Sesuai perkataan Jaemin tadi, ia meminta Jeno menemui nya di kafe dekat sekolah mereka. Dan Jeno yang belum tau apa-apa mau-mau saja. Menurutnya, Jaemin ingin berdamai dan mendekatkan kedua kumpulan mereka. Toh, member mereka juga ada yang pacaran.
Jaemin langsung duduk di depan Jeno dengan kasar saat melihat Jeno duduk dengan ponselnya di sana.
"Lo udah tau kan? Batalin perjodohan itu, gua ga mau." Jaemin langsung berucap dingin dengan tatapan matanya yang menusuk telak mata Jeno, yang kini tengah kebingungan.
"Maksud lo apaan? Baru dateng juga," Jeno membalas dengan santai. Sedangkan Jaemin hanya merotasi netranya jengah.
"Lo bego atau gimana? Gua, mau, lo batalin pejodohannya. Masih belum denger?"
Jeno diam, apa maksud Jaemin dari perjodohan? Jeno yang hendak menunduk langsung mendongak dan menatap penuh tanya pada Jaemin, "maksud lo perjodohan—"
"Gua sama lo dijodohin anjing, dan lo harus batalin itu! Gua udah cape selama setengah tahun ini berontak ke Papa Mama, jangan sampai lo gua tonjok di sini."
Jaemin dapat melihat mata sipit melebar karena terkejut, Jeno menunduk beberapa detik, namun Jaemin bisa melihat tangan pemuda itu sudah terkepal kuat dengan uratnya yang menonjol.
Selanjutnya, Jeno langsung berdiri dari sana dan keluar meninggalkan Jaemin dengan langkah tergesa dan rahang yang mengeras.
Jaemin hanya menatap dalam diam dan tatapan datar. Untung saja Jeno tidak memesan apa-apa tadi.
.
"Bubu! Daddy!" Jeno sebenarnya tau jika ia bodoh. Karena pulang ke rumah dengan niat menemui kedua orang tua nya, padahal kedua orang tua nya tentu masih berada di kantor, dan sekitar satu jam lagi baru akan pulang.
"Jangan kaya orgil," Mark menyahut dari sofa dengan tatapan datarnya pada sang adik.
"Mark, maksud Jaemin apa bilang gua dijodohin sama dia?!" Tanya Jeno lantang, menatap tajam sang kakak. Bahkan ia tidak memakai embel-embel Kak di belakang nama Mark.
"Ngapain tanya gua? Tanyain ke mereka, gua ga ada urusan."
Jeno memejamkan mata, dengan tangannya yang semakin terkepal menahan amarah. Ia langsung berjalan cepat menaiki tangga menuju kamarnya. Tak lupa ia membanting pintu dengan kuat dan langsung melompat menaiki kasur.
"BANGSAT!"
.
Malamnya, keluarga Na datang berkunjung ke kediaman keluarga Jung. Mereka sudah merencanakan ini, ketika Jeno sudah tau bahwa ia dijodohkan mereka akan berkunjung dan membahas perjodohan mereka, serta silaturahmi keluarga.
Ya walaupun, ada sedikit paksaan dan ancaman yang di dapatkan Jaemin agar ia mau ikut. Pada akhirnya, ia terpaksa ikut dengan setelan yang seperti berandalan— atau bisa dibilang preman.
Yuta dan Winwin yang sudah lelah hanya pasrah, berharap kedua orang tua Jeno tidak akan risih melihat penampilan sang anak.
Taeyong tersenyum melihat keluarga kecil itu datang dan mempersilahkan mereka untuk duduk di sofa, sudah ada Mark dan Jaehyun di sana. Ia tidak mempermasalahkan setelan Jaemin, karena itu termasuk setelan anak muda zaman sekarang.
"Mark, panggilin adik mu dulu sana."
Mark mengangguk menanggapi, ia sedikit melirik ke arah Jaemin dan melihat wajah laki-laki itu sudah sangat masam dan sesikit memerah karena amarah. Matanya tajam mengarah ke depan dengan rahangnya yang mengeras.
Mark pelahan memasuki kamar Jeno yang tidak terkunci, menemukan sang adik yang tidur dengan telentang dan mulut yang sesikit terbuka.
"Jen, bangun. Terus turun ke bawah, ada keluarga Jaemin."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGER LIAR
Teen FictionSeputar kisah singkat tentang kehidupan Jaemin dan Jeno beserta para anggota kumpulannya. [Q. Note's] Mau Vote/Komen terserah deh, yang penting ikhlas.