4. Anonymous Composer (4)

335 63 10
                                    

• PART ONE •

—— Anonymous Composer ——

• ● | 4 | ● •

Kafka bersandar pada kursinya dan menatap kosong layar laptop yang menyala di atas meja belajarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kafka bersandar pada kursinya dan menatap kosong layar laptop yang menyala di atas meja belajarnya. Terpampang pada layar tersebut ialah video penampilan sebuah band indie bernama Masquerade di sebuah kafe yang diunggah oleh seseorang di Youtube. Selama beberapa jam terakhir, Kafka sudah mencari tahu tentang mereka; dimulai dari mendengar single dan album yang sudah rilis hingga menonton penampilan-penampilan yang dapat ditemukan di internet. Pendengar mereka belum terlalu banyak tetapi Kafka dapat akui ciri khas musik band tersebut memang tergolong tidak mainstream.

"Menurut gue lo cocok banget dengan konsep band ini."

Sekarang Kafka bisa sedikit memahami pemuda aneh yang terus menerus membuntutinya itu. Dia bilang dia adalah kembaran Rival, ketua kelasnya. Mereka sama sekali tidak mirip, secara perilaku dan fisik--kemungkinan besar kembar fraternal. Namun Kafka pernah dengar bahwa Rival memang memiliki seorang kembaran lantas ini tidaklah aneh.

Dia menutup tab video Masquerade di laptopnya dan dipertemukan dengan track aransemen yang sedang dia kerjakan tepat di baliknya--sesuatu yang diganggu oleh kedatangan Jovan di perpustakaan sore hari itu. Kafka masih berada di tahap editing dan baru menyelesaikan setidaknya 40% dari lagu. Tidak biasanya dia menghabiskan waktu selama itu, yakni seminggu, namun sepertinya mendapati identitasnya sebagai komposer lagu-lagu yang biasa diputar di kampus diketahui oleh seseorang membuatnya sedikit terkecoh.

Apakah Jovan benar-benar setertarik itu dengan lagunya sampai rela niat sekali mencarinya?

Kafka memejamkan mata. Barangkali memang tidak seharusnya dia mengirim lagu-lagu tersebut pada Senja.

Tiga ketukan yang berasal dari pintunya terdengar. Mata Kafka langsung membuka dan dia menutup laptopnya secepat mungkin. Detik berikutnya, pintu didorong pelan dan tampaklah figur pria dengan kacamata bertengger pada batang hidungnya.

"Lagi belajar?" tanyanya.

Kafka baru saja hendak menggeleng sebelum dia berhasil mengingatkan diri sendiri. Sebaliknya, dia mengangguk.

"Ngerjain tugas."

Itu tidak sepenuhnya bohong. Dia memang akan mengerjakan tugas, namun sekarang belum mulai.

"Di bawah ada makanan. Papa beli tadi. Kamu belum nyentuh sama sekali habis pulang dan ini udah dua jam," pria itu berkata.

"Oh. Iya, nanti aku makan. Makasih, Pa."

Ayahnya terdiam sejenak, kemudian masuk ke dalam kamar putranya. Dia menarik napas dalam dan menepuk pelan bahu Kafka. "Minggu depan Papa bakal ke luar kota selama dua mingguan. Kamu... nggak pa-pa kan sendiri?"

MASQUERADE | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang