Our memories | back 2

13 6 0
                                    

••••.......•••••.......•••••.......•••••.......•••••.......•••••

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••.......•••••.......•••••.......•••••.......•••••.......•••••

SEMUA terlihat begitu rapi dan bersih, badannya terbalut oleh gaun putih yang terdapat pada sekolah, sekolah yang mengajarkan muridnya untuk melawan makhluk gaib atau "kutukan" yang sering sekali mengganggu para manusia.

Keningnya terdapat perban dikarenakan terdapat benturan di kepalanya, pihak sekolah juga sudah menganalisis bahwa gadis itu bukanlah sebuah ancaman, tetapi sebaliknya. Mereka merasa sangat familiar dengan orang yang sedang tidur di atas ranjang itu, warna matanya tidak bisa mereka lihat karena masih tertutup.

Serta para penyihir sedang mendiskusikan kejadian ini, terlebih lagi Satoru Gojo. Entah perasaan apa yang membuatnya begitu khawatir ketika melihat gadis yang awalnya dia lihat.

Diskusi bermulai dengan ucapan dari para tetua, "kurasa gadis itu bukan ancaman, seperti yang dikatakan oleh Shoko, energinya sama seperti gadis lemah itu." Ucap tetua itu dengan sindiran yang mengatakan bahwa 'gadis' itu adalah istrinya Satoru, yang meninggal akibat kecelakaan yang tragis.

Dengan wajah marah, Satoru langsung menunjuk telunjuknya ke arah tetua itu, aksinya terhentikan ketika Yaga menyuruh Satoru untuk menghentikan aksinya.

"Siapa yang kalian bilang lemah kolot? Jelas jelas istriku meninggal karena rencana kalian, kan?" Semua orang di ruangan diam ketika merasakan aura yang mematikan. Di balik penutup matanya yang hitam, Shoko bisa merasakan bahwa saat ini Satoru bisa saja langsung meledakkan amarahnya dan membunuh semua orang termasuk dirinya sendiri.

"Hey apa katamu? kolot? hargai yang lebih tua dasar anak muda!" Sela tetua itu membuat suasana semakin suram. Tak selang beberapa saat.

Salah satu tetua langsung menghentikan acara pertemuan, semua dibubarkan setelah sudah menemukan kesimpulan.

"gadis itu tidak berbahaya, jika energinya memang sama mungkin saja dia berasal dari keluarga yang sama. Lagipula memutuskan hal dengan cepat itu tidak baik, kita akan menyelidikinya lebih lanjut. Sampai sini saja pertemuannya."

***


"KATAKAN YANG SEJUJURNYA!" (name) melongo, hanya bisa merasakan kecanggungan. Mau mengatakan apapun juga tidak mungkin mereka bisa langsung percaya, apalagi jika dia hanya orang yang diselamatkan di dalam gua siang tadi.

Mulutnya terasa kaku, efek dari portal itu benar benar kuat. Jika kalian bertanya di mana mahkota serta kalungnya, sudah tertancap di tubuhnya, memang tidak masuk akal tetapi itu sudah fakta yang diterima oleh (name).

"A-aku-.. berada di sana karena muncul dari sebuah portal, maksu-d.. d ku itu portal dari dunia luar ke dunia ini," ucap (name) dengan terbata - bata. Semua orang yang berada di sekolah langsung menatapnya dengan bingung. "Apakah kau baru saja berhalusinasi?" Tanya Yaga mengingat (name) baru saja bangun dari tidurnya sepuluh menit yang lalu.

(name) dengan cepat menggelengkan kepalanya, mengharapkan semua orang akan percaya dengan ucapannya. Satoru sedari tadi hanya duduk santai sambil menatap (name) yang diintrogasi oleh gurunya.

"kalau begitu nona muda, bisa kau beritahu kami namamu?" Ucap Satoru dengan senyum bodohnya ketika sudah muak dengan situasi. Mata gadis itu mengerjap tak kalah mendengar suara orang yang sangat dia rindukan.

"Namaku (name)! (name) (surname)! Kalian pasti mengenaliku, kan?" Ucap (name) dengan tatapan berharap. Ya ampun, jika seperti ini pasti orang orang akan langsung mencurigai gadis itu, kan?

Satoru terdiam, lidahnya sangat keluh ketika mendengar nama kekasihnya diucapkan oleh gadis yang berada di depannya. "Apa maksudmu kau adalah (name)! (name) itu–" ucapan Satoru langsung terhenti ketika hampir saja mengungkapkan hubungannya dengan wanita yang sangat dia cintai.

Memang tak salah, dari segi manapun Satoru tau bahwa orang di depannya ini mirip sekali dengan kekasihnya yang dulu, tetapi kenapa dia merasa perasaan yang sangat mengganjal. Seperti orang di depannya ini sangat mengharapkan kehadirannya, seolah olah siap memeluk dirinya kapanpun.

Tangannya mengepal dan dimasukkan ke dalam saku. Tak ingin ada cekcok, Yaga akhirnya turun tangan. "Apakah bmkau benar (name)? Lalu bagaimana kau bisa membuktikannya?"

(name) lalu tersenyum. Dia lalu langsung menceritakan semua peristiwa, mulai dari perputaran waktu hingga saat dirinya bisa di gua itu, tetapi sepertinya bagi Satoru itu hanya khayalan semata, dia tidak percaya jika ada cerita seperti itu. Apalagi istrinya sudah mati, dan dialah orang yang mengangkat jenazah istrinya saat ingin dikuburkan.

Yaga mulai memikirkan pendapatnya, apakah dia bisa percaya atau tidak. "Huh, oke, kita akan memastikannya besok, kita akan menggali kuburan (name)."

Amarahnya Satoru terguncang lagi, hati kecilnya merasa berat ketika gurunya mengatakan hal seperti itu. Dia tidak ingin melihat tidur istrinya terganggu, apalagi sampai menggali kuburannya. "Aku tidak setuju! Bagaimana bisa kita menggali kuburan (name)?! Kau tau ini membuatku marah!" Rasa cintanya begitu besar, sang terkuat itu merasa sangat emosional sekarang.

Lagian seorang anak kecil terdengar dengan bahagia. "Papa!!" Seru Kosuke sambil berjalan mendekat ke arah Satoru, kepala Satoru menoleh ke arah putranya, sebuah senyum hangat muncul, rasa kesalnya setidaknya lebih berkurang.

(name) membulatkan matanya, baru pertama kalinya dia melihat putranya. Perasaan hangat dan kesedihan mengalir, walaupun mereka tidak bertemu tetapi tidak ada yang bisa memisahkan hubungan ibu dengan putranya, kan?

"Kosuke.." gumamannya terdengar oleh orang yang berada di sana. Satoru yang sedang menggendong anaknya pun langsung.

"Kenapa kau bisa tau namaku? Ayah bibi cantik itu siapa?" Ucap Kosuke kepada ayahnya dengan polos. Matanya Satoru menatap tidak percaya. Dari balik penutup mata dia memandang wajah (name) yang kini menunduk.

"Kosuke, bibi itu–"

"Satoru, apakah kau serius melupakanku begitu saja?" Perasaannya terus bercampur aduk, semakin lama menghadapi perempuan di depannya membuatnya pusing serta informasi yang dia dapat dari six eyesnya membuat hatinya tidak percaya.

"Aku bukan tidak percaya. Tapi apakah kau serius adalah (name)? Kau tau banyak wanita yang menginginkanku, dan mungkin kau adalah salah satunya yang sangat terobsesi."

***

"TUANKU, (NAME) TIDAK ADA DI MANAPUN!"

"LAH? KITA KAN PERI, KAU BISA MENGGUNAKAN ALAT PENDEKTESI KAN?"

"oh, baiklah, tapi sepertinya kita harus pulang, tuan." jawab wakilnya ketika melihat sesuatu di alat pendeteksi.

Helaan nafas gusar keluar dari mulut sang pemimpin. "Kenapa harus pulang?"

"(name) sudah berada di tempatnya, dan juga setauku Floryn ada berada di sini, energinya terlihat dari alat pendeteksi," balas  Ryuu sambil mengotak Atik alat itu. Senyum tercetak di wajah sang pemimpin.

"Jangan pulang dulu, mungkin kita bisa berada di sini lebih lama. Lagipula aku sudah lama tidak liburan, bagaimana?"

TBC.

Our memories (satoruxreader) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang