Chapter 11.

821 53 0
                                    

Suara bising motor sport mengalihkan atensi keempat pemuda itu. Mereka dapat melihat Jisung langsung turun dengan plastik hitam di tangannya.

BRAK!

"HELLO–" Heeseung membuka pintu lebih lebar dengan kasar, tapi teriakannya terhenti saat mendapati Jeno yang menatapnya kesal dengan telunjuk menempel di mulut.

"Ssstt.. lagi tidur ini!" Jeno memelankan suaranya dan dengan lembut kembali membelai rambut keduanya, berharap mereka berdua tidak bangun.

"Ugh.. brisik anjing!" Suara Hyunsuk terdengar parau, tapi ia tak bangun, malah mengambil posisi yang lebih nyaman untuk melanjutkan tidurnya.

Jeno hanya menggeleng, ia kemudian beralih menatap Heeseung yang sudah berada di samping Jungwon, pemuda itu tengah mengeluarkan tujuh botol yang di titip oleh Donghyuck tadi.

"Mau di pindahin?"

Jeno menoleh, lalu mengangguk menanggapi pertanyaan Heeseung. Ia sedikit melonggarkan dekapannya. Membiarkan pemuda Libra itu mengambil bayi– anggotanya.

"Tidurin aja di samping Hyunsuk, simpen guling juga di sampingnya." Jeno masih menatap Heeseung, pemuda itu menggendong ala bridal Jungwon dan perlahan menidurkan nya di samping Hyunsuk. "Makasih, ya."

"Sung, lo ga ada niatan mau pindahin si Chenle gitu?" Donghyuck bertanya ke arah Jisung yang sudah berada di sampingnya.

"Lah ngapain?" Tanya balik Jisung acuh, lalu kembali menghisap rokok nya.

Donghyuck merotasi bola matanya malas, "Ya bantuin Jeno buat pindahin! Goblok amat."

"Kenapa gua? Kok bukan lu aja?" Jisung bertanya sengit, tak mau kalah dari Donghyuck.

"Gua males, lo aja napa sih. Bantuin tuh Jeno, katanya suk–" Jisung dengan cepat membekap mulut Donghyuck yang akan berujar terang-terangan di depan Jeno.

"Iya iya gua bantuin! Tapi gimana caranya? Lo pada ngalangin."

"Disini anjing! Luas itu di depan si Jeno," balas Donghyuck dengan nyolot, pemuda itu menunjuk berkali-kali ke arah depan Jeno.

Jisung berdecak, menyimpan rokoknya di asbak lalu berdiri. "Kalau kebangun, gua nyalahin lu ya!" Jisung dengan hati-hati mengelilingi Jeno, ia menunduk dan mulai mengambil alih tubuh Chenle dengan hati-hati.

Untung saja Jeno bisa diajak bekerja sama.

"Makasih," ujar Jeno. Ia kemudian merenggangkan otot-otot tubuhnya yang sedikit pegal akibat tidak bisa bergerak bebas tadi.

"Yo," Jisung terlihat mengarah ke pintu kost. "Kita duluan ya, mau nganter minum dulu."

"Eh, uang nya! Bentar," Jeno merogoh sakunya. Tapi belum sempat ia memberikan ke arah Jisung, pemuda itu sudah terlebih dahulu bicara.

"Eh, ga usah. Ikhlas itu mah, serius, kita duluan ya."

Belum sempat Jeno menjawab, kedua pemuda itu langsung berlari kecil ke arah motor masing-masing. Jeno hanya mendengus lalu mengambil remot untuk mencari kartoon baru.

"Jay, mau minum nggak?"

Jay menoleh, lalu beranjak turun dari kursi. Ia berakhir di samping Donghyuck. Tempat Jisung tadi. Jeno langsung mengubah posisi menjadi berhadapan dengan ketiga pemuda itu.

"Jangan mabuk, ya! Ngerepotin ntar."

"Yaelah, belum juga minum, Jen."

Jeno mendengus, "gua mau keluar bentar, beli makanan. Tiba-tiba laper."

Jeno hendak berdiri, namun dengan cepat Jay menarik tangannya membuat pemuda itu menoleh dengan tatapan bingung.

"Itu ada enam, makan aja kali."

TIGER LIAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang