Pengunduran diri bassist band indie Masquerade enam bulan sebelum penampilan mereka di festival musik Goldwing membuat Jovan, sang ketua, kehilangan arah dan semangat untuk maju. Terutama ketika dia bukan hanya kehilangan seorang anggota, melainkan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Makasih, Rival!"
Tepat saat musik mulai bermain menandakan berakhirnya segmen, Senja menyatukan kedua tangannya membentuk tanda terima kasih. Rival duduk di seberang meja broadcast EnRadio, juga dengan headphone dan mic. Merekabaru saja menyelesaikan wawancara mengenai galeri terbuka jurusan Arsitektur yang berakhir sekitar dua hari lalu. Banyak orang setuju bahwa event tersebut tergolong sukses.
"Thanks for having me," tukas Rival, tersenyum.
"Eh, tumben kembaran lo nggak ke sini lagi. Gue kaget tau lo ternyata kembar."
"Hah, Rival kembar?" timpal Calista dari sofa. Gadis itu sedang asik memainkan ponselnya saat mendengar percakapan mereka.
Senja memutar kursinya ke belakang untuk menghadap gadis tersebut. "Iya. Jovan itu kembarannya Rival."
Calista beranjak dari sofa dan mendekati meja broadcast. Gadis itu mengangguk sembari tersenyum. "Dia ke sini terus waktu itu. Katanya sekalian nunggu lo. Ternyata asik juga anaknya. Katanya dia ada di band ya?"
"Ohh. Iya."
"Gue kemarin puterin salah satu lagu Masquerade tau di sini. It's really good, actually," ujar Senja.
"Ah, jadi yang kemarin itu lagu Jovan?" tanya Calista.
"Yup! Lo denger lagu mereka yang lain deh."
Rival tahu dia tidak seharusnya terkejut betapa mudahnya Jovan bergaul dengan orang-orang baru. Dalam beberapa hari saja dia sudah berteman dengan Senja dan Calista. Ditambah lagi, entah bagaimana Kafka berhasil diyakinkan untuk bergabung dengan Masquerade. Namun sejak mereka kecil pun kembarannya itu selalu bagaikan magnet yang mampu menarik orang-orang ke dekatnya.
"Kayaknya masa istirahat dia udah kelar," Rival berkata dan tersenyum simpul. "Fokusnya udah balik lagi sekarang."
Percayalah, dia sangat lega. Ketika Haris keluar dari band, Jovan merasa terkhianati dan kehilangan arah. Rival paham. Keduanya sudah bersahabat lama dan mengembangkan Masquerade sejak kelas 2 SMA. Tetapi sekarang jalan mereka sudah berbeda. Barangkali kehadiran Kafka membangkitkan semangatnya untuk meneruskan Masquerade lagi.
Layar ponsel Rival tiba-tiba menyala dan barulah terlihat belasan notifikasi menghujaninya. Dia mengambil benda pipih tersebut dari meja dan memindai setiap pesan: tugas, tanggal batas kumpul tugas, informasi kelas dan sederet pengumuman lain yang harus dia sampaikan ke teman-teman sekelasnya terpampang jelas pada layar. Rival spontan berdiri dan segera mengenakan jaketnya kembali.