"Baik, mohon dengarkan nama untuk pembagian kelompok. Tugasnya saya tunggu minggu depan."
Semua murid bersorak untuk mengiyakan. Guru bidang study mulai mengabsen murid. Mengelompokkan sesuai kemampuan masing-masing.
"Jaemin, Donghyuck, Giselle, Karina." Guru mengabsen empat nama kelompok terakhir.
Namun—
"Pak, nama Jeno gak ada." Donghyuck menyahut sopan, karena memang sejak tadi ia tidak mendengar nama Jeno di sebut.
"Oh?" Guru langsung mengecek ulang, ternyata benar. Ia melangkahi satu nama, "Baik, Jeno masuk kelompok terakhir, kelompok Jaemin."
"Sial," desis Jaemin kesal.
Kalau cuma sama Donghyuck, Jaemin bisa terima. Tapi kalau Jeno? Ngga dulu. Ah, kebetulan juga Jaemin ketua kelompok. Ia akan memanfaatkan ini, Jaemin akan memberatkan semua tugas ke Jeno. Ia dan ketiga lainnya akan mengerjakan sisa.
Bangsat emang, tapi ini Jaemin. Selagi itu bukan teman atau keluarganya, Jaemin tidak akan peduli.
Giselle yang memang satu meja dengan Jaemin menoleh malas, "ngerjain nya kapan, pak ketua?" Tanyanya malas, ia sedikit menekan dua kata terakhir.
"Sensi amat lu, pms? Pindah sana, gua ga mau deket-deket sama singa betina."
Karena tidak terima, Giselle langsung menjitak kepala Jaemin, "enak aja lo, lo yang pindah sana!"
"Woi, woi! Jadi kapan ini ngerjain nya?" Sela Karina jengah, ia lelah menghadapi dua makhluk di depan nya ini.
"Nanti aja, gua juga kaya nya ga sibuk," Jaemin menjawab.
"Nah iya, gua juga. Mumpung gua kosong juga, wajarlah, artis." Giselle menambahkan dengan sombong, namun ia juga terkekeh kecil.
"Makan noh artis dari selokan!" Karina dengan geram langsung memasukkan kertas yang sudah ia remas ke dalam mulut Giselle.
Terlalu banyak berdebat, mereka bertiga sampai tak menyadari bahwa guru yang mengajar sudah keluar dari tadi. Dan itu akhirnya mereka hari ini istirahat lebih awal.
Bahkan beberapa anak sudah keluar dari kelas, menuju kantin untuk mengisi perut yang kosong. Apalagi setelah ini mereka jadwal pelajaran olahraga, dan akan berenang.
Beberapa saat kemudian, makin banyak siswa yang berkeliaran walau bel belum berbunyi. Ini disebabkan oleh beberapa guru yang biasanya lebih cepat keluar dari pada menunggu bel.
Dan Jeno serta semua kumpulan nya kini sudah berada di gudang belakang, tempat mereka biasa berkumpul saat berada di sekolah.
"Gabut banget gua, sumpah!" Donghyuck mengerang kesal, ia sangat bosan sekarang. Semua aktivitas yang biasa ia lakukan tidak dapat menghilangkan segala kebosanan nya.
Hingga pemuda itu berdiri, tiba-tiba saja ia mempunyai ide. "Gua cabut dulu, mau ke calon istri." Sebelum ia benar-benar keluar, ia melanjutkan, "Jen, nanti langsung ke kolam renang aja. Gua langsung kesana nanti."
Jeno hanya mengangguk, ia tahu bahwa pemuda jangkung itu akan pergi untuk menganggu kakaknya, lagi.
"Woi, ngelamun mulu lo. Ga takut kesurupan apa?" Tanya Chenle nyolot, ia baru saja mengagetkan Jeongwoo yang melamun sejak tadi.
"Apaan sih, ganggu."
Chenle langsung masang muka julid nya, "dih, dih! Sok kecakepan lo su! Ngapa sih? Kek orang stress aja belakangan ini."
Jeongwoo terdiam, ia bingung harus jawab apa. Ia tidak mungkin jujur bahwa ia sedang memikirkan Haruto. Iya, Haruto, anak geng sebelah itu. Entah, tapi sejak pertemuan Ael dan Haruto waktu itu, Jeongwoo jadi terus kepikiran tentang sikap Haruto saat mereka membuat masalah di dapur.
"Nah kan, ngelamun lagi! Kesambet lo ntar!"
Chenle yang sudah jengah akhirnya menyentil dahi Jeongwoo, membuat pemuda itu lagi-lagi tersentak kaget.
"Kenapa, Woo?" Jay bertanya, ia memang sedari tadi berada di kursi samping Jeongwoo. Namun ia sibuk dengan hp nya, jadi ia baru menyadari bahwa Jeongwoo melamun setelah di kode oleh Chenle.
"Bang, dicariin dari tadi juga." Jungwon datang dengan tergesa-gesa, namun Jungwoo hanya mengernyit heran.
"Kenapa?"
"Ga ada sih," jawab nya santai lalu duduk di salah satu kursi kosong dekat Jeno.
"Gajelas," sahut Chenle dengan meng-rolling bola matanya. Jungwon hanya menyengir kuda, tadi nya ia mempunyai tugas osis. Namun Jaemin mau membantunya, jadi ia lebih cepat selesai hari ini.
"Akhir-akhir ini kenapa ya? Gua kek ngerasa ada yang beda," celetuk Jeno tiba-tiba.
"Gatau, mungkin karena Jungwon, Hyunsuk pacaran sama member sebelah(?)" Jay sendiri tidak tahu ia menjawab atau malah bertanya balik.
"Jeongwoo juga kaya nya bentar lagi pacaran ama mem sebelah," Hyunsuk menyela santai. Pemuda itu sangat sibuk dengan game di ponselnya.
Jeongwoo segera menoleh dengan tidak santai, "Maksud lu apa?"
"Elah, gua liat lu lagi pacaran ma Haruto di mall. Mana bawa adek lagi, jadi kek keluarga cemara."
Jeongwoo merotasi netra nya, "lo sok tau amat, bangsat. Itu salah paham. Gua aja mikir dia nyulik adek gua pas itu," Jeongwoo terdengar biasa saja saat berbicara seperti itu.
"Maksudnya? Cerita, Woo," Jungwon menyahut bertanya. Nampak pemuda itu sedang sangat kepo.
"Haah.. malas banget gua anjay, tapi yaudah deh." Jeongwoo sempat terdiam beberapa menit, membiarkan keadaan hening beberapa saat. "Jadi gua sama Ael lagi di toko sepatu, nah gua ga sadar, eh dia ilang. Gua udah muter-muter mall tapi ga ada, terus pas gua udah mau nyerah hampir sejam nyari, tiba-tiba Haruto datang sama Ael yang dia gendong. Udah, intinya gitu deh."
Beberapa ada yang ber-oh ria dan ada yang hanya mengangguk mengerti, "tapi gua liat-liat si Ael deket amat dah ama si Haruto." Sahut Hyunsuk, ia sudah mulau fokus dengan teman-temannya.
"Tau dah tuh bocah, suka banget ama si Haruto Ruto itu."
"Jadi, intinya lo ga ada hubungan apa-apa sama si Haruto?" Jay berceletuk bertanya, ia mulai kepo juga dengan pembahasan ini.
"Iyalah anjing, lagian gua juga ga suka ama tuh anak. Kesannya kek gimana ya, susah di jelasin," Jeongwoo berseru.
Lagi-lagi teman-temannya hanya mengangguk, "tapi benci bisa jadi cinta loh, Woo." Tiba-tiba Jeno menyahut seraya terkekeh kecil.
"Najis."
Jawaban singkat dan dengan kesan jelek itu mampu membuat yang lain tertawa mengejek. Tapi, tiba-tiba satu kejadian membuat Jay meredakan suara tawa nya, kejadian dimana Sunghoon membantunya dari salah satu musuh geng nya sendiri.
Jay merasa aneh, jadi ia langsung membuang jauh-jauh pikirannya dan kembali bercanda tawa dnegan semua teman yang sudah ia anggap seperti keluarga nya sendiri.
Kalau di ingat-ingat, benar yang di katakan Jeno. Akhir-akhir ini, kumpulan mereka terasa beda. Namun suasana nya masih sama, hangat. Mereka tetap bertujuh, dan akan bertujuh selamanya.
Meskipun nanti ada masa nya mereka akan kuliah, kerja, dan menikah. Mereka sudah berjanji akan terus bersama, sampai maut memisahkan.
Terkadang, laki-laki juga punya mimpi dan keinginan masing-masing. Dan mimpi ketujuh pemuda ini, adalah mereka bisa bertujuh selamanya.
Tidak peduli siapa yang akan pulang, duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGER LIAR
Teen FictionSeputar kisah singkat tentang kehidupan Jaemin dan Jeno beserta para anggota kumpulannya. [Q. Note's] Mau Vote/Komen terserah deh, yang penting ikhlas.