"Mbak yakin tidak mau menginap denganku dan Mama?" Tanya Yanti memastikan saat Elizabeth hendak pamit pulang setelah rangkaian acara telah selesai. Elizabeth tersenyum, dia mengusap pelan bahu Yanti. "Lain kali Mbak akan berkunjung lagi dan menginap denganmu dan Tante Nas. Hari ini Mbak tidak bisa, karena Mbak ada beberapa pekerjaan yang harus di urus di Bogor," ucap Elizabeth lembut. Setelah acara selesai, Bu Nas dan Yanti meminta Elizabeth untuk menginap bersama dengan mereka, tapi Elizabeth dengan halus menolaknya karena ada alasan pekerjaan di Tangerang.
Ya, saat usianya sudah tiga puluh tahun, Elizabeth memutuskan pindah ke Bogor, tepatnya di daerah puncak untuk mencari ketenangan dan kesibukan sendiri. Dia sempat berkarir di Kedutaan Besar Republik Indonesia, namun memutuskan untuk berhenti dan pindah ke Bogor. Di Bogor, Elizabeth membuka toko kue dan roti, mengikuti jejak mendiang ibunya. Toko tersebut sangat terkenal di seluruh kawasan Bogor. Entah itu bagian kotanya atau kabupaten. Beberapa turis yang datang ke Bogor pasti selalu mampir ke toko kue milik Elizabeth untuk membeli oleh-oleh untuk keluarga, kerabat dan sahabat mereka. Toko kue tersebut di namai IzzieBeth Cake & Bakery.
Pak Nas, Bu Nas, dan keluarga Yanti rutin mengunjungi toko Elizabeth di setiap tahun baru atau hari libur Idul Fitri. Saat Pak Nas meninggal delapan tahun yang lalu, Elizabeth lebih sering berkunjung kembali ke Jakarta. Apalagi di saat peringatan hari kematian Pak Nas. Elizabeth tidak pernah absen untuk hal itu, sama seperti dirinya di saat nyekar untuk Pierre dan Ade di setiap tanggal 1 Oktober.
"Kamu menyetir sendirian, nduk?" Tanya Bu Nas. Melihat keponakannya menyetir sendiri di usia senja tanpa pengawalan tentu saja membuat sang Tante khawatir berat. "Iya, Tante. Kan biasanya Izzie memang menyetir sendiri semenjak tinggal terpisah dengan om dan tante," jawab Elizabeth dengan senyum lembutnya. "Tante suruh salah satu ajudan tante buat kawal kamu ke Bogor ya, nduk," ucapnya dengan nada khawatir. Elizabeth menggeleng, dia selalu menolak tawaran tantenya itu untuk pulang dalam keadaan di kawal saja. Apalagi usianya sudah senja seperti ini. Perasaan was-was tentu saja selalu menghantui Bu Nas jika keponakannya pulang sendiri ke kediamannya di Bogor. Dia sudah di dahului oleh putrinya yang masih berusia lima tahun pada saat itu, tentu dia tidak ingin di dahului oleh anaknya yang lain. Bagaimanapun juga, Elizabeth adalah putrinya. Dia turut membantu mendidik dan membesarkan Elizabeth sejak 1957. Tentu ikatan batinnya dengan Elizabeth sama kuatnya seperti hubungan Pak Nas dengan gadis berdarah campuran Perancis-Inggris-Indonesia itu.
Saat Pak Nas masih hidup, Elizabeth pulang ke Bogor dalam keadaan di kawal oleh salah satu ajudannya. Elizabeth selalu menuruti apa yang di minta oleh Pak Nas. Namun, semenjak Pak Nas sudah meninggal dunia, Elizabeth tidak lagi di kawal secara rutin oleh ajudan yang kini menjaga keluarga Nasution. Itupun karena permintaan dirinya. Dia menjadi tidak enak hati semenjak Pak Nas tidak ada. Bu Nas terkadang harus tetap memaksanya agar pulang tetap di kawal ajudan. Meskipun kadang, paksaan dari beliau gagal.
"Ngga perlu, tante. Tante jangan khawatir, ya. Izzie bakal telfon kok pasti kalau Izzie sudah sampai di rumah," ucap Elizabeth lembut, mengelus bahu Bu Nas untuk meredakan rasa khawatir beliau. Bu Nas menghela nafas, lalu memegang tangan Elizabeth. "Yasudah, tapi kamu harus hati-hati, langsung hubungi tante jika sudah sampai Bogor, ya. Jangan lupa makan dengan teratur, minum vitamin rutin, tidur yang teratur, jangan lupa terus shalat dan berdo'a, kalau lelah di perjalanan mampir dulu ke rest area," Elizabeth terkekeh saat melihat ocehan bawel Bu Nas yang seperti mengingatkan anak remaja. Setua apapun usia anak-anaknya, Bu Nas tetap menganggap mereka masih kecil dan butuh perhatian khusus.
"Iya tante iya. Izzie pasti seperti itu kok," balas Elizabeth lembut. "Yasudah kalau begitu Izzie pamit ya, tante, Yanti. Sampaikan salam kepada keluarga kalian," Elizabeth menyalami Bu Nas dan mencium pipinya, Yanti mencium tangan Elizabeth dan tak lupa juga saling mencium pipi secara bergantian.
![](https://img.wattpad.com/cover/373507150-288-k526259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Elizabeth's Past
Fiction Historique[ON GOING] [TYPO BERTEBARAN] Dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi makam kekasihnya yang gugur akibat peristiwa berdarah pada tahun 1965 lalu, Elizabeth mengalami sebuah kecelakaan hebat. Mobil yang dia kendarai tertabrak sebuah truk bermuatan...