Chapter 3

165 14 0
                                    

Hi guys!
Selamat membaca yh, jangan lupa jga buat vote dan kasih kritik saran kalian.
.
.
.
.
.











Di kediaman Lee,

"Bagaimana bisa kau seceroboh ini?!!" Dokyeom memutar bola matanya malas mendengar omelan sang kakak selama satu jam lama nya.

"Bukan aku, manusia itu yang tiba-tiba mengikuti ku." Sahut Dokyeom.

Tentang bagaimana para saudara Dokyeom tau, jadi saat kejadian Mingyu yang ternyata juga satu sekolah dengan Dokyeom, namun beda kelas juga melihat hal itu, Mingyu awalnya ingin berbicara dengan Dokyeom untuk hati-hati, tapi disaat yang sama keduanya tak menyadari Jihoon ada disana dan mendengar semuanya.

Jadilah setelah kepulangan mereka dari sekolah, Jihoon tak henti-hentinya mengomel dihadapan saudara sesama vampire nya.

"Kau bisa menjauh dengan cepat, kenapa kau biarkan dia meraih tangan mu?!!" Tanya nya lagi.

"Ayolah kak, aku juga tidak tau dia akan menggenggam tangan ku tiba-tiba, lagi pula dia langsung melepas tangan ku saat tau tangan ku sedingin es."

Mata Jihoon membola sempurna, ia menatap adik kandungnya itu sinis. Ingin sekali Jihoon memukul keras kepala adiknya itu.

"Santai sekali kau mengatakannya!! Bagaimana jika dia curiga padamu? Kita disini untuk menemukan mate mu seharusnya kau berhati-hati dengan sekitar mu!" Galak Jihoon pada sang adik.

"Astaga baiklah baik, aku salah puas?" Dokyeom memilih menyerah, tidak sanggup jika harus mendapat omelan lebih lama lagi.

"Lagi pula dia juga terlihat lugu kak, tidak mungkin dia menyimpulkan dengan cepat tentang apa aku ini." Ucap Dokyeom lagi.

"Tidak ada manusia yang bisa dipercaya Kyeom-ah, bisa saja dia lebih gigih dari yang kamu kira..." ucap Jeonghan tiba-tiba.

"Semuanya kecuali manusia yang saat itu menolong ku, setelah kejadian itu penilaian ku tentang manusia berubah kak Hanie, tidak semua manusia seperti itu." Ujar Wonwoo tiba-tiba.

"Mulai sekarang jaga jarak lah dari manusia itu, jauhi dia demi kepentingan kita juga." Dokyeom hanya bisa menuruti ucapan sang kakak yang sedang tersulut emosi, ingin sekali dia mengatakan alasannya meladeni manusia itu. Tentang mimpi nya dimana ada dia disana. Tapi sepertinya bukan waktu yang tepat, ada baiknya ia mencari tau sendiri.

Disisi lain...

Jisoo tengah melakukan tugasnya merapikan meja caffe setelah pelanggan pergi, ia bekerja paruh waktu untuk mencukupi biaya sekolahnya, pria yang berstatus sebagai ayahnya tidak bekerja dan hanya minum-minum setiap malam.

Dengan cekatan ia mengelap meja dan mengambil piring kotor dari meja itu. Setelah selesai pemuda manis itu kembali ke ruang belakang dan mencuci piring.

Disela kegiatan mencuci piring nya ia kembali teringat dengan apa yang terjadi tadi siang. Masih bingung dengan keadaan kakak tingkatnya. Suhu tubuhnya terasa begitu rendah padahal kelihatannya sehat-sehat saja.

"Sebenarnya kenapa dia...?" Gumam Jisoo bingung.

"Jisoo-ssi??" Suara

"Ya tuan?" Saut Jisoo.

"Karena sif mu sudah selesai kau bisa pulang, ini gaji untuk minggu ini. Usahakan besok jangan datang terlambat ya, karena caffe ini juga sedang kekuarangan pegawai..." ucap manager caffe sambil memberi amplop coklat pada Jisoo.

"Tentu tuan, terimakasih. Aku permisi..." Jisoo memberikan senyum lembut dan pamit pulang, setelah melepas apron dan mengambil tas hitam miliknya ia pun keluar dari caffe itu.

THE CROWN (SeokSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang