Part 19

9 2 0
                                    

Ayla baru saja meninggalkan ruang kerjanya. Beberapa teman se profesinya sudah lebih dulu pulang. Sementara dirinya menunggu jemputan Fadlan. Sudah sekitar tiga hari Fadlan berada di Jakarta. Dia dapat penempatan pertukaran dokter di salah satu rumah sakit swasta.

Ayla berjalan menuju gerbang kantor. Beberapa hari ini desas desus tentang perusahaan yang akan di somasi pihak ikatan buruh Indonesia. Kabarnya karena bos mereka, Panji Agung Laksono mangkir tanggung jawab atas musibah ambruknya salah satu gedung pabrik.

Sekarang dia sudah berdiri di depan gerbang kantor. Masih diiringi langit yang mulai menghitam. Akhir-akhir musim hujan sudah mulai memasuki kota Jakarta. Ayla menarik nafas dalam-dalam, menghirup udara yang mulai mendingin. Sebagai rasa syukur kalau masih di beri kesempatan untuk tetap hidup. Tetap kuat setelah semua yang terjadi. Ayla duduk di kursi dekat posko. Membuka gawai sekedar mencari hiburan.

Kepalanya menegak ketika suara ketukan sepatu mendekati dirinya. Ternyata yang di tunggu sudah tiba. Ayla langsung berdiri mendekati calon suaminya. Lelaki yang menerima dirinya apa adanya.

"Maaf menunggu lama," suara bariton menyapa Ayla di gerbang kantor. Ayla tersenyum melihat kedatangan Fadlan.

"Belum lama, Mas." Ayla menyalami Fadlan. Keduanya saling melempar senyum.

"Kamu tahu, sudah lama aku nggak lihat kamu senyum. Setelah semua yang terjadi akhir-akhir ini. Apa ini tandanya kamu mulai buka hati buat aku?" kata Fadlan sembari mengerlingkan matanya.

Ayla tergelak, sikap Fadlan membuat dia terhibur. Di tengah rutinitas kantor yang menyitanya. Fadlan mengusap pucuk hijab Ayla.

"Mas lupa kalau aku ini murah senyum. Semua yang terjadi akhir-akhir ini adalah ujian hidup. Kita harus menghadapi alur yang di buat. Oh, Ya Mas Fadlan dapat rumah sakit mana?" Fadlan tersenyum genit. "Senyumlah untuk semua orang tapi hatimu jangan."

"Sejak kapan kamu bisa merayu?" decih Ayla.

"Sejak aku jatuh cinta sama seseorang dari kecil. Aaaaaww...." Fadlan meringis saat cubitan manja mendarat di pinggangnya. Ayla hanya tertawa kecil saat di balas tatapan maut. "Yuk, pulang, Mas. Aku lapar." Ayla menarik tangan Fadlan meninggalkan kantor.

"Tapi kamu mau kan mampir ke tempat kerjaku dulu. Soalnya tas aku tinggal di sana. Sekaligus mengembalikan jas." sambung Fadlan.

"Maaf, Ya. cuma karena mau jemput aku, kamu sampai meninggalkan pekerjaan." Ayla merasa tidak enak.

Fadlan meminta Ayla menunggu karena akan mengambil motor di parkiran. Gadis itu menurut saja. Dia sudah malas melangkah lagi, lebih bagus menunggu saja.

"Wah, Mika kamu belum pulang?" sapa Rini.

"Ini mau pulang. Yang jemput lagi ambil motor di parkiran." kata Ayla.

Rini melihat seorang lelaki muda berjalan mengiringi motornya. Ayla memperkenalkan Fadlan sebagai calon suaminya. Rini melihat pakaian Fadlan sudah bisa menebak profesinya.

"Dia dokter?" tanya Rini.

"Iya, Mbak." jawab Ayla.

"Sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya Rini lagi.

"Kami ...."

"Yuk, Ay. Ini dah sore Lo." Fadlan muncul bersama motornya.

Ayla pamit pada Rini.

"Mbak saya duluan, Ya. sudah di tunggu."

"Iya, Mika. Kalian hati-hati, kayaknya sudah mau hujan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret of Ayla Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang