16

709 98 5
                                    

"Sayang kamu ngapain?!"

Suara itu membuat lian dan alma merenggangkan pelukan mereka. Lian menggerutkan dahinya saat melihat sosok laki-laki yang tengah berdiri di belakang alma.

"Ngapain lo peluk-peluk" Rio dengan kasar mendorong tubuh lian agar menjauh dari alma.

"Rio" lirih alma saat melihat rio yang ada di rumah sakit. Bagaimana dia bisa disini?

"Sayang kamu kenapa ada disini, kamu sakit?" Tanya rio melembut saat menatap alma yang tengah terheran dengan kehadirannya.

"Jangan pegang gue" sentak alma pada rio.

"Sayang kamu kenapa? Apa yang sakit?" Tanya rio kembali.

"Apa sih! Kenapa lo bisa disini hah?!" Sentak alma sembari melepaskan genggaman rio.

"Kamu kok gitu sih ngomongnya, aku tuh kangen sama kamu. Tadi pagi aku mau ke rumah, tapi pas baru sampe gerbang aku liat mobil kamu keluar jadi aku ikutin kamu sampe kesini" Rio berusaha untuk tetap bersikap lembut pada alma, walau sebenarnya rio sudah merasa sangat kesal dengan sikap alma yang terus menolaknya.

"Kamu kenapa sayang? Siapa yang sakit? Ayah yang sakit?" Tanya rio dengan muka khawatinya.

"Bukan urusan lo, mending sekarang lo pergi dari sini, gue gak mau ketemu sama lo" sentak alma kembali.

"Sya.." panggil lian

"Dia siapa?"

"Bukan siap.."

"Kenalin gue rio pacarnya alma" belum sempat alma menjawab rio sudah terlebih dahulu memotong ucapan alma dan memperkenalkan dirinya pada lian sebagai kekasih alma. Alma menatap tajam ke arah rio tak menyangka dengan apa yang diucapkan rio. Sedangkan rio menatap lian dengan tatapan tidak suka.

Lian yang mendengar jawaban itu pun hanya merespon dengan anggukan dan tersenyum ke arah alma. Entahlah senyuman apa itu, alma tak bisa mengartikannya.

"Ternyata kamu sudah ada pacar ya sya" ucap lian

"Kak.. aku bisa jelasin"

"Sayang, jelasin apa sih?"

"Diem, gue bukan ngomong sama lo" sentak alma kembali pada rio.

"Mending lo pergi deh, jangan ganggu gue lagi, gue gak sudi ketemu sama lo" Alma akhirnya berteriak memarahi rio. Alma sudah tidak bisa menahan rasa marahnya.

"Sayang, aku tuh mau ketemu kamu mau jelasin semuanya, tentang apa yang terjadi selama ini, aku mohon denger dulu penjelasan aku" Rio terus berusaha menggenggam tangan alma, tapi alma dengan cepat menepis. Alma terus memandang ke arah lian yang saat ini tampak jengah melihat pertengakaran alma dengan rio.

"Lebih baik kalian selesaikan masalah kalian diluar. Jangan di sini menganggu pasien lain" ucap lian dingin.

"Kak. Aku mau nengok safira" lirih alma sembari mendekat ke arah lian. Namun rio dengan cepat menahan tubuh alma.

"Sayang, mending kita ngobrol dulu diluar, kita selesaikan dulu masalah kita ya" ucap rio sembari menarik tangan alma untuk pergi menjauh dari lian.

Alma akhirnya pasrah mengikuti rio, tapi tatapan alma tak lepas dari lian yang terus melihat kepergiannya. Hingga akhirnya saat ini alma dan rio sudah berada di lobby rumah sakit

"Lepasin !" Alma menghempas dengan kasar genggaman tangan rio.

"Kamu kenapa sih, kok jadi marah-marah kayak gini?" Tanya rio tanpa rasa bersalah, sepertinya rio memang memiliki muka tebal, ia tak punya rasa malu menemui alma yang saat ini telah mengetahui kebusukannya.

PENAWAR LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang