14. The Inner Connection and The Mystery of Mahira

253 39 4
                                    

Elizabeth menatap penuh rasa kasihan terhadap gadis muda yang tadi pingsan di pelukannya itu. Kedatangan gadis itu cukup membuat kehebohan di rumah keluarga Pak Nas. Elizabeth dengan cekatan memanggil dokter keluarga pamannya itu untuk mengecek bagaimana kondisi gadis itu. Dokter mengatakan kalau si gadis mengalami anemia sekaligus kekurangan gizi yang buruk. Dokter juga menebak, gadis itu juga tidak makan selama beberapa hari hingga terlihat pucat dan jatuh pingsan seperti tadi.

Keluarga Pak Nas begitu prihatin dengan kondisi gadis muda ini, Pak Nas menebak gadis ini tersesat atau kemungkinan buruknya di buang oleh orang tua kandungnya.

Sekarang, si gadis tengah berada di kamar Elizabeth. Elizabeth duduk di samping gadis itu yang masih terbaring pingsan. Beberapa area tubuhnya yang luka dan kotor sudah di bersihkan oleh Elizabeth, Alpiah dan juga Bu Nas. Elizabeth juga mengganti pakaian gadis itu dengan meminjam pakaian Yanti, kebetulan ukuran pakaian mereka sama.

"Kasihan sekali kamu, masih kecil tapi sudah mengalami hal yang buruk," lirih Elizabeth lalu mengusap lembut rambut sang gadis. Melihat hal seperti ini, dia tentu merasa iba. Anak sekecil ini harus berkelahi dengan dunia luar yang begitu jahat tanpa di dampingi seorangpun di sampingnya. Melihat hal ini juga mengingatkan apa yang terjadi pada dirinya pada 1957, menjadi yatim-piatu. Elizabeth sangat ketakutan dan sakit pada saat itu. Tapi, Elizabeth sangat bersyukur omnya sangat baik hati mengangkatnya menjadi putrinya sendiri.

Elizabeth bangun dari tempat tidurnya, hendak keluar untuk mengambil bubur yang mungkin sudah matang. Tapi, saat menyentuh gagang pintu, secara tiba-tiba sebuah suara menghentikannya.

"Mami,"

Elizabeth menengok saat mendengar suara gadis itu. Gadis itu sudah sadar. Suaranya serak, matanya sayu dan penuh kesedihan saat menatapnya. Elizabeth langsung kembali duduk di samping gadis itu. "Hey, kamu sudah sadar, mau minum?" Tanya Elizabeth lembut. Si gadis mengangguk, dia kelihatan sangat kehausan dan panas. Elizabeth perlahan membantunya untuk menyender di kepala ranjang. Elizabeth menuangkan air ke gelas yang berada di nakasnya itu, lalu membantu gadis itu untuk minum.

"Terima kasih," ucap gadis itu tersenyum lemah pada Elizabeth setelah dirinya puas minum air. Tenggorokannya terasa lebih baik. Elizabeth mengangguk, menaruh gelas air tadi ke tempat semula.

"Siapa kamu sebenarnya, dek? Kenapa kamu tiba-tiba ada di depan rumah om saya?" Tanya Elizabeth lembut dan perlahan. Saat Elizabeth menanyakan itu, gadis itu terlihat menahan tangisnya, dia tidak menjawab pertanyaan Elizabeth lagi. Gadis itu malah memegang tangan Elizabeth begitu erat, seolah-olah Elizabeth akan meninggalkannya. Elizabeth bisa merasakan, gadis itu gelisah tidak karuan.

"Hey hey, tak apa jika kamu belum mau jawab. Jangan di paksa, ya. Tenangkan diri kamu dulu," ucap Elizabeth menenangkan sambil mengelus rambut gadis itu. Gadis ini terlihat memiliki trauma berat.

"Mami, Mami saya-tolong, tolong jangan tinggalkan saya, jangan tinggalkan saya!" Gadis itu memekik sambil mencengkram Elizabeth, Elizabeth tentu panik bukan main saat gadis itu mulai terlihat panik.

Dengan perlahan dan tenang, Elizabeth menarik gadis itu ke pelukannya. Dan hal itu langsung di balas dengan pelukan erat dari sang gadis. Gadis tersebut menangis kencang di pelukan Elizabeth, jika dia tidak menaruh wajahnya di bahu Elizabeth, di pastikan gadis tersebut pasti sudah menangis histeris.

Entah kenapa, Elizabeth merasa sakit hati saat gadis ini menangis begitu kencang, seolah-olah, dirinya juga merasakan apa yang di alami gadis ini. Elizabeth berfikiran, gadis ini di tinggalkan atau di buang oleh ibunya, karena gadis ini memanggil 'Mami' sejak tadi.

"Shh tak apa, kamu aman di sini. Jangan takut, ngga ada yang ninggalin kamu lagi," bisik Elizabeth lembut, mengelus rambut gadis penuh rasa sayang.

Beberapa menit menangis, gadis itu kembali tenang. Dia melepaskan pelukannya pada Elizabeth, tubuhnya kembali lemas karena mengeluarkan tenaga sehabis menangis. Elizabeth kembali memberikan segelas air putih, dia tahu, pasti tenggorokan gadis itu kembali kering karena menangis cukup keras.

Elizabeth's Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang