"Mas, aku bisa pergi sendiri loh padahal!"
"Diam deh, masuk aja. Masih pagi jangan bikin tetangga heboh lihat kita berdua."
Setengah menggerutu akhirnya Kanaya mendaratkan tubuhnya di kursi samping Dewa. Fakta lain yang harus Kanaya terima adalah dia merupakan anak buah dari tetangganya sendiri.
Mas Dewa yang rumahnya berada tepat di seberang rumah Kanaya adalah teman masa kecilnya yang sekarang justru berubah menjadi bos yang sangat menyebalkan seantero Jakarta Selatan. Hanya terpaut usia dua tahun membuat Kanaya kadang lupa bahwa Dewa lebih tua darinya dan sudah selayaknya dia hormati.
"Udah beres kerjaan yang aku minta semalam?"
Pajero hitam itu berbelok ke arah luar perumahan dan dengan kecepatan sedang mulai masuk ke kawasan jalan raya. Alunan lagu milik Gangga mengalun pelan dari balik speaker yang siapapun.manusia.yang.menumpang di mobil Dewa tidak berhak dan tidak diperbolehkan untuk mengutak-atik selera musiknya.
Kanaya mengangguk, di pangkuannya kini ada sekotak bekal berisi sandwich yang dia buat pagi tadi. Roti berisi potongan daging ayam lengkap dengan telur dan beberapa sayuran lainnya.
Gantian, kini Dewa yang menggerutu. Sandwich itu terlihat lezat dan sayangnya Kanaya tidak berbasa-basi menawarinya.
"Kana, aku belum sarapan loh."
Dengan mulut yang masih penuh terisi, Kanaya menolehkan kepalanya ke samping. Wanita itu kemudian mengangkat kotak bekalnya seolah mengatakan 'lo mau ini?'
Tepat, tanpa basa basi tangan Dewa langsung menancap irisan roti isi itu dan melahapnya dengan perasaan bahagia. "Makasih, Na!"
"Iya sama-sama Mas, habis ini gantian beliin aku kopi ya Mas. Ngantuk banget ini mata."
"Jadi barusan kamu pamrih?" tuduh Dewa dengan mata mendelik.
"Nggak pamrih Mas, ya minimal ada timbal baliknya lah." Kanaya tertawa kecil, jelas itu adalah sindiran.
Mobil kemudian berbelok ke arah minimarket yang berada tepat di pinggir jalan raya. Masih sepi, hanya ada beberapa orang yang mengantri di dalam sana.
Dewa menyerahkan uang seratus ribu pada Kanaya, "Mas ada yang mau dititip nggak?"
Kanaya turun dari mobil, ponsel dan tasnya sengaja dia tinggalkan di sana. Toh membeli kopi tidak sampai sepuluh menit dan lagi pula Dewa bukan manusia kepo yang hobi ngurusin kehidupan orang lain.
Dewa menggelengkan kepalanya. Di tangannya kini sudah ada ponsel yang mengambil seluruh atensi lelaki itu. Hampir seluruh dunia Dewa ia habiskan dalam pekerjaan. Tidak seperti kebanyakan lelaki usia 27 tahun di luar sana yang punya waktu untuk pasangan mereka. Dewangga justru masih asik melajang hingga detik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Dua Hati
ChickLitKanaya harus mempertahankan rumah milik kedua orang tuanya. Dengan segala hutang yang ditinggalkan, juga tanggungan hidup berupa tiga orang adik laki-laki yang masih dibawah umur. Kehidupannya menjadi seorang staff marketing tak cukup membuatnya men...