Happy reading
•
•
•
•
" Kamu keterlaluan," suara dingin dari wanita paruh baya yang ada di belakangnya membuat langkah kaki Daniel terhenti tepat di depan gerbang rumahnya.Pria itu berbalik dan mendapati Anin yang kini sudah berdiri di belakangnya, sorot matanya penuh amarah menatap Daniel.
" Aku gak nyangka ternyata ada manusia sejahat kamu di dunia ini," ucap Anin dengan nada tajam.
Daniel tersenyum miring. Tepat seperti yang ia harapkan. Cara ini memang paling ampuh membuat Anin muncul di hadapannya.
" Jangan ikut campur urusan keluarga saya," balas Daniel.
Anin mengepalkan ke dua tangan di sisi tubuhnya, menahan emosi yang semakin meluap.
" Kamu keterlaluan," bentak Anin.
" Kalo kamu gak bisa rawat dia dengan baik, kasih hak asuh flora ke aku. Aku yang bakal rawat dia," ujarnya tegas.
Daniel menggeleng membuat emosi Anin semakin meluap.
" Flora masih kecil!! kamu biarin dia tinggal sama mama gitu aja?" tanya Anin penuh emosi. " Apa kamu waras Daniel?!"
Anin terdiam sejenak, masih memandang Daniel dengan tatapan tak percaya.
" Kamu biarin anak se kecil itu tumbuh tanpa perhatian kita berdua, Kamu tau dia masih butuh kita berdua yang benar-benar peduli, bukan hanya sekedar di tempatkan di tempat orang lain,"
Daniel tertawa kecil, oh ayolah ucapan Anin barusan mampu menggelitik perutnya.
" Gak usah merasa paling bener di dunia ini, kamu bahkan gak lebih dari seekor iblis."
Anin menganga tak percaya mendengar kata-kata itu. Bahkan setelah dua tahun perceraian mereka, pria itu masih sama, tak berubah sedikitpun.