Hai pren
Terimakasih udah setia membaca cerita ini. Setiap awal pasti memiliki akhir. Selamat membaca.....
."Nyatanya, awal dan akhir itu selalu berdampingan."
_Genius Circle.
.Satu minggu berlalu sejak selesainya kompetisi antar sekolah itu, semuanya mendadak menjadi asing. Cowok yang sering di sapa dengan panggilan "Danu" itu mendadak jarang berkumpul dengan yang lainnya, bahkan cowok itu sudah keluar dari grup WhatsApp khusus circle nya, pun di susul oleh Tedy, Nila, dan Zira.
Ayra, cewek yang masih menggunakan mukena bermotif itu duduk termenung di musholla sekolah usai melaksanakan sholat Dhuha. Ia tau kalau semua ini akan terjadi, cepat atau lambat, siap atau tidak siap, semua ada masanya dan ia harus menerimanya.
"Kalau tau akhirnya begini, bagus ngga ketemu dari awal aja." Ucapnya bergumam. Dirinya seperti orang yang susah move on dari mantan.
"Lo tau ngga sih kalau gue gampang banget nangis? Lo bilang gue ngga boleh sedih, tapi kenapa lo yang bikin gue sedih sampai nangis berhari-hari?"
"Boleh gue bilang kalau gue egois karna gamau kita asing?" Ayra mengusap sudut matanya yang sedikit berair. "Kenapa bisa jadi begini? Gue ngga mau kita bubar."
"Sedekat itu ya mereka dulu? Sampai Ayra susah untuk lupainnya." Ucap Windy pelan pada Syakila yang berdiri disebelahnya, mereka berdua sibuk mengamati Ayra dari depan pintu musholla.
"Dekat banget malah." Syakila menyahut. "Sampai banyak orang berfikir kalau mereka pacaran."
"Tau ngga sih, Win?" Syakila memutar tubuhnya menjadi menghadap Windy. "Ayra pernah di datangin adik kelas yang nge-crush in Danu, karna mereka berfikir kalau Ayra dan Danu itu pacaran."
Windy terdiam. Pantas aja Ayra sesusah itu untuk ngelupainnya. Batin Windy, pandangannya tak lepas dari Ayra yang masih setia duduk di musholla seorang diri.
Entahlah, Windy jadi merasa bersalah. Apa karna kehadirannya yang membuat mereka akhirnya bubar? Bahkan Windy sendiri pun bingung harus memulai dari mana untuk membuat Ayra seceria dulu.
***
Pada akhirnya, semuanya menjadi asing. Gedung sekolah itu yang mempertemukan, kelas yang mengenalkan, dan asing karna masanya sudah selesai. Kata, "Kita akan sahabatan selamanya" kini hanya menjadi janji manis yang sudah hambar rasanya. Kenapa harus ada pertemuan kalau akhirnya perpisahan? Semuanya kembali seperti semula, sebagai orang asing yang tak lagi saling menyapa.
Satu minggu tidak masuk sekolah membuat Ayra rindu akan suasananya. Sekarang cewek itu tengah berdiri di teras depan kelasnya di lantai 2 yang menghadap langsung ke lapangan. Dilihatnya banyak siswa yang berlalu lalang untuk masuk ke kelas masing-masing. Suasana pagi hari seperti inilah yang sebenarnya Ayra rindukan.
Senyum tipis menghiasi wajahnya cewek berkacamata itu. Tapi setelah mengingat satu fakta bahwa semuanya sudah berbeda membuat senyum yang Ayra tunjukkan luntur seketika. Apa yang harus ia lakukan saat masuk kedalam kelas dan bertemu dengan teman-temannya nanti? Jelas tidak ada lagi candaan, dan sapaan lagi.
"Mau di sini aja?" Suara itu berasal dari Bastian yang sudah berdiri di sisi kanan Ayra sembari merangkul pundak sepupunya itu.
"Mau pindah sekolah aja, boleh ngga?" Ucap Ayra tanpa melihat ke arah Bastian. "Gue belum bisa nerima kalau gue sama mereka beneran asing."
"Nanti kita cari teman yang lebih baik dari mereka, kak."
"Ini waktu bisa di putar lagi ngga sih? Gue pengin ngulang semuanya dari awal kenal mereka sampai bisa bener-bener sedekat itu."
"Mereka datang untuk singgah, bukan selamanya. Kita harus sadar itu kak."
Ayra menatap Bastian, mata cewek itu sudah berkaca-kaca siap untuk menumpahkan cairan beningnya. "Lo juga bakal ninggalin gue kayak mereka, Bas?" Tanya Ayra. "Jangan, ya? Gue belum siap. Nanti gue ngga punya temen."
"Cingeng banget sih lo, kak." Canda Bastian. Runtuh sudah pertahanan Ayra, cewek itu menetaskan air matanya dan langsung memeluk Bastian dan menghiraukan para siswa yang berlalu-lalang.
"Jangan berubah kayak mereka, dek. Gue ngga punya temen lagi." Ucapnya terisak.
"I'm always here." Ucap Bastian. "Temen yang lain boleh ninggalin lo, kak, tapi gue engga."
***
"Boleh gue bilang lo egois, Nu?" Tedy, cowok itu sudah berada di dalam kelas bersama Danu. "Lo pengin asing karna mau hilangin perasaan itu."
"Gue pikir itu cara yang paling tepat untuk gue ambil."
"Lo salah besar, Nu." Ucap Tedy. "Lo liat sendiri kalau minggu lalu Ayra sampai drop dan harus rawat inap karna mikirin hal kayak begini. Dan barusan, lo juga liat Ayra nangis di peluk Bastian. Lo pikir nangisin apa kalau ngga nangisin persahabatannya yang hancur."
"Stop nyalahin gue, Ted. Gue juga ngga mau bubar! Tapi lo liat sendiri gimana respon temen-temen yang lain liat kita temenan sama cewek."
"Banyak banget alasan lo, Nu. Jangan bilang kalau lo juga ngga mau temenan sama gue lagi?"
***
"Pertemanan hancur, keluarga hancur, sial banget hidup gue!" Syakila tengah berdiri di roftoof gedung utama. Cewek itu sudah berulang kali menyerka air matanya yang menetes. Rasanya ia frustasi. Pandangannya mengarah ke bawah melihat banyaknya siswa yang berlalu-lalang.
"Kenapa hidup gue ngga seberuntung mereka? Gue juga berhak untuk bahagia, kan? Tapi kenapa gue ngga pernah ngerasain bahagia?!"
Dengan napas yang memburu dan air mata yang terus menetes, Syakila berjalan hingga langkahnya terhenti tepat di ujung pembatas.
Mati.
Satu kata itu terlintas dipikirannya.
"Gue ngga berhak bahagia." Ucapnya bergumam. Sedetik kemudian tubuh lemah itu terhempas dari gedung tertinggi yang ada di Bakti Bangsa.
Suara teriakan siswa yang ada disana mengundang perhatian. Banyaknya darah membuat siapa saja menjadi takut dibuatnya. Entah apa yang akan terjadi setelahnya pun mereka tidak tau.
***
Ending
.
.Terimakasih udah setia baca cerita ini.
Kalau ada kesempatan aku bakal lanjut season 2.Sedikit cerita.
Cerita ini di tulis atas dasar kekecewaan. Sebagian cerita ini berdasarkan kisah nyata. Kalau luka nya masih terasa, aku lanjutkan season 2 .Terimakasih
16 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
GENIUS CIRCLE [TAMAT)
Novela JuvenilHALLO..HALLO.. HAI!!! FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! . Bagaimana rasanya terjebak di sekolah dengan berbagai peraturan aneh yang selalu berubah-ubah di setiap tahun ajaran baru? Itu yang dirasakan oleh semua siswa SMA Bakti Bangsa. Selain terjebak di...