Malam itu, Jeno kembali merasakan kasih sayang dari seorang kakak untuk adiknya. Ia bahkan menyuruh Mark untuk menginap. Mereka mengabaikan panggilan-panggilan dari teman-teman Mark maupun Jeno.
Sudah tiga tahun hubungan persaudaraan mereka renggang. Jeno tidak membenci Mark. Ia hanya sadar bahwa kakaknya itu bisa ketularan bodoh jika terus bersamanya.
Namun tak bohong, ada rasa kecewa saat setiap kali Jeno di pukuli dan Mark hanya bisa melihat. Namun, Jeno sekarang sadar. Kakaknya itu jauh lebih menderita daripada dirinya.
Mark selalu di tuntut menjadi nomor satu. Kalau tidak, ia akan mendapat berkali-kali lipat dari penderitaan Jeno ketika ia di hukum oleh sang ayah. Namun, Mark masih tetap mengikuti geng motor yang terlampau nakal. Tapi hebatnya ia masih terpilih menjadi osis dan salah satu murid terpintar di sekolah.
Ya, itu semua tuntutan dari sang ayah.
Hari ini, Jeno sudah di tunggu oleh teman-temannya di luar. Mark sudah pulang pagi-pagi sekali tadi.
"Lelet amat lu anjing!"
Suara Chenle lagi-lagi membuat ia mendesah kasar. "Sabar bangsat!"
Setelah selesai memakai sepatu, ia segera menuju motor yang di belikan Chenle untuk nya kemarin. Matanya yang sudah berbinar kini tambah berbinar mendapati motor sport keluaran terbaru yang kemarin di sarankan oleh Jungwon.
Warnanya yang hitam berkilau dengan motif goresan berwarna merah dengan tulisan Tiger Black disana membuat benda itu semakin keren.
"Anjir, beneran lu beliin Chen?" Tanya Jeno antusias.
"Yaiyalah, kalau ga suka entar balikin aja."
"Siapa coba yang ga suka motor keren gini anjay!"
Semuanya terkekeh, entah mengapa mereka merasakan aura berbeda dari sang ketua untuk hari ini.
"Kaya nya seneng banget lu gua liat-liat, kenapa?"
Pertanyaan Donghyuck mewakili semua yang heran, membuat Jeno langsung jengah dan memutar bola matanya malas.
"Tau. Udah, ah! Ayo berangkat."
Jeno menaiki motor baru nya lalu memakai helm hitam yang menutupi seluruh kepalanya. Ia memanasi motor itu sebentar lalu memimpin kumpulan motor besar itu.
Tidak ada penjaga di gerbang sekolah membuat mereka langsung nyelonong masuk dengan suara berisik dari motor masing-masing.
Mereka tidak langsung ke kelas, seperti biasa mereka akan langsung ke kantin untuk makan. Biasanya traktiran dari Jeno, Chenle, maupun yang lain.
Tapi kali ini, tentu Chenle akan mentraktir beban-beban nya.
Jeno sudah ada di kursi salah satu meja kantin. Pandangan nya mengedar, hingga ia mendapati kumpulan dengan jaket hitam bertuliskan Night Liar di belakangnya.
Ia tidak sengaja melihat Jaemin yang sepertinya sangat sibuk, terbukti dari pemuda itu terus menatap ponsel nya dengan tatapan datar. Ia bahkan membiarkan makanannya di hinggapi lalat. Minumannya seperti masih utuh belum di sentuh.
"Jen, nih pesenan lo."
Jeno menoleh, menadapati Donghyuck yang duduk di sebelahnya. Mereka duduk di kursi kayu panjang dengan meja membentuk persegi panjang.
"Hyun, noh si Jihoon liatin lo." Bisik Jeno berniat bercanda, namun saat Hyunsuk menoleh, ternyata Jihoon memang sedang memperhatikannya— atau lebih tepatnya, secara spontan pemuda manis itu meliriknya.
Entah kenapa, tapi jantung berdegup kencang, ia merasakan seperti ribuan kupu-kupu berkeliaran di dalam perutnya. Ia bahkan tidak berusaha untuk menahan senyum sumringahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGER LIAR
Teen FictionSeputar kisah singkat tentang kehidupan Jaemin dan Jeno beserta para anggota kumpulannya. [Q. Note's] Mau Vote/Komen terserah deh, yang penting ikhlas.