17. Her Father Is a Soldier

337 41 3
                                    

Mahira baru saja pulang dari pasar bersama Yanti dan Rama. Mereka bertiga ke pasar karena Yanti yang ingin membeli beberapa jajanan pasar untuk di bawa ke sekolah besok. Di sekolahnya ada acara syukuran entah dalam rangka apa. Mahira juga membeli beberapa jajanan pasar. Rama ikut karena tentu saja di suruh oleh Bu Nas. Seperti biasa, anak perempuan di rumahnya itu harus pergi dengan ajudan meskipun hanya satu. Untuk berjaga-jaga saja.

Mahira sedang melihat Elizabeth sedang mengerjakan beberapa tugas kuliahnya di teras belakang rumah. Mahira inisiatif menaruh jajanan pasar yang dia beli ke piring dan akan memberikannya pada Elizabeth.

"Mbak," Elizabeth mendongak dari bukunya saat Mahira memanggilnya dan berdiri tidak jauh darinya dengan piring kecil di tangannya.

"Mahira, baru pulang dari pasar, dek?" Mahira mengangguk lalu mendekati Elizabeth dan menaruh piring berisi jajanan pasar itu tepat di samping buku-buku Elizabeth.

"Ini buat Mbak, di makan ya,"

"Wah terima kasih, Mahira. Sini duduk sama Mbak, temani Mbak ngerjain tugas yang memusingkan ini," Mahira tentu dengan senang hati mau duduk menemani Elizabeth.

Selain dengan Yanti dan Ade, Mahira juga paling dekat dengan Elizabeth. Selama tinggal di rumah Pak Nas ini, Yanti memang terlihat lebih nyaman jika berbicara dengan Yanti, Ade dan Elizabeth. Soal identitas dirinya, dia juga sudah mengatakan soal dirinya kepada Pak Nas pada beberapa waktu yang lalu.

"Saya tidak kabur, Pak Nas. Saya ke Jakarta sendiri untuk mencari pekerjaan. Nenek kakek saya di Semarang hidup susah, saya makanya nekat ke sini dan putus sekolah. Tapi sayang sekali, saat di halte Jakarta, saya kehilangan barang-barang saya. Saya luntang-lantung di Jakarta berhari-hari. Saya juga tidak mau kembali dulu hingga saya dapat pekerjaan dan bisa mengirim uang ke sana. Saya juga tak ingin merepotkan kakek-nenek saya yang dari pihak ibu saya," 

Siapapun yang mendengar itu pasti sangat iba dengan Mahira. Gadis sekecil itu harus hidup dalam rasa susah dan kemiskinan yang luar biasa, di tinggalkan orang tuanya hingga harus putus sekolah seperti ini. Seisi rumah yang mendengar hal itu kaget bukan main. Pasalnya, Mahira itu tidak terlihat 'Miskin' meskipun penampilannya sangat berantakan saat datang ke rumah Pak Nas. Aura gadis itu seperti kalangan menengah atas, terlihat agak londo pula. Tak hanya aura, Mahira bahkan memanggil 'Mami', ini seperti gadis londo yang memanggil orang tuanya dengan sebutan Papi atau Mami. Di tambah, nama panjang gadis itu sangat Eropa sekali. Jarang warga Indonesia menamai anaknya se Eropa itu di zaman tersebut.

"Mbak ngga pusing?"

Elizabeth tersenyum saat Mahira menanyakan dia pusing atau tidak menghadapi mata kuliah yang begitu banyak. "Memang pusing, tapi hasilnya tidak main-main. Saya bisa mendapat gelar sarjana, dan itu suatu kebanggaan,"

"Maka dari itu, meskipun kamu perempuan, kejar mimpi kamu setinggi mungkin, Mahira. Pendidikan itu tidak memandang gender," lanjut Elizabeth menasehati Mahira soal betapa pentingnya pendidikan bagi seorang perempuan.

"Kalau saya sudah besar nanti, saya mau kuliah seperti Mbak. Pesan mami saya juga begitu, saya harus mengenyam pendidikan setinggi mungkin," Elizabeth kembali mendongak saat Mahira menyebut soal maminya lagi.

"Wahh, Mami kamu berati berpendidikan tinggi ya?"

"Iya, dia memang menikah sama papi saya di usia delapan belas tahun, tapi Alhamdulillah papi mengizinkan mami untuk lanjut ke jenjang yang lebih tinggi," Elizabeth langsung penasaran soal siapa sebenarnya orang tua Mahira. Mumpung gadis ini mulai terbuka soal keluarganya. Ternyata gadis ini benar dari keluarga berpendidikan, tapi mungkin kekayaan keluarga ini anjlok karena suatu hal.

"Papi kamu sepertinya sangat menghargai wanita, ya. Saya salut sama papi kamu itu,"

"Saya bangga jadi putrinya, meskipun saya tidak sempat merasakan langsung kasih sayangnya, saya tetap bangga sama dia. Dia sayang banget sama Mami saya, bahkan rela melepas agamanya untuk menjadi imam yang baik untuk mami," Elizabeth agak melotot saat Mahira mengatakan bahwa ayahnya adalah seorang mu'alaf.

Elizabeth's Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang