Di dalam sebuah mobil mewah yang hanya bisa dinaiki dua orang, seorang laki-laki dan perempuan duduk bersampingan.
Nathan sedari tadi tak berhenti tersenyum, membuat Salma yang duduk di sampingnya sesekali memukul lengannya dengan kesal.
Salma tak berhenti mengomel sepanjang perjalanan. Nathan juga selalu tertawa ketika mengingat ekspresi Salma tadi, ketika ia membukakan pintu untuknya dan memanggilnya 'tuan puteri.'
"Hahaha.."
Tawa Nathan kembali terdengar. Ia terkekeh geli sambil menyetir, membayangkan wajah Salma yang begitu merah tadi.
Salma berteriak kencang ketika Nathan mempersilahkannya masuk. Gadis ini mengamuk seolah ia merinding Nathan memanggilnya dengan julukan seperti itu.
"Kenapa ketawa?? diem!"
Salma di sampingnya kembali mendorong lengan Nathan dengan kesal. Salma menduga Nathan pasti masih menertawai kejadian tadi, ketika Salma berteriak kencang dan mengamuk padanya.
"Diem gak?! Nathan!" ucap Salma, semakin kesal.
Kini Nathan tersenyum dan menghentikan tawanya. Ia harus berhenti mengingatnya, atau ia tidak akan berhenti tertawa.
Namun kini Nathan jadi sadar, jika ia sedang membutuhkan hiburan, ia cukup memanggil gadis ini dengan julukan tuan puteri seperti tadi.
Suasana hening akhirnya kembali menyelimuti. Salma sedari tadi duduk sambil memeluk tasnya.
Mobil ini sangat mewah bahkan dibagian dalam. Udaranya dingin dan aromanya juga wangi seperti Salma sedang berada di dalam mall.
Pusing seketika Salma rasakan. Ia sedari tadi memusingkan hal yang sama, yaitu bagaimana jika ada yang melihatnya turun dari mobil orang kaya seperti ini? bagaimana jika ada yang mempertanyakan hal tersebut?? Salma harus berkata apa?? batinnya.
Salma kini mengambil sesuatu dari dalam tasnya, yaitu sebuah ponsel yang tidak menyala karena tenggelam di kolam renang.
Rasanya begitu menyedihkan, mengingat baru satu hari Salma memiliki ponsel baru ini. Apa yang harus Salma lakukan sekarang? ia tidak lagi memiliki alat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Drrt drrt
Tiba-tiba suara getaran itu terdengar, berasal dari ponsel yang tergeletak di atas dashboard mobil.
Salma mengerjap, kemudian melihat ke arah Nathan di sampingnya. Ia mengernyit karena Nathan yang terlihat fokus menyetir dan tak menanggapi panggilan tersebut.
Apakah Nathan tidak mau mengangkat telfon ketika sedang menyetir? batin Salma.
"Kenapa gak diangkat? mau aku pegangin?" tanya Salma.
"Pegangin apa?" sahut Nathan.
"Itu..?" ucap Salma lagi, sambil menunjuk ke arah ponsel di atas dashboard.
Seketika, kedua mata Salma membulat. Ia melihat nama sahabatnya, Evelyn, yang memanggil di ponsel tersebut.
"Kenapa gak diangkat?"
Tiba-tiba Nathan berucap, mengembalikan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan Salma tadi.
"Hah?" ucap Salma bingung.
"Itu ada yang nelfon, kenapa gak diangkat?" tanya Nathan.
Salma semakin mengernyit tak mengerti. Ia refleks mengambil ponsel berukuran besar itu, kemudian melihat dari dekat nama sahabatnya.
Panggilan itu akhirnya berhenti, karena Salma tak kunjung mengangkat, kemudian ia melihat pesan masuk ke ponsel itu.
"Salma? kamu dimana? hari ini jadwal kita sama kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary First Love
RomanceSalma pernah mendengar kalimat yang terasa masuk akal di kepalanya, isinya adalah 'segala situasi yang diawali dengan kekejaman dan rasa sakit, tidak akan mudah mendapatkan akhir yang menyenangkan.' Mungkin itulah kenapa kisah cinta pertamanya teras...