Malam merayap di Desa Akar Belantara, merangkulnya dalam selimut kegelapan yang menyesakkan. Raka, setelah berbicara dengan penjaga tradisi, kembali ke penginapan dengan pemahaman yang baru namun terasa jauh dari memberi ketenangan. Sebaliknya, pemahaman itu memperdalam rasa ketegangan yang menggelayuti dirinya.
Langit malam tampak lebih berat daripada biasanya, seolah mengandung rahasia yang tak terungkapkan. Suara hutan, biasanya lembut dan merdu, kini menebar disonansi yang menusuk. Angin malam menyampaikan bisikan-bisikan tak terdengar, seolah hutan itu sendiri mencoba berkomunikasi dengan bahasa kuno yang tidak bisa dipahami.
Raka duduk di meja kayu kecil di kamarnya, dikelilingi oleh buku, peta, dan catatan yang berserakan. Namun, seiring berlalunya waktu, fokusnya terganggu oleh rasa tidak nyaman yang semakin memburuk. Perasaan itu bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan dengan kata-kata—seperti ada kekuatan tak terlihat yang mengawasinya, sesuatu yang menjangkau batas realitasnya.
Lampu minyak di meja bergetar, menciptakan bayangan yang bergerak liar di dinding. Raka mengerjap, berusaha menyesuaikan matanya dengan gelapnya ruangan, namun bayangan-bayangan itu seakan memiliki kehidupan sendiri. Mereka bergerak dengan pola yang acak, seolah-olah menari-nari mengikuti setiap gerakan kecilnya. Tindakan yang biasanya normal kini terasa seperti bagian dari permainan gelap yang tak bisa dipahami.
Ketika matanya beralih ke jendela, ia melihat cahaya aneh di kejauhan. Cahaya itu tidak berasal dari bulan atau bintang, melainkan aura berkilau yang tampaknya bergetar di tengah hutan. Ada dorongan kuat untuk menyelidiki, namun rasa takut yang mencekam menghambatnya.
Raka melangkah keluar dari kamarnya dengan perasaan berat. Setiap langkah terasa tertahan oleh sesuatu yang tidak tampak. Bayangan-bayangan di sekitarnya bergerak sendiri—kadang seperti siluet makhluk, kadang hanya gelap yang menari-nari. Perasaan dikejar oleh sesuatu yang tak terlihat menyelimuti dirinya, menambah berat setiap langkah yang diambilnya.
Mengetahui bahwa ia harus terus melangkah, Raka mengikuti jalur yang biasa ia lalui menuju hutan. Namun, seolah-olah setiap langkah yang diambilnya menarik kekuatan tak terlihat semakin dekat. Suara "dengkang," yang dulu terdengar seperti ancaman, kini berubah menjadi simfoni gelap yang menyanyikan lagu kematian.
Saat memasuki hutan, udara semakin dingin dan berat. Tanah di bawah kakinya terasa lembab dan licin, dilapisi oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Pohon-pohon di sekelilingnya tampak memiliki bentuk yang aneh, dengan cabang-cabang yang merentang seperti tangan-tangan yang siap menangkap. Ranting-ranting seakan berbicara, dan cahaya-cahaya aneh membentuk pola-pola yang tidak biasa di langit malam.
Raka terhenti di depan sebuah pohon besar yang berbeda dari yang lainnya. Batangnya dipenuhi dengan pola-pola aneh yang bercahaya samar, seolah mengandung energi mistis. Getaran dari pohon itu menyebar ke seluruh tubuhnya, memberi kesan bahwa ia berdiri di pusat kekuatan yang tak terlihat.
Tiba-tiba, pandangannya kabur. Ia merasa diseret ke dalam pusaran gelap. Suara-suara hutan berubah menjadi teriakan yang menakutkan, sementara bayangan-bayangan di sekelilingnya bergerak semakin cepat. Kegelapan seolah-olah bersenang-senang dengan ketidakberdayaannya, menari-nari di sekitar Raka, menguji keberaniannya dan kesadarannya.
Dalam keadaan hampir pingsan, Raka mencoba menenangkan dirinya. Ia mengingat informasi yang telah diperoleh, berusaha menemukan titik terang di tengah kegelapan yang mencekam. Ia tahu bahwa untuk menghadapi kekuatan ini, ia harus lebih dari sekadar peneliti ilmiah—ia harus mengandalkan keberanian dan instingnya.
Namun, meskipun ia berusaha keras, kekuatan tak terlihat itu semakin mendominasi pikirannya. Halusinasi dan ilusi yang mengelilinginya menghalangi jalannya, membuat setiap langkah semakin sulit. Rasa ketidakpastian dan ketakutan menggerogoti keberaniannya, meragukan kemampuannya untuk menyelesaikan penelitian ini.
Ketika ia berhasil memusatkan perhatiannya kembali, Raka melihat sebuah bentuk samar di tengah kegelapan—sebuah siluet besar yang seolah-olah mengamati dirinya dengan tatapan tajam. Ketika Raka mencoba mendekat, bentuk itu menghilang ke dalam kegelapan hutan.
Raka berdiri tertegun, mencoba memahami apa yang baru saja ia lihat. Apakah itu makhluk yang selama ini ia cari, ataukah hanya ilusi yang diciptakan oleh kekuatan mistis? Yang jelas, jalan yang harus dilaluinya tidak akan mudah. Kekuatan ini menolak membiarkannya melanjutkan pencariannya tanpa menghadapi tantangan yang benar-benar menakutkan.
Fajar mulai menyingsing saat Raka kembali ke penginapan dengan hati yang penuh ketegangan. Malam yang baru saja berlalu meninggalkan jejak mendalam dalam dirinya. Ia harus menemukan cara untuk menghadapi kekuatan tak terlihat ini jika ingin melanjutkan pencariannya dan mengungkap rahasia hutan Akar Belantara.
Kekuatan yang tak terlihat ini telah menguji batas keberanian dan kesadaran Raka, memperlihatkan bahwa dunia di sekelilingnya tidak hanya terikat pada hukum-hukum realitas yang biasa ia kenal. Malam itu, ia menyadari bahwa ia berdiri di ambang antara dunia nyata dan dunia mistis, di mana setiap langkah semakin mengungkapkan bahwa ia berada di tengah kekuatan yang jauh lebih besar daripada yang bisa ia bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENGKANG (TAMAT)
HorrorDi sebuah desa terpencil yang tersembunyi di balik lebatnya hutan, setiap malam diiringi oleh suara desisan misterius. Suara itu, yang dikenal sebagai "dengkang," telah menjadi legenda yang membawa ketakutan bagi penduduk desa selama berabad-abad. D...