part 9

12 6 2
                                    

Ayla dan Fadlan berdiri di depan pintu lapas. Tentu saja menemui sang ibu yang sudah satu minggu lebih mendekam di sana. Dia baru di beritahu kalau sang ibu di penjara karena terbukti menjebak Afan. Ayla yakin itu perbuatan pak Cahyadi yang tidak suka sama keluarga dirinya.

"Ay, aku keluar dulu. Kalian bicaralah." kata Fadlan seraya meninggalkan Ayla yang duduk di kursi jenguk.

"Nak," sapa Bu Ismi.

Kedua anak dan ibu pun saling berpelukkan. Tangisan pun tak luput dari keduanya.

"Kenapa bisa seperti ini? Apa yang mereka lakukan pada ibu?" suara Ayla terisak-isak.

"Maafkan ibu, Nak."

"Ibu kenapa minta maaf? apa mereka mengancam ibu?"

Sepertinya Ayla sudah terlanjut benci sama mereka.

Ayla masih yakin kalau ibunya di bawah ancaman pak Cahyadi.

"Maafkan ibu, Nak. Memang ibu yang melakukan semua ini. Tapi target ibu bukan Afan, melainkan Fadlan. Ibu berharap kalau Fadlan berbuat senonoh pada anak panti lain dia akan di usir dari panti. Dia tidak akan ganggu hubungan kamu dan Afan."

Ayla syok. Ternyata benar biang keladinya adalah sang ibu. Kepalanya menunduk malu. Iya dia malu sama keluarga Afan, malu sama orang-orang di panti. Ayla tidak menyangka kalau ibunya sampai sejauh itu.

"Apa salah Fadlan, Bu?" Isak Ayla mendengar pengakuan Ismi.

"Fadlan itu cinta sama kamu, Ay. Dia baik sama kamu ada mau nya. Dia tidak tulus. Kamu lupa saat harusnya kamu bisa ambil S2 di Jakarta. Malah ayah kamu menggunakan biaya S2 itu untuk sekolah Fadlan. Padahal kamu anak kandungnya, tapi dia mementingkan anak angkatnya. Yang entah bibit bebet bobot tidak kita ketahui. Ibu melakukan hal ini untuk masa depan kamu, Nak. Afan itu anak orang kaya. Kita kenal dengan orangtuanya. Kamu di dukung sama ibunya. Kurang apa lagi, Ay."

"Tapi ibu lihat kan? Malah kak Afan yang kena. Aku pikir setelah kejadian pak Bahar ibu bisa belajar mengambil hikmah. Tapi ternyata aku salah. Dari dulu ibu salah. Ibu memakai uang mahar dari Bu Cahyadi untuk membeli perhiasan. Lalu berhutang sama pak Bahar. Kenapa, Bu! kenapa ibu jahat sekali sama aku anakmu sendiri."

"Maafkan ibu, Nak. Maafkan ibu." Ismi menunduk malu.

"Aku kecewa sama ibu!" Ayla berlari keluar dari ruang jenguk.

Ayla meninggalkan lapas tempat Ismi bernaung saat ini. Di teras depan kantor polisi dia mendaratkan tubuhnya. Memilih duduk di dekat posko polisi. Dia meluapkan semua perasaan yang dia pendam.

"Ay," suara sapaan tak membuat dia bergeming.

"Fadlan, maafkan ibuku. Maafkan ibuku." Ayla sudah berada dalam pelukan Fadlan.

"Aku sudah tahu. Sewaktu bangun saat sholat subuh aku bertemu ibu. Dia tiba-tiba menyapa dan mengatakan sudah membuatkan minuman khusus. Ternyata tempat yang ibu tunjukkan sudah di tempati sama keluarga Afan. " jelas Fadlan.

"Aku harus bagaimana, Fad?"

"Ikuti kata hati kamu, Ay. Jika memang kamu mau memaafkan Afan datang ke lapas. Kasih penjelasan yang sebenarnya. Walaupun begitu dia tetap tidak akan bebas begitu saja. Paling tidak hukumannya di ringankan. Dari 10 tahun menjadi lima atau mungkin enam tahun."

"Maafkan aku, sepertinya aku belum bisa memaafkan kak Afan. Rasanya sakit mengingat bagaimana dia melakukannya."

"Aku paham, Ay. Tata mental kamu dulu baru ambil langkah selanjutnya. Jangan lupa panjatkan doa kepada yang di atas."

"Aku kotor, Fadlan. Rasanya Tuhan pun tidak akan mengabulkan doa ku." lirih Ayla.

"Tentu. Allah kan maha pengasih dan penyayang. Dia pun akan mengampuni segala dosa umatnya. Asal kita tetap mendekatkan diri pada yang maha kuasa." Fadlan menjentik hidung Ayla.

Secret of Ayla Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang