Bab Bonus: Asal Usul Waru Sakti

3 1 0
                                    

Di masa yang lampau, jauh sebelum dunia seperti yang kita kenal sekarang, terdapat sebuah kerajaan yang tersembunyi di dalam hutan belantara, sebuah tempat yang belum pernah disentuh oleh tangan manusia. Hutan ini dikenal dengan nama Hutan Kencana, sebuah kawasan yang dipenuhi oleh pohon-pohon raksasa, bunga-bunga bercahaya, dan sungai-sungai yang mengalir dengan air yang berkilauan seperti permata. Di pusat hutan ini, tersembunyi dalam lapisan kabut misterius, terdapat sebuah altar kuno yang merupakan pusat kekuatan magis dan kekuatan alam.

Di sinilah kisah Waru Sakti bermula, makhluk setengah dewa berwujud ular anaconda blasteran naga. Waru Sakti bukanlah entitas yang lahir dari kemunculan biasa. Dalam awal mulanya, ia adalah sosok manusia, seorang penyihir yang sangat kuat dan bijaksana bernama Sagara. Sagara adalah seorang pendeta yang diberkati dengan pengetahuan tentang alam dan kekuatan mistis yang melampaui pemahaman manusia biasa. Kekuatan ini, diwariskan kepadanya oleh roh-roh hutan, memberinya kemampuan untuk berkomunikasi dengan makhluk-makhluk alami dan menjaga keseimbangan yang rapuh antara manusia dan alam.

Sagara hidup di sebuah desa yang terletak di pinggiran Hutan Kencana, sebuah tempat yang damai namun penuh dengan ancaman dari kekuatan gelap yang ingin merusak keseimbangan alam. Dia dikenal sebagai pelindung yang gigih dan penyembuh yang ulung. Namun, meski dia sangat dihormati, ada satu rahasia yang hanya diketahui oleh beberapa orang terpilih: Sagara memiliki sebuah kutukan yang diwariskan kepadanya oleh leluhurnya, sebuah kutukan yang akan menjadikannya makhluk setengah dewa setelah dia mengorbankan dirinya untuk melindungi hutan.

Suatu malam yang penuh bintang, ketika cahaya bulan memancarkan sinar lembut di atas hutan, Sagara memutuskan untuk melakukan ritual pemurnian yang sangat penting. Ritual ini, yang dilakukan di altar kuno yang tersembunyi di pusat hutan, adalah langkah terakhir untuk mengikat dirinya dengan kekuatan hutan secara permanen. Dalam proses ini, dia harus menghadapi banyak ujian dan melakukan pengorbanan yang tidak bisa dihindari.

Di altar kuno, Sagara memulai ritualnya dengan mantra kuno yang terdengar seperti nyanyian dari masa lalu:

"Dalam hening malam dan sinar bulan,
Aku bersumpah untuk menjaga keseimbangan.
Roh hutan, dengan kekuatan alam,
Jadikan aku penjaga, dengan ikatan yang mendalam.
Dengan darah dan jiwa, aku mengorbankan diri,
Menjadi makhluk abadi, dalam bentuk yang tinggi."

Mantra ini, dibacakan dengan penuh penghayatan, menghubungkannya dengan kekuatan alam yang ada di dalam hutan. Saat dia mengucapkan kata-kata tersebut, cahaya dari altar mulai bergetar, dan energi magis menyelimuti tubuhnya. Dalam sekejap, Sagara merasakan tubuhnya berubah, dilingkupi oleh energi yang kuat. Dia tidak lagi menjadi manusia biasa, tetapi berubah menjadi makhluk setengah dewa, ular raksasa blasteran naga, dengan sisik berkilauan yang memancarkan cahaya keemasan.

Transformasi ini bukanlah proses yang mudah. Tubuh Sagara bertransformasi menjadi ular yang sangat besar dan kuat, dengan kekuatan yang melampaui imajinasi manusia. Ular ini tidak hanya memiliki ukuran yang menakjubkan, tetapi juga memiliki sayap naga yang membentang megah di sampingnya. Dengan setiap gerakan, ia mengeluarkan kekuatan alam yang dapat mengendalikan unsur-unsur hutan dan mengatur keseimbangan ekosistem.

Namun, ada harga yang harus dibayar. Kutukan yang diberikan kepadanya menciptakan sebuah ambivalensi di dalam dirinya. Meskipun dia memiliki kekuatan luar biasa, dia juga merasakan penderitaan yang mendalam karena harus mengorbankan identitas manusianya. Dalam bentuk barunya, Waru Sakti, dia menjadi penjaga hutan yang tidak hanya melindungi dari ancaman eksternal, tetapi juga berjuang melawan ketidakstabilan emosional dan fisik yang timbul dari transformasi tersebut.

Bertahun-tahun berlalu, dan Waru Sakti menjadi legenda di kalangan penduduk desa dan makhluk-makhluk hutan. Dia dikenal sebagai pelindung yang penuh kebijaksanaan dan kekuatan, tetapi juga sebagai entitas yang menakutkan bagi mereka yang berniat merusak keseimbangan alam. Dia menjaga hutan dengan ketegasan dan belas kasihan, melindungi rahasia dan kekuatan yang tersembunyi di dalamnya.

Suatu ketika, ketika ancaman besar muncul dari luar hutan—sebuah kelompok manusia yang ingin menaklukkan dan merusak Hutan Kencana yang kini dikenal dengan Hutan Akar Belantara—Waru Sakti bangkit untuk melawan mereka. Kekuatan alam yang telah dia jaga dengan setia selama ribuan tahun terancam, dan dia harus menggunakan segala kemampuan dan kekuatannya untuk mempertahankan kedamaian dan keseimbangan yang telah menjadi bagian dari dirinya.

Pertempuran yang terjadi adalah pertarungan antara kekuatan purba dan ambisi manusia. Waru Sakti menggunakan segala kemampuannya, melawan dengan gigih dan tanpa ampun. Meskipun sangat kuat, dia merasakan beban emosional yang mendalam, dan setiap kemenangan yang diraihnya terasa seperti perjuangan berat melawan nasibnya sendiri.

Di akhir pertempuran, Waru Sakti berdiri sebagai penjaga hutan yang tak tertandingi. Meskipun dia telah menghadapi banyak tantangan dan kesulitan, dia tetap setia pada tugasnya dan pada keseimbangan yang dijaga dengan penuh cinta. Hutan Akar Belantara kembali damai, dan Waru Sakti, dengan kekuatan dan kutukannya, melanjutkan perannya sebagai penjaga yang abadi, menjaga rahasia dan kekuatan hutan untuk generasi yang akan datang.

Cerita ini adalah pengingat bahwa kekuatan besar sering kali datang dengan harga yang tinggi dan bahwa pengorbanan pribadi dapat mengarah pada pencapaian yang luar biasa. Waru Sakti, makhluk setengah dewa yang lahir dari pengorbanan dan kekuatan, terus menjaga hutan dengan penuh cinta dan tanggung jawab, menjadi simbol kekuatan dan keseimbangan di dunia yang penuh dengan misteri dan keajaiban.

DENGKANG (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang