Bab Bonus: Asal Mula Dengkang dan Hilangnya Sayap Naga pada Waru Sakti

2 1 0
                                    

Di tengah malam yang sunyi, di hutan akar belantara yang masih perawan dan penuh misteri, sebuah ritual kuno sedang berlangsung. Di bawah cahaya bulan yang samar, sebuah lingkaran batu kuno membentuk pola melingkar, dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang berusia ribuan tahun. Udara malam bergetar dengan energi yang tak terlihat, dan dari tengah lingkaran, muncul sebuah cahaya lembut yang menyinari area sekeliling.

Di tengah-tengah lingkaran, seorang penyihir tua berdiri dengan jubah hitam berbordir emas yang berkilau dalam cahaya bulan. Wajahnya yang berkerut dan penuh kerutan menandakan usia yang panjang dan kebijaksanaan yang mendalam. Di tangannya, ia memegang sebuah tongkat yang dihiasi dengan permata dan ukiran simbol-simbol kuno. Setiap gerakan yang dibuatnya mengeluarkan aura magis yang menggetarkan tanah di sekitarnya.

Penyihir itu, dikenal sebagai Eltar, tengah mempersiapkan ritual yang akan mengubah keseimbangan antara dunia manusia dan dunia magis. Ritual ini, yang telah lama dilupakan oleh manusia dan tersembunyi dalam catatan sejarah, adalah tentang menciptakan Dengkang—sebuah entitas yang akan menjaga keseimbangan antara alam dan kekuatan yang lebih besar dari manusia.

Eltar menyusun mantra dengan hati-hati, setiap kata diucapkan dengan perlahan dan penuh perhatian. Suaranya, meskipun lembut, membentuk gelombang-gelombang energi yang bergerak dengan kekuatan yang menakjubkan. Di sekeliling lingkaran, simbol-simbol kuno yang digambar di tanah mulai bersinar dengan cahaya yang semakin intens, seolah-olah menghidupkan kembali kekuatan kuno yang telah lama tertidur.

"Terwujudlah keharmonisan, terjalinlah kekuatan," kata Eltar, suaranya bergetar dengan resonansi yang dalam. "Kau yang terlahir dari rahim bumi dan langit, terlahir kembali dalam bentuk yang sepadan dengan kekuatanmu."

Sementara itu, di tengah cahaya yang semakin cerah, muncul sebuah makhluk. Sosok itu perlahan-lahan menjadi lebih jelas, menampakkan wujudnya sebagai ular raksasa yang bersinar dengan aura mistis. Waru Sakti, yang saat ini masih dalam bentuk yang lebih primordial, tampak megah dengan sayap naga yang menjulang tinggi dari punggungnya. Sayap-sayap itu, bersinar dengan warna-warna cerah—emas, merah, dan biru—seolah-olah menggabungkan kekuatan alam dengan kekuatan naga.

Eltar melanjutkan mantranya, memasukkan kekuatan dari berbagai elemen—air, api, tanah, dan udara—ke dalam ritual tersebut. "Kau, penjaga hutan yang agung, terhubunglah dengan dunia yang tak terlihat. Jadilah pelindung dari keseimbangan, terjalinlah dengan kekuatan yang lebih besar dari kehidupan."

Seiring dengan berjalannya waktu, Eltar mulai merasakan bahwa ritual ini berada pada titik kritis. Ia memfokuskan energi ke Waru Sakti, membuat sayap naga pada makhluk itu mulai bergetar dan mengeluarkan cahaya yang lebih terang. Namun, ia tahu bahwa ritual ini bukan hanya tentang pemberian kekuatan, tetapi juga tentang penetapan batasan. Dengkang harus dihasilkan dengan keseimbangan yang sempurna, dan ini memerlukan pengorbanan.

Dengan kekuatan yang ditransfer ke dalam diri Waru Sakti, Eltar mengetahui bahwa ada pengorbanan besar yang harus dilakukan. Dalam proses pembentukan Dengkang, sayap naga Waru Sakti akan hilang sebagai bagian dari keseimbangan yang harus dicapai. Proses ini adalah bagian dari penetapan kekuatan—untuk menghubungkan dunia manusia dengan kekuatan alam tanpa mengganggu keseimbangan.

Ketika ritual mencapai klimaksnya, cahaya dari lingkaran batu menyebar ke seluruh hutan, menutup setiap sudut dengan cahaya lembut yang magis. Waru Sakti mengeluarkan raungan lembut, yang lebih seperti nyanyian alam daripada suara binatang. Sayap naganya, yang sebelumnya memancarkan kekuatan yang tak tertandingi, perlahan-lahan memudar, menyusut ke dalam tubuhnya, dan menjadi bagian dari makhluk itu dengan cara yang lebih halus.

Eltar menyelesaikan ritual dengan mantra terakhir yang lembut. "Dengan kekuatan yang terhubung dan keseimbangan yang tercipta, jadilah penjaga hutan yang abadi. Kau akan membawa keberanian dan perlindungan tanpa perlu menunjukkan kekuatanmu yang pernah ada."

Waru Sakti, tanpa sayap naga, namun tetap menjaga keagungannya dalam bentuk ular anaconda, melangkah perlahan ke hutan yang telah menjadi rumahnya. Hutan itu, kini lebih harmonis, merasakan kehadiran makhluk yang baru dibentuk sebagai pelindung dan penjaga. Energi dari ritual dan pengorbanan itu mengalir melalui setiap daun dan aliran sungai, menciptakan kedamaian yang abadi di dalam hutan.

Eltar, dengan wajah yang penuh kepuasan dan kelelahan, mengamati Waru Sakti melangkah masuk ke dalam kedalaman hutan. Ritualnya telah berhasil—Dengkang kini ada sebagai entitas yang menjaga keseimbangan, dan Waru Sakti, dengan bentuk barunya, siap untuk melindungi dan menjaga harmoni antara dunia manusia dan alam.

Dengan langkah yang tenang, Eltar meninggalkan lingkaran batu, membiarkan ritual selesai dan menghilang ke dalam malam. Hutan yang kembali tenang, dilingkupi oleh keheningan yang damai, menyimpan kisah tentang asal-usul Dengkang dan pengorbanan besar yang telah dilakukan untuk mencapai keseimbangan yang abadi.

DENGKANG (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang