Chapter 17

204 15 0
                                    


"Luka nya memang parah yang mulia, dan seharusnya pangeran tidak bisa bertahan lama. Namun karena pangeran Violla memberikan darahnya pada pangeran bungsu Lee, dan meneteskan darahnya tepat di luka nya membuat ia bisa bertahan hidup dan selamat." Jelas tabib kerajaan Violla.

Dokyeom di tempatkan di kamar utama di sebuah paviliun milik pangeran Violla atas permintaan si pemilik kamar. Disana terdapat raja dan ratu Lee serta raja Violla dan beberapa saudara Dokyeom, yakni Seungcheol, Jeonghan,  Jun dan Myungho. Sementara yang lain beristirahat di kamar lain setelah luka nya di obati.

Jisoo tidak ada di kamar itu, ia pergi tanpa sepatah katapun setelah meminta Dokyeom untuk ditempatkan di kamarnya.

"Kapan putra ku akan bangun?" Tanya ratu Lee pada tabib itu.

"Mengingat betapa ampuhnya darah sang pemilik, ia akan segera bangun yang mulia." Jelasnya.

"Syukurlah..." semua orang yang ada disana akhirnya dapat bernafas lega. Dokyeom baik-baik saja tidak ada yang perlu di khawatirkan.

"Kita harus memberitahu hal ini pada Jisoo kak..." Ucap Myungho pada Jeonghan.

"Aku setuju, aku tidak bisa terus melihat Jisoo menyalahkan dirinya sendiri..." sahut Jeonghan. Raja Violla yang mendengar itu menoleh kearah prajurit yang berjaga.

"Dimana putra ku?" Tanya nya.

"Pangeran Violla pergi ke tempat mahkota merah delima disimpan yang mulia, yang mulia ratu Violla juga berada bersamanya." Jawab prajurit itu.

Sementara disisi lain
Tempat mahkota merah delima—

Sosok manis itu hanya diam menatap lurus kearah mahkota yang di kelilingi permata merah delima. Sangat indah, namun Jisoo tidak terpaku di tempat itu karena keindahan nya.

Ia terdiam saat mengingat dirinya pertama kali menyadari jati dirinya, ia bersama dengan Dokyeom menyaksikan masa lalu nya melalui wadah emas itu, saat dimana pemuda bangir itu bersusah payah menjelaskan semua hal tidak masuk akal ini padanya.


"Aku seistimewa itu?"

"Hm, dan aku beruntung mendapat pasangan seistimewa diri mu."


Jisoo tersenyum tipis mengingat jawaban Dokyeom saat itu, matanya yang terus memandang mahkota itu langsung beralih saat ada yang mengusap pundaknya lembut.

"Penasaran dengan mahkota itu nak?" Tanya seorang wanita yang memiliki paras cantik yang tidak lain adalah ibunya, ratu Violla.

"Em.." Jisoo mengangguk pelan, "aku penasaran seberat apa mahkota itu sampai tidak ada seorang pun yang mampu mengangkatnya."

"Mahkota itu hanya kau yang bisa mengangkatnya sayang, tidak ada yang bisa mengambilnya selain dirimu... kau bisa mencoba nya." Ucap ratu Violla.

"Aku... tidak ingin mengangkat nya."

"Kenapa..."

"Sebelum pangeran Dokyeom bangun, aku tidak akan mengangkatnya." mata yang sudah mengering itu kembali berair, Jisoo kembali menangis di hadapan sang ibu. Ratu Violla langsung menarik anaknya ke dalam pelukannya, mengusap punggung yang bergetar itu dengan lembut.

"Percaya lah Jisoo... mate-mu akan baik-baik saja, dia akan sehat kembali setelah beberapa hari."

Ratu Violla terus mengucapkan kata-kata penenang agar putranya berhenti bersedih, sementara Jisoo merasa aneh pada dirinya. Ia merasakan gejolak aneh saat sosok wanita yang berstatus sebagai ibunya memeluknya.

'Ternyata seperti ini rasanya dipeluk ibu...' Jisoo membalas pelukan itu, menenggelamkan wajahnya di pundak wanita itu.

Beberapa saat pelukan itu terlepas, Jisoo menatap wanita itu tengah mengusap lembut mata berair nya.

THE CROWN (SeokSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang