Pierre tidak mengerti kenapa gadisnya ini bersikap dingin padanya selama seharian penuh. Mulai dari pagi hingga menjelang malam seperti ini. Bahkan Elizabeth menolak untuk di antar oleh Pierre untuk berangkat kuliah tadi pagi. Elizabeth malah meminta tolong Rama untuk mengantarkannya ke kampus yang membuat Pierre mengalami 'gosong brutal' di hatinya.
Pierre berusaha untuk mengajak Elizabeth bicara berdua, siapa tahu dia mempunyai kesalahan yang tidak dia sadari hingga membuat gadis kesayangannya itu bersikap dingin dan kesal padanya. Tapi, saat selalu ingin mengajak Elizabeth berbicara, Elizabeth langsung melesat menghindar darinya tanpa memberi Pierre kesempatan untuk mengutarakan satu katapun.
Tak hanya bingung, Pierre juga frustasi melihat tingkah dingin gadisnya ini secara tiba-tiba. Padahal kalau di fikir-fikit, Pierre tidak bertingkah bodoh atau membuat Elizabeth kesal kemarin. Mereka masih bertingkah biasa saja, dan terkadang mencuri kesempatan untuk bermesraan secara rahasia.
"Mas Rama!" Lamunan Pierre terpecah saat mendengar suara Elizabeth memanggil nama salah satu ajudan pamannya itu. Para ajudan memang sedang membersihkan halaman depan paviliun khusus ajudan, termasuk Rama dan Pierre.
"Ada apa, non?" Tanya Rama lalu bangun dari jongkoknya saat Elizabeth memanggil namanya. Elizabeth berjalan mendekat ke arah Rama, melewati Pierre tanpa melirik perwira zeni tersebut yang merupakan pacar rahasianya.
"Mas bisa tolong antarkan Izzie ke toko kecantikan? Beberapa make-up punyaku habis dan aku juga harus beli alat-alat baru," Pierre lagi-lagi gosong saat Elizabeth malah meminta pertolongan ke Rama, padahal dia punya pacar yang bisa di andalkan. Kenapa minta tolong lagi ke Rama?!
Rama bukan menjawab, dia malah melirik ke arah Pierre yang sedang menatap tidak suka interaksinya dengan Elizabeth. Munculah perasaan tidak enak saat Pierre memberi tatapan sinis padanya.
"Mas kok ngga menjawab? Bisa nggak?" Elizabeth mengkerutkan keningnya heran saat melihat pria yang empat tahun lebih tua darinya itu tidak menjawab pertanyaannya.
"B-Bisa kok non, saya akan-"
"Biar saya saja yang antarkan Elizabeth, Rama," potong Pierre dingin sebelum Rama menyelesaikan ucapannya. Elizabeth langsung mendelik tajam saat Pierre memotong ucapan Rama.
"Saya tidak minta tolong ke anda," ketus Elizabeth menatap Pierre tidak suka. Tiga ajudan senior Pak Nas, yaitu Sumargono, Misbach, dan Hamdan saling berpandangan satu sama lain saat melihat tingkah tidak biasa Elizabeth terhadap Pierre. Mereka terbiasa melihat interaksi 'hangat' antara Pierre dan Elizabeth, tapi dua orang ini sepertinya sedang bertengkar.
"Rama sedang di butuhkan di sini, lagipula bagian pekerjaan saya sudah selesai. Jadi, lebih baik saya yang antar kamu ke tempat yang kamu mau itu," ucap Pierre dingin menatap gadisnya itu. Jujur, dia tidak tahan jika Elizabeth marah padanya tanpa alasan.
"Tapi saya ngga mau sama kamu!" Balas Elizabeth tajam yang membuat Hamdan, Misbach, dan Sumargono melongo kaget saat Elizabeth berkata dengan aura tajam kepada Pierre. Sedangkan Rama yang berjarak dekat dengan Elizabeth dan Pierre tentu saja merasa canggung dan semakin tidak enak. Huh, menyaksikan pasangan bertengkar di versi ini bukan hal yang enak untuk di jadikan drama. Karena yang sedang 'marah' satu sama lain ini keponakan Jenderal dan ajudan sang Jenderal. Auranya pasti sangat berbeda.
"Pierre benar, nona. Saya sangat di butuhkan di sini, lebih baik Pierre yang mengantarkan nona. Lagipula, nona lebih dekat dengan Pierre,"
"Cukup katakan saja kamu tidak mau mengantarkan saya kan?" Rama di dalam hati mengaduh karena Elizabeth menganggap dirinya tidak mau mengantarkannya ke tempat yang dia inginkan hari ini.
"Om Hamdan, tolong anter Izzie!" Hamdan langsung gelagapan saat Elizabeth secara tiba-tiba menyebut namanya dan memintanya untuk mengantarkannya.
"Nona, pekerjaan saya masih banyak," ucap Hamdan yang masih di liputi kaget karena secara tiba-tiba dirinya di 'tarik' ke lingkaran kemarahan Elizabeth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elizabeth's Past
Ficción histórica[ON GOING] [TYPO BERTEBARAN] Dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi makam kekasihnya yang gugur akibat peristiwa berdarah pada tahun 1965 lalu, Elizabeth mengalami sebuah kecelakaan hebat. Mobil yang dia kendarai tertabrak sebuah truk bermuatan...