17. Scarred Melodies (3)

250 45 19
                                    

• PART FOUR •

—— Scarred Melodies ——

• ● | 3 | ● •

Kafka yakin organ yang memompa seluruh aliran darahnya akan melompat keluar dari dadanya saat dia terbangun dari mimpi yang mengerikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kafka yakin organ yang memompa seluruh aliran darahnya akan melompat keluar dari dadanya saat dia terbangun dari mimpi yang mengerikan. Sekujur tubuhnya basah oleh keringat dan rambutnya lembab. Napasnya pun masih tersengal-sengal seolah udara menolak untuk masuk ke dalam paru-parunya. Bahkan ketika dia sudah sadar bahwa dia sedang berada di kamar tidurnya, rasa takut yang sangat intens tersebut masih tersisa, seolah fisiknya masih mengingat jelas kenangan buruk tersebut.

Kafka menarik tubuhnya dan duduk di tepi kasur, mengatur napasnya dengan lambat dan pasti. Kedua tangannya mengepal di atas lututnya. Matanya berusaha fokus pada satu titik di lantai.

Kamarnya yang luas tersebut selalu berada dalam kondisi terang benderang. AC terus menyala, menghembuskan udara dingin yang sejuk. Kafka terus menerus mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia ada di kamarnya; bahwa dia aman; bahwa dia baik-baik saja.

Setelah menenangkan diri selama beberapa menit, dia menarik napas dalam dan mengusap wajahnya. Sudah lama dia tidak mengalami mimpi buruk yang begitu mengerikan sampai membangunkannya dari tidur. Kemungkinan besar ini adalah efek dari pertemuannya dengan sang ibu kemarin.

Dia merentangkan jemari-jemari tangannya dan memperhatikannya. Pada ujung masing-masing jemari kirinya, terdapat area kulit yang lebih keras atau dalam kata lain, kapalan. Hal itu niscaya terjadi pada para musisi, terutama mereka yang memegang alat musik bersenar karena kontak fisik yang konstan dengan besi kawat. Tidak salah lagi, dari situlah Astrid tahu bahwa anaknya ternyata masih bermain musik.

"Kamu sendiri yang bilang kamu nggak bisa hidup tanpa musik. Itu tujuan hidup kamu! Itu darah daging kamu!"

Jovan dan dia sangat berlawanan, bukan?

Ibu yang satu melarang anaknya bermain musik, yang satunya lagi memaksanya untuk menyukai musik.

Sungguh...

Sungguh menyiksa untuk mengakui bahwa apa yang dikatakan ibunya itu benar.

Kafka tidak bisa hidup tanpa musik. Dia bahkan tidak tahu cara lain untuk mengekspresikan dirinya selain dengan seni tersebut.

Akan tetapi, musik adalah alasan di balik begitu banyak lukanya. Dia membenci segalanya yang berkaitan dengan musik. Rasanya kelewat menyakitkan untuk sekedar menyukainya.

Kafka beranjak dari tepi kasur dan meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja belajar. Layar digital tersebut menunjukkan pukul 12 malam. Ayahnya pasti sudah pulang kerja. Kafka ketiduran di kasurnya saat sedang mengerjakan tugas dan tidak bangun lagi untuk makan malam. Biasanya sang ayah akan membangunkannya, namun sepertinya pria itu memutuskan untuk membiarkannya istirahat.

MASQUERADE | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang