Pengunduran diri bassist band indie Masquerade enam bulan sebelum penampilan mereka di festival musik Goldwing membuat Jovan, sang ketua, kehilangan arah dan semangat untuk maju. Terutama ketika dia bukan hanya kehilangan seorang anggota, melainkan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Purnama Jaya Highschool 2 years ago
"WOAH! Ini beneran nggak sih?!" Noel berseru dengan mata berbinar-binar. Dia mencoba membolak-balik kartu nama yang digenggamnya itu untuk memeriksa apakah palsu atau tidak, namun ternyata sangat otentik. "Jadi kita bisa audisi langsung dong?!"
"Itu belum tau," tukas Jovan, bersedekap di balik keyboard ruang ekskul musik. "Katanya mereka bahkan udah pernah ngirim undangan lewat email, tapi kayaknya gue nggak sempet buka. Gue belum ngehubungin orangnya sama sekali sih."
"Loh, kenapa?" tanya Haris. Dia duduk di atas sofa dengan gitar bass di pangkuannya. Beberapa menit yang lalu mereka dikejutkan dengan kedatangan Jovan ke ruang ekskul musik, membawa berita bahwa seorang agen dari D&D Media memberikannya kartu nama.
Biasanya, hal ini berarti sebuah label tertarik dengan bakat calon artisnya.
"Gue mau ngasih tau kalian dulu sebelum gue ngelakuin apa-apa," jawab Jovan. "Terutama Noel. Jadwal audisinya deket banget sama jadwal ujian dia."
"Yaelah, Kak! Gue mah aman!" Noel berdiri dari kursi drum dan menepuk dadanya. "Gue drummer. Multitasking adalah salah satu kemampuan gue."
"Biar gue ngomong aja sama agennya."
Tiga kepala serentak menoleh ke arah sosok yang bersuara. Berdiri di atas kursi bundar dengan gitar listrik di atas pangkuannya adalah Ardhan. Pemuda itu tersenyum dan melanjutkan, "Bokap gue pengusaha jadi gue tau berbisnis. Kalo D&D udah setertarik itu dengan kita bahkan sampe ngirim email dan kasih kartu nama, menurut gue mereka bakal bersedia nyiapin hari khusus buat audisi kita."
"Serius lo?" Haris mencondongkan tubuhnya ke depan.
Ardhan mengangguk. "Gue juga bisa jadi perantara antara agen dan band kalo kalian mau. Biar Jovan nggak kerepotan juga sampe email dari label nggak kebaca."
Ruang ekskul musik seketika menjadi hening. Setiap personil menunggu konfirmasi dari Jovan yang masih terdiam merenung. Setelah beberapa menit lewat, barulah dia menghadap Ardhan dan berkata, "Lo beneran mau ngehandle itu?"
"Trust me, Jov. Ini keahlian gue."
# # #
BRAK!
"PENGKHIANAT BRENGSEK!" seru Jovan tepat di wajah Ardhan seraya dia mencengkeram kerah pemuda itu dan mendorongnya keras ke dinding sebuah gang. "SUKSES MACAM APA YANG DIDAPETIN DENGAN CARA KOTOR?!"
Ujung bibir Ardhan sudah robek hasil baku hantam yang terjadi beberapa detik yang lalu. Napas kedua pemuda itu terputus-putus. Semua emosi meledak saat itu juga.