10. CHAOS

289 36 6
                                    

Setelah jam shalat Isya, makan malam di rumah keluarga Tendean segera di mulai. Beberapa hidangan khas Indonesia dan Eropa tersaji dengan bau yang sedap, membuat siapapun yang mencium bau tersebut pasti lapar. Semua orang mulai mengambil posisi masing-masing. Aurelius tentunya duduk di kursi tengah depan sebagai tuan rumah, sedangkan Pak Nas juga berada di kursi tengah yang beberapa meter dari Aurelius.

Anak-anak di berikan meja khusus oleh Maria agar terpisah dari para orang dewasa. Mereka bisa melakukan apapun tanpa membuat kehebohan bersama orang dewasa lainnya.

Pierre duduk tepat di dekat kursi papinya itu. Ada dua kursi kosong yang tersisa. Di antara Pierre dan Bu Nas, dan di antara Tuan dan Nyonya Gondokusumo yang berada di depan Pierre. Elizabeth berjalan menuju kursi yang tentunya berada di samping Pierre, namun saat hendak duduk, secara tiba-tiba Ranti menyerobot dan benar-benar duduk persis di antara Pierre dan Bu Nas. Raut wajah Elizabeth langsung jengkel bukan main, dia rasanya ingin memakan hidup-hidup Ranti. Pierre menengok ke arah Elizabeth, dia bisa melihat dengan jelas wajah Elizabeth yang penuh amarah dan kesal.

Elizabeth dengan wajah tegangnya, berjalan ke arah kursi yang tersisa, yaitu kursi yang di apit Tuan dan Nyonya Gondokusumo. Sebelum Elizabeth benar-benar duduk, Mitzi yang duduk di samping Roos langsung menghentikannya. "Izzie, kamu duduk di sini saja. Roos, kamu tukar posisi sama Pierre," mendengar hal itu, Pierre tanpa babibu langsung bangkit dari kursi tempat dia semula duduk dan berjalan menuju kursi yang di tempati Roos tadi. Elizabeth juga tidak berkata apa-apa, dia hanya menyeringai dan berjalan menuju kursi Mitzi, karena Roos dan Mitzi paham apa yang dia inginkan. Para orang dewasa hanya melongo dan saling tatap satu sama lain melihat kelakuan empat anak muda tersebut, kecuali ibu dari Ranti, yaitu Farida. Farida malah mendelik sinis saat melihat pergerakan Elizabeth yang sedari tadi seperti mengejek putri semata wayangnya itu.

Ranti kembali menahan emosinya saat melihat Elizabeth kembali mendapatkan 'posisi' bersama Pierre. Padahal dia tadi sudah mendapatkan kesempatan, tapi kenapa malah Elizabeth yang kembali mendapatkan posisi itu.

Elizabeth dan Pierre duduk bersebelahan satu sama lain, mereka saling tersenyum hangat karena mereka pasti akan mengobrol banyak di sela-sela makan.

Setelah berdo'a menurut kepercayaan masing-masing, sesi makan malampun di buka. Elizabeth sempat menggigit bibirnya agak nyeri (mungkin) saat melihat cara berdo'a Pierre. Menyatukan kedua telapak tangannya, sedangkan dia mengadahkan kedua tangannya. Dulu, saat berkencan dengannya, arah pembicaraan mereka belum sampai ke soal agama, maklum, baru lima hari mereka memulai hubungan pacaran pada saat itu. Tapi, kini dia bertemu Pierre lebih awal, dan baru sadar bahwa dia dan Pierre memiliki keyakinan yang sangat berbeda. Ah, tapi Elizabeth langsung menepis soal hal itu, yang terpenting adalah, Pierre-nya tidak akan mengalami sebuah hal tragis. Ya, Elizabeth harus fokus akan hal itu.

Maria yang berada di hadapan Elizabeth benar-benar memperhatikan cara makan Elizabeth, terlihat tenang dan sangat bertata-krama. Dari cara dirinya memegang sendok, pisau dan garpu benar-benar sangat teratur. Elizabeth selalu seperti itu jika makan malam dengan orang lain. Apalagi dengan keluarga yang memiliki darah Eropa. Hal itu dia lakukan agar menjaga nama baik dirinya sendiri dan nama baik keluarga pamannya. Tapi, Elizabeth tidak melakukan itu. Hanya dalam jamuan tertentu jika dia menetapkan tata-krama makan tersebut, tapi jika di waktu santai seperti bersama keluarga atau dengan beberapa temannya, Elizabeth makan dengan gaya santai saja, tidak terlalu menerapkan table manners.

"Piye kabare dinas militermu nang Medan, Yer? Lancar?" Farida secara tiba-tiba memulai pembicaraan lebih dulu. Dia bertanya pada Pierre dengan senyum lebarnya. Entah itu tulus atau hanya untuk cari muka saja.

(Piye kabare dinas militermu nang Medan, Yer? Lancar? : Bagaimana dinas militermu di Medan, Yer? Lancar?)

"Lancar," jawab Pierre singkat, padat, jelas. Dia menatap Farida sekilas lalu kembali fokus dengan makanannya. Selama di Medan, Pierre tidak pernah memberi tahu keluarga kalau dia turut ambil bagian sebagai prajurit di beberapa misi rahasia Operasi Dwikora. Keluarganya hanya tahu dia di tugaskan di Medan.

Elizabeth's Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang