Satu minggu setelah event berakhir, Dewangga kembali mendapat amanat untuk membuat event penting lainnya yang berada di luar kota Jakarta.
Tentu, lelaki matang itu dengan sigap menginfokan pada seluruh anak buahnya untuk segera bersiap menuju kota yang Pak Edward infokan malam tadi.
Event ini akan berjalan sekitar empat hari dan Dewa sudah mewanti mereka untuk tetap fokus pada perencanaan event yang masih dalam status setengah jadi.
"Konten harus tetap jalan Na, sama jangan lupa untuk share ke seluruh akun sosmed poster yang aku minta tadi malam. Jangan ada yang kelewat, kita semua mau event besok ramai pengunjung."
Mas Dewa dengan titah andalannya adalah sebuah wahyu penting yang harus mereka – para anak buah – patuhi.
"Bagus-bagus gue duduk di depan komputer Na, ini udah disuruh dinas luar kota lagi!" Salah satu kubu Kanaya di kantor ini adalah Arfi. Lelaki kurus tinggi hitam yang senang memakai kacamata bulat seperti milik Harry Potter. Padahal sudah Kanaya bisikan untuk mengganti model kacamatanya menjadi bentuk persegi saja.
Namun Arfi selalu menggeleng tegas dan mengatakan, "Gue ganteng kayak gini, Na!"
"Lo kaya orang tolol, Arfi. Please kalo lo mau ikutan kaya Dikta pakai kaca mata bundar, muka lo nggak mendukung sama sekali." Kanaya membereskan meja kerjanya. Memasukkan beberapa barang penting yang nantinya akan berguna.
"Lo sirik aja, buktinya bini gue suka saja lihat gue pulang!" Arfi bersedekap dada. Tubuhnya menyender pada kubikel Kanaya yang kini sudah bersih dari kertas coretan.
Kanaya menyahut pelan, "Mending lo packing deh, sumpek gue lihat muka lo disini!"
"Ye jomblo! Cocok lo sama pak Dewa. Sama-sama gila!"
Kanaya membiarkan Arfi berlalu dengan sumpah serapah di mulutnya. Kalau ada lomba karyawan terjulid sekantor, Arfi jelas menduduki posisi pertama.
"Sudah siap Na?"
Mas Dewa tiba-tiba datang. Lelaki itu berdiri tepat di posisi Arfi tadi, sambil membawa segulung kertas yang Kanaya yakin itu berhubungan dengan event mereka besok.
Kepala Kanaya mengangguk pelan, "Sudah Mas."
"Adam, Koi, sama Yoga sudah kamu infoin?" Sekali lagi Kanaya menganggukkan kepalanya. Ketiga laki-laki yang disebutkan Dewa tadi adalah adiknya. Mereka semua masih dibawah umur. Adam yang saat ini masih duduk di bangku kelas tiga SMA, Koi yang masih kelas dua SMP dan si bontot Yoga yang masih duduk di bangku SD.
"Aku udah bilang mama juga untuk bantu lihatin mereka, perjalanan kita nggak lama kok cuman empat hari. Yang penting kamu siapin aja kebutuhan mereka selama empat hari kedepan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Dua Hati
Chick-LitKanaya harus mempertahankan rumah milik kedua orang tuanya. Dengan segala hutang yang ditinggalkan, juga tanggungan hidup berupa tiga orang adik laki-laki yang masih dibawah umur. Kehidupannya menjadi seorang staff marketing tak cukup membuatnya men...