Chapter 30. It Must Be Your Fault

2.4K 343 43
                                    

Saat ini di depan kamar rawat sebuah rumah sakit ternama, seorang gadis baru saja keluar dan berdiam diri disana.

Gadis itu terlihat menghela nafas panjang, dan berusaha menenangkan dirinya.

"Ini kamarnya Nathan?"

Tiba-tiba suara itu terdengar, membuat gadis bernama Valery yang berdiri di depan kamar kelas tertinggi itu kini menengok.

Noella, bersama kedua kawannya berjalan mendekat, menghampirinya.

"I-iya kak, ini kamarnya Nathan," jawab Valery segera, kemudian bergeser sedikit dari pandangan Noella.

Noellapun segera berjalan melewati gadis tersebut. Di dalam, ia melihat adiknya yang berbaring di atas kasur.

Kedua mata Nathan terpejam. Tak hanya infusan di tangan, namun juga ada oksigen yang terpasang di hidungnya sekarang.

"Mbak Noella."

Tatapan Noella kini teralih, ke arah seorang perempuan paruh baya yang berdiri dari kursi yang diduduki.

"Bi," ucap Noella. "Gimana? kata dokter apa? keadaannya Nathan gimana?"

"Mas Nathan sebenernya belum stabil kondisinya, harusnya dibawa ke ruang ICU, tapi bu Natasha tadi nelfon ke rumah sakit, dan minta mas Nathan biar dibawa ke ruang rawat aja, yang kelasnya paling bagus."

Noella yang mendengar itu tercengang. Kenapa ibunya malah memaksakan kehendaknya pada pihak rumah sakit??

"Kayanya bu Natasha gak mau mas Nathan di ICU, takut gak nyaman mungkin."

"Lah, kalo emang disuruh dokter di ICU ya mestinya dibawa kesana dong, kenapa malah maksa dibawa kesini?" sahut Noella kesal.

"Saya gak paham mbak," ucap bibi, yang hanya mengikuti Nathan kemanapun anak majikannya ini dibawa pergi.

Kini Noella berjalan dengan kesal ke arah Nathan. Ia melihat adiknya yang terbaring lemas di atas kasur pasien.

Bahkan disaat sedang sakit seperti ini, Nathan masih tetap harus jadi korban keegoisan ibunya sendiri.

"Ini berarti Nathan pingsan atau tidur doang?" tanya Noella.

"Belum sadar, mbak, kata dokter denyut jantungnya masih lemah, sama frekuensi nafasnya masih belum stabil."

Noella yang mendengar itu kini menelan ludahnya. Pantas saja Nathan semestinya berada di ruang ICU skearang. Adiknya bahkan belum bisa bangun karena kondisinya yang begitu parah.

Kini Noellapun mendekatkan tangannya ke arah kepala Nathan, kemudian mengusapnya dengan lembut. "Maaf," ucapnya, entah sudah ke berapa kali menyebutkan kata itu pada adiknya selama ini.

Kata maaf sepertinya sudah tidak lagi berarti, bahan Noellapun sudah muak mendengar dirinya sendiri. Ia menyadari betapa tidak bergunanya kata itu, jika tak ada yang bisa ia lakukan demi adiknya sendiri.

Kini Noella merasakan bendungan di kedua matanya. Ia duduk di kursi, kemudian memegang tangan Nathan dengan erat.

"Bangun, please," ucap Noella, sambil menempelkan tangan Nathan di dahinya.

Sementara itu, di area ruang tunggu, tiga orang gadis duduk berdekatan. Valery baru saja menjelaskan pada Evelyn yang bertanya padanya, soal keadaan Nathan.

"B-berarti dia harusnya di ruang ICU, tapi malah dibawa ke ruang rawat?" ucap Evelyn, yang duduk di samping Valery.

"Iya kak, tadi dokter bilang keadaan Nathan gak membaik, jadi harus dibawa ke ICU," tutur Valry.

"Tapi tante Natasha tetep kekeh maunya Nathan di ruang rawat aja, katanya semua perawatan yang diperluain di ruang ICU, dibawa aja ke ruangannya Nathan."

Scary First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang