaman dalam ekspresinya.

"Tuan Gavin dan tuan Evan bekerja sama dalam hal ini. Selain itu semua kejadian dua hari ini juga telah di rencanakan oleh mereka " Hal mudah baginya untuk mengetahui hal ini, karena kuasa yang di berikan Alea padanya sangat besar.

"Kumpulkan semua buktinya, juga bukti-bukti kejahatan mereka selama ini. Aku ingin mereka mendekam selama mungkin di dalam penjara " Ucap Alea pelan, namun tersirat amarah dalam suaranya.

Sebenarnya amarahnya ditujukan lebih ke dirinya sendiri, bisa-bisanya dia termakan jebakan yang di atur oleh Gavin di kehidupan keduanya ini. Seharusnya dia lebih berhati-hati setelah mengalami semua hal mengerikan di kehidupan pertamanya, bukannya malah seperti ini.

"Baik Nona " Setelah itu Aksa segera memerintahkan anak buahnya melakukan apa yang Alea minta, sedangkan dia menemani Alea di rumah sakit. Takutnya nona nya membutuhkan sesuatu.

Tak lama kemudian, lampu ruang operasi padam, menandakan bahwa operasi telah selesai. Seorang pria dengan seragam scrub keluar dari sana, yang langsung di hampiri oleh Alea.

"Bagaimana kondisi suami saya? " Tanya Alea panik.

"Pasien sudah keluar dari bahaya, namun kondisinya belum stabil dan masih di nyatakan koma. Kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan sadar "

Alea menelan ludah paksa mendengar perkataan dokter. Namun ternyata belum selesai, dokter itu kembali melanjutkan, "Ada satu hal lagi yang harus saya sampaikan "

"Apa itu? " Tanya Alea sendu, dia sepertinya bisa menebak apa yang akan di katakan dokter padanya.

"Kecelakaan kali ini berakibat buruk bagi kondisi jantung pasien. Penyakitnya semakin memburuk, dan jantungnya hampir tidak bisa memompa darah yang cukup ke otak dan organ vital lainnya " Kalimat itu sontak membuat napas Alea tercekat sesaat. Mengapa dia merasa tidak asing dengan kalimat itu?

Ya, kalimat yang sama persis dengan yang di katakan dokter di kehidupan sebelumnya, tepatnya beberapa hari sebelum kepergian Ezra untuk selama-lamanya.

Mengapa dia harus mendengarnya lagi? Bahkan kali ini lebih cepat daripada yang seharusnya.

"A-apa yang harus saya lakukan? " Meskipun bisa menebak apa yang akan dia dengar selanjutnya, Alea masih berharap jika ada yang berubah dari jawaban dokter.

Namun lagi-lagi dia harus menelan kekecewaan, karena sama seperti sebelumnya, dokter mengatakan hal yang sama seperti kejadian terakhir kali.

"Untuk sementara kita bisa menggunakan Intra-aortic balloon pump yang akan membantu jantung untuk memompa lebih banyak darah. Namun solusi utama dan yang terbaik adalah dengan mencari donor jantung secepatnya "

"Akan saya usahakan " Lirih Alea. Setelah itu dokter permisi untuk melanjutkan tugasnya. Sedangkan Ezra akan dipindahkan ke ruang ICCU untuk mendapat pengawasan intensif dari dokter.

"Apa yang harus kulakukan? " Gumam Alea kepada Aksa. Pria itu menahan tubuh Alea yang hampir terjatuh setelah terhuyung beberapa langkah.

Dia khawatir melihat Nona nya. Alea tidak pernah menunjukkan kelemahannya kepada orang lain, apa lagi sisi serapuh ini. Kali ini adalah pertama kalinya Aksa melihat Alea seperti ini, dan dia tidak tahan untuk ikut merasa sedih.

"Saya akan berusaha mencari donor jantung secepatnya. Tuan akan baik-baik saja, anda tidak perlu khawatir " Aksa berusaha menenangkan Alea, meskipun dia sendiri tidak yakin dengan apa yang dia ucapkan.

Namun ucapannya sedikit memberi ketenangan untuk Alea. Ya, mereka akan mendapat donor jantung untuk Ezra. Alea yakin itu!

Sebelumnya dia sudah kehilangan seluruh hartanya, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Sekarang semuanya berbeda, dia pasti bisa mencari donor jantung untuk Ezra.

Meski meyakinkan diri dengan pikiran masing-masing, mereka tentunya tau jika mencari donor jantung tidaklah semudah itu. Apa gunanya harta jika harus mengorbankan nyawa? Mendonorkan jantung sama saja memberikan kehidupannya kepada orang lain, dan belum tentu ada yang mau melakukan itu.

Tapi tidak ada salahnya untuk berusaha. Karena hanya itulah yang bisa mereka lakukan saat ini.

Memanjakanmu di kehidupan kedua (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang