19. Syam Kamaruzaman

259 37 5
                                    

"Kami ajudannya Jenderal Nasution dan ini keponakannya, Nona Elizabeth," hanya dengan mengatakan itu, pintu gerbang istana negara langsung di buka oleh penjaga dengan baret merah tersebut, mengizinkan mobil jeep yang berisi tiga manusia good-looking itu masuk ke pekarangan resmi istana negara yang selalu di jaga dengan ketat.

Rama dan Pierre menganggukan kepala tanda terima kasih kepada penjaga tersebut  karena mereka di izinkan masuk dengan mudah. Sedangkan Elizabeth menatap malas penjaga tersebut, dendam kesumatnya selalu mencuat jika melihat resimen Cakrabirawa, tidak perlu di jelaskan apa alasannya, pasti kalian sudah tahu.

Kenapa mereka bertiga berkunjung ke istana negara? Jawabannya karena ajakan pak Nas. Presiden Soekarno meminta para petinggi militer beserta keluarga dan ajudan mereka, politikus, dan perwira muda dengan prestasi terbaik untuk makan siang bersama dan kumpul setelah jam shalat zhuhur. Memang tidak ada pesta atau acara besar tertentu, beliau hanya ingin mempererat tali silaturahmi.

Bu Nas tidak bisa ikut karena dirinya sedang demam tinggi entah kenapa. Yanti juga harus mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Ade yang bisa rewel kapan saja jika tak ada Bu Nas. Mardiah yang sedang pergi keluar kota dengan teman-temannya. Lalu Mahira? Ah, gadis itu tak punya hubungan kerabat dengan keluarga Pak Nas, akan sulit membawanya ke lingkungan istana.

Hanya Elizabeth yang bisa ikut menemani pamannya tersebut, sekaligus membawa Rama dan juga Pierre tentunya. Mereka mengenakan atribut dinas yang cukup lengkap. Tak mungkin bertemu dengan presiden hanya memakai kaos meskipun hanya acara silaturahmi, sangat tidak sopan. Mereka bertiga berangkat ke istana negara setelah Rama dan Elizabeth menunaikan shalat zhuhur mereka.

Setelah memakirkan mobil di tempat yang di sediakan, tiga orang dengan darah campuran itu langsung turun dari mobil untuk mengisi buku tamu dan penunjukan identitas lagi. Para petugas perempuan penyambut tamu sedang menahan teriakan mereka saat melihat Pierre dan Rama berjalan melewati mereka. Mengenakan atribut lengkap dengan wajah tampan mereka, benar-benar membuat gadis manapun akan gila.

"Ya Allah, ajudan Pak Nas kenapa ganteng-ganteng semua?!"

"Aku kalau jadi anaknya Pak Nas, tiap hari aku deketin itu salah satu,"

"Nona Elizabeth apa ndak pingsan ya setiap hari melihat ajudan muda berkeliaran di sekitar rumah tempat dia tinggal?"

"Ini selera mereka modelan seperti Marilyn Monroe pasti nih,"

"Itu kejauhan, Nona Elizabeth saja itu pasti golongan tipe mereka,"

Rama dan Pierre hanya nyengir dan tersenyum ramah kepada para petugas wanita tersebut yang terang-terangan membicarakan mereka dengan nada yang cukup terdengar. Elizabeth menggelengkan kepalanya, hal yang biasa baginya saat mendengar para gadis bertingkah heboh atau berlebihan saat melihat Rama dan Pierre dari jarak dekat.

Gadis-gadis di kampusnya bahkan beberapa kali berusaha mendekati Elizabeth untuk mendapatkan informasi tentang Rama atau Pierre atau ingin mendekati mereka lewat jalur Elizabeth. Rama dan Pierre semakin terkenal di kalangan para mahasiswi Universitas Nasional Jakarta, apalagi saat Elizabeth terlibat perkelahian dengan Ranti.

Elizabeth tentu tidak akan memberikan hal seprivasi itu terhadap orang asing. Di kampusnya saja dia tak memiliki teman, tapi secara tiba-tiba entah gadis-gadis datang darimana meminta informasi soal dua ajudan muda pamannya itu. Apalagi Pierre, dia tidak sudi kekasihnya itu di goda apalagi di dekati para gadis asing tersebut.

"Ajudan Pak Nas ya mas?" Tanya salah satu staf wanita yang memegang bagian buku tamu saat Pierre dan Rama sedang menulis di buku tamu. Pertanyaan itu langsung di angguki oleh Rama. "Ya, saya dan dia ajudannya Pak Nas," jawab Rama ramah sambil menunjuk Pierre yang berdiri di sebelahnya.

Elizabeth's Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang