Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul satu lewat sepuluh. Seorang asisten guru sedang berjalan menuju ke sebuah ruang kelas kosong dimana dirinya akan mengajar.
Rasa khawatir menyelimuti, bukan hanya karena ia hendak berhadapan dengan Nathan, namun juga karena ia hendak meminta Nathan mengganti jadwal belajar mereka di hari Jumat nanti.
Salma sudah memutuskan untuk pergi bersama Daniel. Ia tahu akan terdengar aneh jika ia mengatakan ingin pergi untuk mencari ponsel baru, namun ia merasa lebih aneh lagi jika mengatakan bahwa dirinya hendak pergi berduaan dengan Daniel.
Kini Salma sudah sampai di depan kelas. Ia sengaja datang telat, sebab ia tahu Nathan pasti akan terlambat lagi seperti biasanya. Maka Salma datang telat juga supaya dirinya tidak menunggu terlalu lama.
Salma melangkah mauk ke dalan kelas yang ia pikir kosong. Gadis itu hampir berteriak karena ternyata, ada seorang laki-laki yang sudah duduk di bangku paling depan.
Jantung Salma hampir copot karena kaget. Ia melotot melihat murid tersebut.
"Telat sepuluh menit," ucap Nathan, sambul melihat ke arah jam dinding, kemudian ke arah Salma di dekat pintu.
Salma tercengang. Nathan sudah berada disini?? Bagaimana mungkin?? Biasanya ia selalu telat bahkan hampir satu jam!
"A-aku kirain kamu bakal ngaret lagi kaya biasanya," ucap Salma.
"Gak usah banyak alesan," sahut Nathan, membuat Salma tersentak.
"Maaf, aku gak bakal telat lagi habis ini," ucap Salma seketika, mengakui kesalahannya. Setelah itu Salma berjalan ke arah meja guru, dan meletakkan barang-barangnya.
Sebelum mulai mengajar, Salma mengingat harus melakukan sesuatu terlebih dahulu. Ia mengambil amplop cokelat dari dalam tasnya, kemudian menghampiri Nathan.
Salma berdiri di hadapan Nathan yang duduk memperhatikannya. Iapun memberikan amplop tersebut padanya.
"Ini, aku mau balikin uang orangtua kamu," ucap Salma.
Nathan mengernyit mendengarnya. Ia tidak bergerak dan mengatakan apapun, namun Salma paham bahwa Nathan mempertanyakan apa maksudnya.
"Kemaren, waktu aku ketiduran di kamar kamu, pak Dani tetep transfer uang bayaran ngajar ke aku, terus waktu aku pingsan di kelas, dia juga transfer."
"Aku gak ngerasa dua hari itu pantes dibayar, karena aku gak ngajar kamu secara maksimal, jadi uangnya kubalikin aja ya, tolong kasihin orangtuamu."
Salma meletakkan amplop itu di atas meja Nathan, kemudian ia berbalik dan berjalan lagi ke depan.
"Kalo gitu kita mulai belajar hari ini ya, jadwalnya Matematika," ucap Salma.
Salma mengambil spidol di dekat papan tulis, kemudian mulai menuliskan materi yang sudah ia susun semalam.
Sementara di bangkunya, Nathan masih berdiam diri. Pandangannya terus tertuju ke arah Salma.
Nathan terus memandang wajah Salma, tanpa benar-benar mendengarkan apa yang gadis itu ucapkan. Nathan sedang bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa yang sesungguhnya ia rasakan terhadap gadis ini?
***
"Kalo gitu, materinya cukup buat hari ini, ada yang mau ditanyain?"
Salma berucap, pada satu-satunya murid yang ia ajari di ruangan kelas.
Salma sedari tadi sudah terus mengoceh di depan, entah apakah Nathan mendengarkannya atau tidak. Ia juga beberapa kali memberikan Nathan pertanyaan, namun laki-laki itu tetap saja terdiam dan melihat ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary First Love
RomanceSalma pernah mendengar kalimat yang terasa masuk akal di kepalanya, isinya adalah 'segala situasi yang diawali dengan kekejaman dan rasa sakit, tidak akan mudah mendapatkan akhir yang menyenangkan.' Mungkin itulah kenapa kisah cinta pertamanya teras...