10

770 93 11
                                    

Raya kini berada di ruangan alma, memerhatikan alma yang sedari tadi berjalan kesana-kemari membuat raya pusing melihatnya.

"Ma, lo gak bisa duduk gitu, dari tadi mondar-mandir mulu kagak capek apa?" ucap raya

"Engga, gue masih malu sama kejadian tadi ra, sumpah gue malu abis" ucap alma berulang-ulang dengan nada kesalnya

"Kenapa sih emangnya, lo belum cerita sama gue kenapa lo bisa kenal sama lian, dan kenapa lo sampe harus semalu ini sih"

Alma akhirnya duduk di hadapan raya, dipandangnya dalam-dalam netra dari sahabatnya ini. Alma lalu mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi di bandung tanpa ada yang dilebihkan ataupun dikurangi. Raya yang mendengar cerita alma sesekali menampilkan responnya dengan mengganguk dan tertawa, rasanya lucu mendengar cerita alma yang bertemu dengan idolanya sendiri dan semenjak itu semesta seakan selalu mempertemukan mereka berdua.

"Oh gitu ceritanya, gue paham sekarang kenapa lo malu" ucap raya ketika alma telah selesai bercerita.

"Hmm.. apa jangan-jangan lo bukan hanya sekedar ngefans nih sama lian, tapi lo juga suka malah mungkin cinta sama dia" goda raya sambil menunjuk wajah alma yang mulai bersemu merah

"Enggalah ra, gue masih ditahap normal hanya sebatas mengagumi aja" jawab alma sembari memalingkan wajahnya.

"Alah.. jangan bohongin diri lo sendiri ma" goda raya kembali

"Ih apaan sih ah. lagian lo kok malah nanyain gue tentang lian, lo gak nanya kenapa gue bisa nangis tadi gara-gara rio" gerutu alma

"Gak perlu, gak penting buat gue tau tentang si rio itu, yang ada harusnya lo yang nanya ke gue apa aja yang gue tau tentang rio. Jujur ya ma, gue ngerasa gak kaget kalo rio selingkuh, tabiat dia dari dulukan emang udah begitu" tutur raya kesal

"Biasa aja kali ra, gak usah ngegas gitu ngomongnya" ucap alma

"Ya lagian gue bosen deh ma ngasih tau lo, gue kan udah bilang beberapa kali kalo si rio itu bukan laki-laki baik, lo masih aja bilang itu cuman temennya lah, rekan bisnisnya lah, capek gue ngasih taunya" balas raya yang masih diliputi dengan rasa kesal

"Maaf ra, tapi sekarang justru gue mau minta bantuan lo buat buka semua kebusukkan rio, lo mau kan bantuin gue?" kali ini alma berpindah duduk di samping raya, ia menyenderkan kepalanya di bahu raya

"Huuhh... giliran udah gini aja lo minta bantuan gue, Denger ya ma, gue tuh sayang sama lo, gue mau lo dapet cowok yang tepat dan sayang sama lo. Gak mungkin kan selama ini gue menjebak lo buat putus sama rio" ujar raya sembari menangkup wajah alma.

"Maaf" lirih alma diiringi suara isak tangisnya

Raya memeluk erat sahabatnya. Rasa kesal, kecewa, dan sedih tentu membalut perasaan raya saat ini, meskipun ia sudah tau bahwa rio bukan lelaki baik tapi ia tak menyangka bahwa rio akan tega mengkhianati alma, wanita yang selama ini selalu mendampingi rio disaat terpuruknya, bahkan alma rela mengemis pada sang ayah agar ia mau membantu rio untuk membangun agensi modelnya. Ah sungguh jika harus menyebutkan pria tak bisa bersyukur mungkin rio berada di peringkat paling pertama.

"Udah gak usah nangis ma, air mata lo gak pantes buat laki-laki kayak rio" Raya menghapus air mata alma.

"Sekarang senyum ya, gue pasti bakalan bantuin lo ok" Alma mulai mengembangkan senyumannya perlahan, beruntung sekali rasanya ia memiliki sahabat yang baik seperti raya, dan terpenting tetap sabar menghadapi keras kepalanya alma.

"Ya udah sekarang kita keluar yuk, gak enak gue ninggalin tamu" ucap raya sembari beranjak dari duduknya

"Ih bentar dulu kek, gue malu nih" balas alma sembari merapikan penampilannya

PENAWAR LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang