Chapter 21. Tidak Boleh Naksir

3.6K 376 43
                                    

Di atas tempat tidur yang empuk, seorang gadis bersandar di kepala kasur dan terus dihimpit oleh laki-laki yang belum berhenti mencium bibirnya sedari tadi.

Kedua tangan Nathan memegang pinggang Salma, sementara kedua tangan Salma dilingkarkan oleh Nathan di lehernya, membuat mereka terlihat seperti pasangan yang sedang berciuman.

Namun itu hanya ilusi semata, sebab saat ini Salma sedang berjuang mati-matian untuk tidak pingsan. Ia bukan hanya kewalahan, namun kehabisan nafas setelah terus dicium bibirnya oleh Nathan dan dipaksa membalas ciumannya.

Bibir Salma terasa bengkak, menandakan bahwa sudah waktunya untuk berhenti.

Ketika Nathan sedang melepaskan penyatuan mereka, dan hendak mengganti posisi miring kepalanya, Salma langsung menutup mulut laki-laki itu menggunakan telapak tangannya.

Kini keduanya sama-sama terdiam dan saling menatap. Salma menatap Nathan sambil mengatur nafas yang terengah-engah, sementara Nathan terlihat jengkel, seolah kesal karena Salma menghalanginya melanjutkan ciuman ini.

"Nathan, kita udah ciuman hampir satu jam, udahan dong," ucap Salma, sambil menarik nafas panjang-panjang.

"Masa?" ucap Nathan, setelah melepas tangan Salma dari mulutnya.

"Iya! liat tuh! udah gelap!" sahut Salma kesal, sambil menunjuk ke arah jendela kamar Nathan.

Salma mengingat pemandangan diluar sana masih terang sebelum mereka mulai berciuman, dan kini sudah terlihat gelap.

"Aku capek.. hah.. istrirahat dulu," ucap Salma, sambil ngos-ngosan dan menatap Nathan dengan wajah yang memelas.

Nathan yang melihat itu masih terdiam. Pandangannya tertuju ke arah bibir Salma yang terlihat basah dan sedikit membengkak.

"Nathan, aku bisa pingsan kalo kita lanjutin ciuman ini," ucap Salma.

Nathan seketika tersenyum dan kembali menatap kedua mata Salma. Laki-laki itu mendekatkan wajahnya, dan menempelkan keningnya di kening Salma, membuat Salma panik, mengira Nathan hendak kembali mencium bibirnya.

"Ngebayangin kamu pingsan karena gak bisa nafas, kenapa malah bikin aku makin semangat?" ucap Nathan.

Kedua mata Salma membulat. Apakah ia salah dengar??

Aku?? kamu?? apa-apaan?? apakah laki-laki ini lupa pada jati dirinya sekarang??

"Ya soalnya kamu gila, gak normal, otaknya miring," sahut Salma seketika, berusaha menghiraukan gaya bicara Nathan yang berubah setelah berciuman dengannya.

Namun Nathan malah tersenyum. Nathan tersenyum karena menyadari perubahan besar. Hari-hari yang sudah berlalu kini jadi terlintas dalam pikirannya. Nathan masih mengingat betapa ketakutannya Salma ketika pertama kali berhadapan dengannya di dalam ruangan kelas, dan kini gadis ini sudah berani membalas ucapannya dengan kejam.

"Ayo, minum dulu yang tadi aku buatin, terus tidur, kamu udah janji tadi."

Nathan yang mendengar itu masih terdiam. Ia memperhatikan wajah Salma dengan seksama. Gadis ini memang terlihat kelelahan.

Akhirnya, Nathanpun menjauhkan dirinya. Ia turun dari kasur, kemudian berjalan ke arah meja.

Sementara Salma yang masih berada di kasur, kini menghela nafas lega. Salma sangat bersyukur Nathan mau mengikuti ucapannya.

Kini Salmapun berpindah juga. Ia duduk di tepi kasur, beristirahat sambil menatap Nathan yang sedang meminum ramuan yang tadi Salma buatkan.

Nathan terlihat meminumnya dengan tenang, padahal Salma tahu ramuan itu sangatlah pahit dan tidak enak.

Scary First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang