Chapter 18

167 17 0
                                    

Dokyeom sampai di sebuah taman luas yang terletak di paviliun utama kerajaan Violla dengan di dampingi satu prajurit yang berjaga di pintu kamar pangeran Violla.

Dokyeom mendapati Jisoo duduk diantara dua wanita yang tidak lain adalah sang ibu dan ratu Violla, yang sebentar lagi akan berstatus sebagai ibu mertua.

Pandangan Dokyeom terpaku dengan senyuman indah yang terukir jelas di wajah cantik itu, hingga kedua matanya membentuk sabit.

"Sangat cantik..."

Kalimat itu keluar tanpa disadari, penjaga istana yang berdiri disisi nya tersenyum mendengar gumaman sang pangeran.

Dokyeom tersenyum tipis melihat pemuda manis itu tampak bahagia saat kembali ke kediamannya, bercengkrama dengan penghuni istana dan kembali berkumpul dengan keluarga.

Sibuk memperhatikan mereka membuat Dokyeom tidak sadar ada seseorang mendekat, menepuk pelan pundak nya. Dokyeom menoleh untuk mengetahui siapa yang telah mengalihkan perhatiannya.

"Bagaimana keadaan mu? Kenapa berkeliaran?" Tanya Seungcheol, di sebelahnya ada Jeonghan yang memeluk lengan kekar kakak tertua nya.

"Aku sudah lebih baik kak." Jawab nya singkat dan kembali mengalihkan pandangan nya kearah Jisoo, Seungcheol dan Jeonghan ikut menoleh ke arah yang adiknya pandang.

"Ingin bicara dengan mate-mu?" Jeonghan bertanya seolah paham Dokyeom ingin menemui pasangan abadinya tanpa gangguan siapapun. Dengan cepat pemuda itu pergi menghampiri Jisoo dan kedua ratu itu.

"Ibu ratu..." Panggil Jeonghan dan kedua ratu itu menoleh. Jisoo yang awalnya menatap Jeonghan beralih saat netra nya menangkap sosok yang ikut mendekat menghampirinya, membuatnya langsung bangkit dari duduknya.

Jisoo terpaku saat pemuda yang kemarin membuatnya begitu frustasi kini melangkah kearahnya, mata cantiknya mendapati mata tajam yang beberapa saat lalu setia terpejam kini menatap nya lekat.

Jeonghan memberi kode melalui mata pada kedua ratu itu, merasa keduanya paham akan kode yang Jeonghan berikan ratu Violla beralih menoleh kearah

"Nak sepertinya ibu harus pergi, tidak apa-apa kami tinggal kan?"

"Tidak apa-apa ibu, sekarang biarkan aku yang menjaganya." Bukan Jisoo, Dokyeom lah yang menjawab pertanyaan sang ratu. Namun mata semerah ruby nya hanya tertuju pada mata biru milik Jisoo. Mereka semua termasuk para dayang pun pergi atas perintah ratu Violla, memberikan ruang untuk keduanya.

Jisoo yang semula terdiam perlahan mendekat, tangan nya terulur menyentuh dada bidang pemuda bangir itu.

"Sejak kapan kau sadar? Bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja? Apa masih ada yang sakit— "

"Ssstt... aku tidak apa, tidak perlu khawatir." Dokyeom dengan cepat memotong ucapan pemuda manis di depannya, ia beralih meraih lengan Jisoo dan menggenggam nya lembut.

"Ingin berjalan-jalan bersama ku?" Tanya Dokyeom sembari menatap lembut mata biru terang itu, sementara Jisoo membalas dengan anggukan semangat.

Dokyeom melangkah dengan Jisoo di sisinya, menikmati pemandangan taman yang begitu asri dengan tumbuhan yang lebat dan merambati beberapa tembok istana.

Mata tajam itu kembali menangkap wajah yang terus berada di pikiran dan hatinya, tidak pernah sekalipun pemuda bangir itu merasa bosan untuk memandang sosok indah pasangan abadinya.

"Kau senang berada disini?" Dokyeom berucap setelah beberapa saat menatap pemuda itu.

"Sangat... aku menyukai nya, aku juga suka kau menggenggam tangan ku seperti ini. Sangat nyaman..." ucapnya pelan namun Dokyeom dapat memastikan pemuda manis itu mengatakan yang sebenarnya. Tidak ada satupun kebohongan di sana.

THE CROWN (SeokSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang