Saat ini di dalam ruang rawat yang terasa dingin, seorang laki-laki duduk di atas kasur, dan mengulurkan tangannya untuk diperiksa oleh perawat yang datang.
Dua orang perempuan yang baru masuk, kini terdiam dan memperhatikan.
Nathan melirik ke arah seorang gadis, yang kehadirannya berhasil menciptakan ketersentakan di dalam dirinya.
Kini pandangan Nathan teralih, ke arah bibi yang juga memperhatikan.
"Kenapa Salma ada disini?" tanyanya, membuat kedua perempuan itu sama-sama tersentak.
Bibi menelan ludahnya, dan melihat tatapan Nathan yang terlihat tajam ke arahnya.
"Kenapa dia ada disini?" tanya Nathan sekali lagi, karena bibi yang tak kunjung menjawabnya.
Bibi semakin panik, mengingat sebelum Nathan kehilangan kesadaran dan harus dibawa ke Rumah Sakit, ia sudah berkali-kali melarang bibi untuk memberitahu Salma mengenai semua ini. Nathan berkali-kali memperingati bahwa Salma tidak boleh tahu soal ini.
"Aku tau dari Noella."
Baru saja bibi hendak menjawab, Salma sudah duluan berucap.
"Aku tadi main di rumahnya Noella, jadi aku tau soal kamu dari dia," tuturnya.
Nathan yang mendengar itu hanya terdiam. Ia membalas tatapan Salma, yang juga menatapnya dengan penuh karaguan.
"Ck."
Kini Nathan berdecak kesal dan mengalihkan pandangannya, sementara perawat yang sedang memeriksa kesehatannya akhirnya selesai.
"Diminum dulu susunya," ucap perawat tersebut, sembari menyodorkan segelas susu hangat pada Nathan.
Nathan menghela nafas, kemudian menerimanya. Ia langsung meminum susu tersebut hingga habis tak tersisa.
Kini perawat itu menerima kembali gelas dari tangan Nathan, kemudian memintanya untuk beristirahat sebelum berjalan keluar dari ruangan.
Kini di dalam hanya ada tiga orang. Nathan yang duduk di atas kasur, bibi yang berdiri terdiam, serta Salma yang kini berjalan ke arah kursi, dan duduk dengan tenang.
Salma menatap Nathan, yang wajahnya masih terlihat jengkel. Kenapa? apakah laki-laki ini tidak mau Salma melihatnya disini?
"Kalo gitu, bibi keluar dulu ya."
Tiba-tiba bibi berucap, membuat Salma menengok dan mengangguk padanya.
Suaana hening yang menyelimuti ruangan, terasa cukup tegang saat ini. Salma masih memperhatikan ke arah Nathan, yang tidak mau melihat ke arahnya.
Salma berusaha memahami kenapa Nathan marah. Bukankah seharusnya, Salma yang marah?
Nathan tidak pernah mengatakan apapun padanya soal apa yang akan terjadi jika dirinya memakan cokelat. Nathan tidak pernah memberitahu Salma bahwa ia seharusnya sangat menghindari cokelat.
"Kamu harusnya gak disini."
Nathan tiba-tiba berucap, memecahkan suasana hening yang menyelimuti mereka.
"Mamaku bisa dateng tiba-tiba, tanpa ngabarin," lanjutnya.
Salma yang mendengar itu hanya bisa terdiam. Ia mengerti kenapa Nathan mengatakan hal tersebut padanya.
"A-aku tau," jawab Salma, membuat Nathan mengernyit dan menatapnya.
"Kalo udah tau, kenapa masih disini? pergi."
Ucapan Nathan berhasil membuat Salma terdiam. Ia memperhatikan Nathan, yang kembali mengalihkan pandangan darinya.
Apakah Nathan mengusir Salma dari sini, karena ia takut ibunya melihat, atau karena hal lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary First Love
RomanceSalma pernah mendengar kalimat yang terasa masuk akal di kepalanya, isinya adalah 'segala situasi yang diawali dengan kekejaman dan rasa sakit, tidak akan mudah mendapatkan akhir yang menyenangkan.' Mungkin itulah kenapa kisah cinta pertamanya teras...