Part 8

10 6 0
                                    

Suasana di Panti Kresna mulai ramai. Kehebohan tentang kasus asusila yang di perbuat Afan menjadi trending topik di kampung tersebut. Sebagaian yang mengenal Afan tidak percaya. Sebagian menyalahkan Ayla.

“Nak, Afan itu anaknya santun. Rasanya tidak mungkin melakukan hal itu.” Kata bu Ima dengan beberapa ibu-ibu yang sudah mengerumuni pagar sekitar panti.

“Nah, saya juga sependapat. Yakin kalau perempuannya yang tidak beres. Apalagi kita kan tidak tahu asal usul si perempuan. Lah, wong dia saja di temukan rahma di dekat jurang kampung sebelah. Ngapain perempuan berada di dekat ladang perkebunan warga.” Kata ibu yang lain. Sudah banyak warga sekitar yang mengerumuni area panti. Tentu dengan kekepoan mereka terkait kasus yang katanya pemerkosaan.

“Yang di perkosa ternyata gadis yang menumpang di panti itu.” Pekik salah satu warga mendekati gerombolan ibu-ibu rumpi.

Bu Cahyadi bersama suaminya sudah sampai di depan panti. Pak Cahyadi tentu kaget mendengar berita kelakuan anaknya. Sepasang suami istri itu tentu lebih mengenal bagaimana karakter anaknya. Bu Cahyadi tahu kalau korbannya adalah ayla. Beda dengan suaminya yang sama sekali tidak tahu menahu siapa korban anaknya.

Sesampainya di dalam panti, orangtua afan langsung di bawa ke kamar dokter Fadlan. Mereka menemukan Afan masih tak sadarkan diri. Bu cahyadi langsung memeluk anaknya. Tangisnya pecah melihat wajah afan sedikit pucat. Fadlan hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Bu Cahyadi. Seharusnya yang di tengok adalah Ayla. Karena dia korban dari kebejatan Afan.

“Saat ini tengah mengusut kasus ini, Bu, Pak. Afan terbukti mencoba memperkosa Ayla setelah sholat subuh. Saya menemukan ada gejala pemakaian alcohol dan obat perangsang. Untuk target interogasi pertama adalah bu ismi karena dia yang bekerja di dapur.” Jelas Fadlan.

“Ayla! Ismi!” seru pak Cahyadi seakan tidak percaya. Lelaki paruh baya itu menoleh kearah istrinya.

“Kamu lihat sekarang, Ma. Perempuan yang di cintai Afan malah memberi pengaruh buruk pada anak kita. Bisa jadi ini akalan mereka untuk masuk ke keluarga kita.” Pak Cahyadi langsung meninggalkan kamar dokter Fadlan. Di ikuti sang istri yang penasaran kemana suaminya pergi. Matanya membulat saat suaminya masuk ke kamar belakang. Dia menebak tindakan selanjutnya.

PLAAAAK!

Tangan kekar itu sudah mendarat di wajah Ayla. Tak ada ampun bagi cahyadi untuk gadis itu. Beberapa orang yang menjaga ayla mencoba melerai.

“Apa yang anda lakukan, Pak?” Bu Cahyadi langsung menahan tubuh suaminya.

“Aku memberi pelajaran pada wanita ini. Dia bukan perempuan baik-baik, dia bahkan pernah mau menikah dengan lelaki tua yang sudah punya banyak istri. Dia juga melarikan uang mahar yang sudah di berikan istri saya. Terutama ibumu, perempuan materialistis. Kamu tahu, Saskia saat Ismi hendak di lamar sama Harsa, dia banyak memberi persyaratan rumit. Demi cinta pun adikku memenuhinya. Tapi apa yang terjadi? Ismi dan keluarganya kabur membawa uang mahar tersebut.” Suara cahyadi melengking tinggi. "Dan sekarang mereka mau masuk ke keluarga kita? tidak akan aku biarkan!"

"Sudah, Pak. Itu kan masa lalu. Mereka pergi karena di usir dari kontrakan. Mungkin tidak punya tempat berlindung makanya tidak ada kabar. Lagian aku sudah ikhlas soal..."

"Itu uang saya! bukan uang kamu. Saya kepala keluarga, saya yang memberi kamu nafkah dan bisa membuat Afan sekolah tinggi. Saya tidak akan pernah ikhlas kalau Afan benar-benar menikah dengan dia!"

"Saya juga tidak akan mau menikah dengan anak bapak!" Ayla yang sedari tadi diam dan terpojok.

"Saya tidak sudi menikah sama lelaki seperti dia. Bagaimana bisa dia bisa menjaga istrinya kalau martabat perempuan sudah dia hancurkan."

Pak Cahyadi meninggalkan kamar yang di tempati Ayla. Tapi tidak dengan Bu Cahyadi. Wanita yang malah mencoba menenangkan Ayla yang masih terguncang.

Setelah pak Cahyadi pergi dari kamar, Ayla langsung menyusutkan tubuhnya di lantai. Rasanya dia tidak punya semangat hidup. Walaupun Afan belum menyentuh mahkotanya. Tapi lelaki itu sudah melecehkan dirinya. Ayla merasa kotor. Kakinya melipat, wajahnya di tutupi dalam lipatan tangannya. Suara tangis kecil terdengar. Bu Cahyadi melihat itu menjadi terenyuh.

"Jahat sekali, apa salah ku jadi seperti ini?" tangis Ayla.

"Nak," Bu Cahyadi mendekati Ayla. Layaknya seorang ibu dia memeluk Ayla, menguatkan sosok cantik di hadapannya.

"Maafkan anak saya, Ayla." bisik Bu Cahyadi.

Sebagai sesama perempuan hati Bu Cahyadi terketuk. Dia tidak menyalahkan Ayla, hati kecilnya berkata Ayla hanya korban. Tapi dia juga penasaran kenapa putranya senekat itu. Apa waktu yang dia berikan selama ini belum membuahkan hasil. Di mana Bu Cahyadi mempersilahkan Afan mendapatkan Ayla kembali sebelum pulang ke Kalimantan.

"Maafkan anak ibu, Ayla. Kamu pasti terguncang dengan semua ini. Ibu juga kaget, ibu kenal sama anak ibu. Tidak biasanya dia begini." Ayla menjaga jarak dari Bu Cahyadi. "Jadi anda menyalahkan saya? Anda pikir saya mau di perlakukan seperti ini?"

"Jika kamu berkenan, ibu akan minta Afan mempertanggungjawabkan apa yang dia lakukan. Tolong jangan tolak permintaan saya. Karena saya tahu kalian saling mencintai. Walaupun saya tahu apa yang Afan lakukan sangat salah. Ibu mohon sama kamu, Nak."

"Maafkan saya, Bu. Rasanya sakit sekali mengingat apa yang kak Afan lakukan. Saya belum bisa memaafkan kak Afan." Ayla meleraikan tubuhnya dari Bu Cahyadi. Sekarang dia memilih duduk di dekat jendela. Air matanya menetes seakan ada duka yang dia rasakan.

"Bu Cahyadi, bisa kita bicara?" Ismi sudah berdiri di depan sang pemilik panti. Bu Cahyadi baru selangkah meninggalkan kamar yang di tempati Ayla. Kedua wanita satu generasi ini langsung duduk di teras depan panti. Kursi kayu jati menemani mereka memulai apa yang akan di bahas.

"Sebelumnya saya minta maaf kalau permintaan saya lancang. Tapi Afan harus bertanggungjawab atas Ayla. Saya takut kalau tiba-tiba Ayla hamil tanpa suami." kata Bu Ismi.

"Saya sudah bicarakan sama Ayla, Ismi. Tapi Ayla masih syok dengan kejadian tadi. Apa kita tunggu dia tenang dulu. Baru di bicarakan lagi. Sejujurnya tidak etis kalau membahas sekarang. Kata dokter Fadlan, Ayla akan di visum terlebih dahulu. Setelah mendengar keterangan polisi baru kita ambil tindakan selanjutnya."

Aduh kalau pakai visum nanti ketahuan kalau Ayla masih suci. Gagal rencanaku dapat besan kaya raya. Selama ini aku mendukung Ayla dan Afan karena latar belakangnya. Bukannya Bu Saskia mendukung hubungan mereka. Kalau rintangannya hanya pak Cahyadi aku rasa bisa diatasi. batin Ismi.

"Maaf, Bu Ismi. Anda harus ikut kami ke kantor polisi." kata salah satu petugas polisi.

"Saya? Ke ... kenapa? saya salah apa?"

"Dari cctv ibu terbukti memasukkan sesuatu di minuman pak Afan."

"Cctv?" Ismi kaget.

"Iya, Bu. Dan Afan juga akan di tahan karena sudah mencoba memperkosa Ayla." Jelas Fadlan.

"Bu .. bukan saya! Nak, Fadlan tolong bantu ibu. Ini semua tidak benar. Kamu mau kan balas jasa ayahnya Ayla? ibu janji akan menerima kamu seperti anak sendiri. Tapi tolong ibu, Nak!" suara Bu Ismi semakin menjauh.

Fadlan menarik nafas dalam-dalam. Dia tidak menyangka kalau ternyata Bu Ismi terlibat.

"Bu, lebih baik selesaikan di kantor polisi. Kalau memang ibu tidak salah pasti akan di bebaskan. Soal Ayla ibu jangan takut. Kami semua di sini akan menjaga Ayla."

Justru ini yang aku takutkan. Kalau Fadlan di dekat Ayla terus. Mereka bisa jatuh cinta. Aku tidak mau punya mantu tidak jelas bibit bebet dan bobot nya.

"Jadi ini semua kerjaan Ismi. Ya Allah, tega dia berbuat seperti itu sama Ayla dan Afan. Buntutnya Afan akan ikut terseret." ucap Bu Cahyadi.

Secret of Ayla Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang