Ship yang lain kapan-kapan ya, sayang.
________________________________________
Senin pagi, sangat tidak di sukai oleh pelajar pemalas. Termasuk juga Lee— Jung Jeno. Ini masih jam 05:56, dan tumben sekali ia sudah terbangun. Biasanya hampir jam tujuh. Ia hendak tertidur kembali, namun matanya sudah tidak bisa tertutup.
Mungkin karena efek ia tidur cukup awal tadi malam. Itu semua karena temannya sibuk dengan urusan masing-masing, entah urusan apa itu. Jeno tidak tahu dan tidak ingin tahu.
Jadinya, ia segera ke kamar mandi untuk mandi pagi. Ya dia jarang untuk kegiatan satu itu. Padahal dirinya tinggal berdiri dan di guyur air, dan memakai Sabun serta Shampo. Lalu menggosok gigi, dan selesai. Namun, menurut Jeno itu merepotkan.
Setelah beberapa menit bersiap, Jeno sudah siap dengan tampilan biasanya— sangat berantakan. Ini masih jam 06:28 Pagi. Masih terlalu awal untuk Jeno yang biasa berangkat jam 07:30. Tapi ia juga tidak tahu akan kemana sekarang, sementara ia sudah sangat siap untuk pergi ke sekolah.
Jadinya, disinilah Jeno berakhir. Sebuah kantin yang masih terbilang sepi. "Bu! Air mineral dua botol, ya!"
Seorang wanita kisaran 42 tahun menghampiri Jeno dengan kepala menggeleng. "Jeno! Jangan berteriak kalau ada makanan di mulut mu!" Lalu wanita yang ternyata pemilik kantin itu menyimpan dua botol mineral di samping mangkuk berisi Bakso Jeno.
Jeno hanya menyengir kuda lalu membuka air mineral itu, meminum nya hingga habis setengah. "Bu, ini jam berapa?"
"Udah jam Enam lewat Lima puluh Tujuh Jen, cepat habiskan. Sebentar lagi bel berbunyi."
Jeno mengangguk, dan memasukkan makanan berbentuk bola terakhir ke mulutnya. "Bu, hutang Jeno udah berapa?"
Ibu kantin yang sedang membersihkan bekas Jeno tersenyum, "Tumben, kenapa Jen?"
Jeno yang merasa tersindir merotasi matanya, memang ia jarang untuk membayar hutang. Dan sekalinya ingin membayar malah di bilang tumben, "Ya kan mau bayar, Bu. Gimana sih! Atau Ibu udah lunasin semua ya? Makasih ya, Bu."
Melihat senyum Jeno yang jarang di tunjukkan itu membuatnya ikut tersenyum, namun ia juga tidak akan melunasi hutang Jeno yang hampir 200 Ribu itu.
"Nggak ada, bayar sekarang! 195 Ribu."
Tiba-tiba ada orang yang mencium pipi Ibu kantin, "Wih lagi bayar utang Jen? Bayarin gua dong!" Pemuda yang datang tiba-tiba itu duduk di hadapan Jeno yang sudah menatap nya jengah.
"Haechan! Kebiasaan tiba-tiba cium! Kaget tau gak!" Wanita yang di anggap Ibu oleh Tiger Black itu mencubit kuat telinga Donghyuck membuat pemuda tampan itu memekik.
"Aw, aw, sakit Bu! Ampun!"
Ibu kantin menggelengkan kepala lalu melepas jewerannya. "Sekarang bayar hutang kalian!"
Jeno mengeluarkan uang bernominal 100.000 dua lembar, sementara Donghyuck kini meminum air yang tadi belum di sentuh oleh Jeno.
"Bu, kalau Haechan berapa?"
"Kalau kamu udah lebih Tiga Ratus, anak nakal!"
Donghyuck menyengir, dan tak lama Bel panjang berbunyi di ikuti oleh suara Mekanis yang menyampaikan untuk memasuki kelas.
"Nanti kalau istirahat Haechan bayar, Bu. Haechan ke kelas dulu," Donghyuck menyalimi tangan Wanita cantik itu dan diikuti oleh Jeno.
"Jeno sama Haechan pergi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGER LIAR
Teen FictionSeputar kisah singkat tentang kehidupan Jaemin dan Jeno beserta para anggota kumpulannya. [Q. Note's] Mau Vote/Komen terserah deh, yang penting ikhlas.