23. Strange Dreams, Warm Hugs, and Jealousy

318 48 8
                                    

CW : KISSING

___

Elizabeth mengerjapkan matanya saat tubuhnya di guncang oleh seseorang secara perlahan. Perlahan, dia membuka matanya untuk melihat siapa orang yang menganggu tidurnya di malam selarut ini.

Namun, saat matanya sepenuhnya terbuka, nyawa Elizabeth yang awalnya belum terkumpul langsung tertarik kedalam tubuhnya dalam sekejap saat melihat siapa yang membangunkan dirinya ini. Dia melihat orang yang begitu mirip dengannya. Tidak, bukan mirip dengannya, melainkan dirinya sendiri di versi yang lebih dewasa duduk di atas kasurnya. Orang mana yang tidak akan syok saat melihat diri mereka sendiri di versi yang lebih dewasa, duduk pula di hadapan mereka.

"S-SIAPA KAMU?!" Pekik Elizabeth bangun dari ranjangnya, menatap horor wanita yang benar-benar duplikat dirinya saat memasuki  usia sekitar tiga puluh-an dulu. Wanita itu terlihat tenang, dia memberi Elizabeth sebuah senyum yang sangat cantik. Ini memang benar-benar dirinya.

"Kenapa kamu takut begitu? Saya adalah diri kamu sendiri, Elizabeth," ujarnya pelan, menatap Elizabeth seolah-olah bahwa Elizabeth itu seperti putrinya. Dirinya memakai gaun putih dengan rambut yang di sanggul, mirip seperti wanita di film horor. "Tenanglah, saya hanya ingin mengatakan beberapa hal," lanjutnya lalu bangun mendekati Elizabeth yang menjauh darinya. Dia berdiri menghadap Elizabeth begitu anggun, entah kenapa Elizabeth merasakan aura keibuan yang begitu kuat dari wanita ini. Alias dirinya sendiri.

"Dengar, Elizabeth. Takdir manusia tidak akan pernah berubah, jika kisah cintamu berakhir tragis, maka akan tetap seperti itu. Sebanyak apapun kau mengulang kehidupan, itu tidak akan mengubah takdir cintamu yang telah di tentukan," rasa takut Elizabeth langsung berubah ke rasa kesal dan marah. Bisa-bisanya wanita ini mengatakan hal itu dengan mudah padanya.

"Jadi kau ingin mengatakan hal tidak berguna itu? Tidak, takdir itu bisa di rubah. Aku di kirim ke sini untuk merubah segalanya, aku ingin menang. Sudah cukup aku selalu mengalah dengan takdir, itu memuakkan," wanita itu terkekeh mendengar apa yang Elizabeth katakan dengan nada kesalnya.

"Ternyata benar, kau memang egois," Elizabeth menyalang marah saat wanita tersebut mengatakan dirinya egois. Nada bicara wanita itu tetap tenang meskipun memberikan ejekan atau hinaan pada Elizabeth.

"Jadi kau menghina dirimu sendiri? Atas dasar apa bahwa aku egois?!" Tanya Elizabeth marah, tangannya mengepal kuat. Bisa saja dia langsung menonjok wanita tersebut.

"Kau egois karena membuat diriku meninggalkan kenangan terakhirnya di saat kenangan itu masih membutuhkan aku karena kau terlalu berlarut dalam kesedihan! Tuhan kembali menghukummu lagi, dia merangkai garis cintamu selalu berakhir tragis karena perbuatan egoismu!" Balas wanita itu tajam namun tenang, Elizabeth memukul kuat nakas di samping tempat tidurnya, dirinya benar-benar akan bergulat dengan dirinya sendiri yang justru malah menghina.

"Takdir yang egois padaku! Takdir merenggut segalanya, merenggut cintaku, orang tuaku, sadariku! Segalanya! Dan sekarang aku yang dibilang egois?! Sungguh pujian yang bagus," sarkas Elizabeth dan tersenyum pahit, dia mendongak angkuh menatap wanita yang merupakan dirinya sendiri. "Dengarkan aku mahkluk tak kasat mata, aku tidak akan membiarkan takdir merebut Pierre lagi, dia harus hidup hingga tua nanti bersamaku. Aku akan mengubah segalanya. Aku yang akan menang kali ini," wanita itu tersenyum miring menatap Elizabeth yang dengan angkuhnya berkata seperti itu.

Elizabeth's Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang