Part 1

32 11 1
                                        

"Fan, ibu mau bicara sebentar sama kamu?" kata ibu Cahyadi dengan mimik serius.

"Baik, Bu," sambil menyudahi makannya.

Sekarang Taufan sudah di ruang tamu bersama kedua orangtuanya.

"Begini, Nak. Ibu sedang memikirkan hal ini dalam beberapa hari ini. Soal lamaran dan pernikahan kamu sama anaknya Laksmi. Ibu lihat dia anak yang baik, sopan dan pintar. Hanya saja ibu masih merasa ada yang mengganjal di hati, Nak,"

Taufan mengerutkan dahinya. Bukankah Echa adalah pilihan sang ibu saat itu. Dia memang terpesona dengan Echa. Dia pun menerima gadis itu karena permintaan sang ibu. Tapi entah kenapa tiba-tiba ibunya bilang seperti itu.

"Sebenarnya ada gadis lain yang pernah ibu lamarkan untuk kamu. Masih ingat sama Ayla? yang dulu pernah kamu sukai sejak kuliah.  Ibu pernah datang ke rumahnya. Tapi beberapa hari yang lalu  ibu kembali menemui Ayla. Mereka sudah pindah, Nak,"

Taufan sedikit terperanjat. Selama ini dia menganggap kalau ibu nya tidak suka sama Ayla, gadis pujaan hatinya.

"Ibu pernah datangi Ayla?"

"Iya, Nak, kamu ingat saat ibu bernazar ingin melihat anaknya menikah sebelum ibu meninggal nantinya,"

"Tapi kenapa ibu baru cerita sekarang?"

"Maafkan ibu, Nak,"

"Kamu tidak perlu minta maaf,Bu. Mereka saja yang tidak tahu diri. Sudah di kasih angin segar malah nolak, lagian mereka tidak sepadan dengan kita, Bu," pak Cahyadi muncul di tengah obrolan ibu dan anak.

"Apa karena kabar tentang pernikahan aku dan Echa membuat mereka pergi?"

"Apapun itu bapak lebih respect sama anaknya Lakshmi daripada anaknya Ismi," Pak Cahyadi tegas.

"Bapak sudah kabari anaknya Rahmat?" tanya Bu Cahyadi.

"Sudah, tapi dia bilang mau pulang ke rumah bude Darmi, padahal rumah kita lebih nyaman daripada rumah bude," kata pak Cahyadi.

"Ya kan dia besar disana, Pak," kata Bu Cahyadi.

"Iya, sudah sepuluh tahun dia tidak pulang kesini. Mumpung Taufan mau nikah," tambah pak Cahyadi.

"Fan, kamu masih ingat sama Panji, cucunya nenek Darmi?" tanya Bu Cahyadi.

"Yang punya pabrik madu itu, ya, Bu?" Bu Cahyadi mengangguk.

"Aku lupa-lupa ingat, Bu,"

Taufan meninggalkan kedua orangtuanya di ruang tamu. Diayunkan kakinya menuju teras depan rumahnya. Memang dia sedang di pingit, akan tetapi soal Ayla mengganggu pikirannya. Gadis yang dia cintai sejak kuliah di Universitas ternama di jogjakarta. Walaupun usia Ayla sangat jauh darinya. Bahkan dibawah Echa.

Sebentar lagi dia akan melepaskan statusnya dari lajang menjadi seorang suami. Suami dari perempuan yang tidak terlalu dekat dengannya. Mungkin bagi sebagian orang ini konyol, tapi demi baktinya pada kedua orangtuanya dia rela mengikhlaskan perasaannya pada Ayla.

Ting!

"Selamat ya, kak Afan. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Maaf, Ay tidak bisa datang," pesan dari ayla di laman sosmed milik Taufan.

Beberapa orang mengucapkan selamat atas rencana pernikahannya dengan Echa. Walaupun sebagian temannya tahu kalau Taufan sedang mengejar cinta seorang Ayla.

"Kamu dimana,Ay?"

"Di suatu tempat yang pasti saya disini baik-baik saja," balas Ayla.

"Ay, saya mau bertemu dengan kamu, boleh?"

Secret of Ayla Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang