SELESAI makan malam, ini adalah kesempatan Zayden untuk menjelaskannya."Zayden, semangat belajarnya, kalo (name) marah marah waktu ngajarin bilang sama bibi ya," itulah yang diucapkan ibunya (name) membuat Zayden terkekeh. "Tenang saja, bi. (name) itu orangnya sabar kok," balasnya.
(name) lalu ikut terkekeh. Setelah diingat ingat ternyata Zayden adalah sepupunya– tapi kenapa bisa menjadi peri? apalagi ada kaitannya dengan dirinya. Jangan bilang jika keluarganya– hentikan omong kosong itu. (name) harus segera menyusun rencana.
"Kalau begitu kami belajar dulu ya, Bu." Ucap (name). Ibunya lalu mengangguk. Mereka masuk ke dalam kamar (name) dan menutup pintu.
Hampir saja lupa, (name) mengambil kacamatanya yang dia simpan sebagai cadangan. Sebenarnya dia tidak minus terlalu banyak hanya -1 (minus satu).
Kacamatanya yang bulat terpasang di wajahnya. Zayden lalu mulai duduk bersila di depan (name). "Oke, mari ku jelaskan."
Zayden mulai mengambil nafas dan menghembuskannya agar terhindar dari suasana tegang, setidaknya ini membuat suasana sedikit mencair. "Kau harus pergi melalui portal terlarang. Sebenarnya semenjak 100 tahun yang lalu portal ini sudah ditutup. Kau tau? beberapa orang ketika mencobanya malah terbuang/tidak selamat saat mencoba portal. Ada beberapa kali mahkota yang sudah kau pakai malah dicuri dan saat melewati portal mereka langsung pikun dan tuan serta mahkota yang berubah menjadi hitam. Tetapi karna kau keturunan yang asli, jangan khawatir. Karena hanya ini salah satu caranya," jelasnya panjang lebar.
(name) hanya bengong dan tidak bisa mencerna apa yang dia bilang. "Kalau tidak paham tidak masalah. Tapi kau pernah mimpi memakai mahkota dan kalung, kan?" Tanya Zayden untuk memastikan.
(name) mengangguk mantap. "Ya, saat aku masih berada di sana, aku dipakaikan benda itu oleh Floryn," jawab (name) dengan senyum.
"Sudah kuduga.." Zayden berhenti sejenak. "Tapi itu bukan hanya aksesoris, kau tau? Itu pusaka. Ini sedikit gila.. Tapi di dalamnya ada pelindung layaknya pusaka pada umumnya."
"Maksudmu?"
"Kau akan tahu sendiri," ujar Zayden sambil tersenyum.
***
"Bahan - bahannya sudah lengkap." Seru Zayden dengan riang. Mereka berada di tengah hutan dengan alasan ingin membeli cemilan, ibunya mengizinkannya asalnya mereka kembali dengan cepat.
Ritual dilakukan di tengah hutan yang gelap dikarenakan efek portal yang sangat kuat. Seperti yang dibilang baca bab kemarin bahwa sangking kuatnya cahayanya dapat memotong benda sekitar jika tidak tahan.
Portal hanya bisa dimasuki oleh (name). Zayden akan tetap menetap karna tidak bisa melewati portal tersebut karena alasannya yang sudah jelas.
"Aku lelah," keluh (name) ketika menyusun batu batu besar yang akan menjadi pintu portal tersebut. Sebenarnya hanya dibuat seperti gapura dan di gambar lingkaran saja. Tapi malam malam begini dan cuaca yang sangat dingin tidak mendukung sama sekali.
Keringat bahkan sudah turun dari kening (name) ketika baru bekerja selama 20 menit. Zayden lalu menepuk bahunya. "Akan ku bantu" Ucapnya.
Tumpukan tumpukan batu yang menjadi pilar dan atasnya yang di tutupi oleh kayu terlihat seperti mainan anak anak, kan? Tetapi efeknya sangat hebat.
(name) sudah siap. Zayden pun mengambil tongkatnya dan membacakan mantra sambil membuat lingkaran di tanah tempat portal berada.
Mantra sudah siap, dengan kepercayaan diri (name) mulai berdiri di tengah gapura itu. kepalanya memperlihatkan mahkota yang bersinar serta kalung yang menjadi pelindung. Semakin lama ada energi yang membuat hal yang di sekitar berputar. Zayden pun mundur 10 meter agar tetap aman.
Selama menunggu akhirnya portal berwarna biru laut muncul dan segera menenggelamkan gadis itu dalam sekejap.
"aku datang."
***
"Papa, wahana tadi seru! Kosuke seperti merasa melayang di udara," jelas Kosuke sambil membuat gerakan gerakan kecil yang berada di imajinasinya. Satoru membersihkan es krim yang menempel di wajah mungil sang putra dan menarik hidungnya.
"Kosuke suka, kan? Bagaimana jika kapan kapan lagi kita kesini?" Tawar Satoru yang membuat semangat Kosuke membara bara.
"Hore! Hore! Kita akan pergi lagi!" Seru Kosuke dengan senang yang membuat gendongan sedikit terguncang. Belum lagi anak itu sudah semakin berat. Satoru tersenyum saat melihat anaknya tersenyum.
Tak sengaja saat mereka berjalan karena permintaan Kosuke yang meminta beli balon akhirnya dituruti oleh Satoru. Sepertinya Satoru hanya memandangi depan yang sejajar dengan pandangannya sambil tak sengaja menabrak seseorang membuat Kosuke terguncang dan sedikit meringis.
"Maaf, aku tidak sengaja," ucap gadis itu, tapi sepertinya topi serta masker dan kacamata yang menutupi wajah gadis itu terbuka.
Satoru merasa sakit di kepalanya dan merasa histeris ketika melihat wajah pria itu.
"Kau–"
"Papa dia siapa?"
Perempuan itu lalu membelalakkan matanya dan merasakan bersalah, "kau salah orang," elak perempuan itu dan segera lari.
Satoru tidak mengejar perempuan itu. Dia masih terkejut dan bingung dengan apa yang ada dipikirannya, tetapi berikutnya perhatiannya kembali di tarik oleh sang gemes kita, Kosuke.
"Papa!"
"Maaf, kosuke~ yuk beli balon"
"Yey! Balon!"
'padahal udah 8 tahun tapi masih kek umur 5 tahun' Batin Satoru ketika melihat reaksi anaknya, matanya ia putar lalu tersenyum gemas, 'walaupun begitu dia gemas!! Jelas lihat aja bapaknya ganteng begini' Batin Satoru sambil nyengir nyengir nggak jelas.
Kosuke bi lek: pede amat, tapi emang iya sih
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our memories (satoruxreader) ✔️
Fanfiction"ayah? kenapa ibu tidak menjawab? ayah bilang ibu akan senang jika aku mendapatkan juara" wajah sang anak langsung lesuh ketika tidak mendapatkan respon apapun, pecah sudah isi hati Satoru mendengarnya "mama sangat senang padamu, Kosuke, dia pasti s...