Chapter 9. Sleeping on His Bed

3.3K 310 16
                                    

"Valery? udah pulang sayang?"

Saat ini di dalam sebuah rumah yang berukuran besar, seorang gadis baru saja masuk ke dalam, dan langsung mendengar suara ibunya.

"Udah ma," jawab Valery, pada ibunya yang berucap dari arah dapur.

"Kamu dianter Nathan lagi?"

"Ehm, Nathan nawarin bareng tadi," jawab Valery, sambil duduk di sofa dan melepas ranselnya.

"Duh dia lagi dia lagi, tapi kamu beneran kan cuma temenan sama Nathan? awas kalo sampe naksir, mama gakmau punya calon mantu anak badung kaya dia."

"Kamu kenapa sih gak deket aja sama kakak kelasmu yang baik itu? dia pasti mau sama kamu, mama bakal seneng banget kalo punya menantu kaya dia."

Valery mendengarkan ucapan ibunya sedari tadi, namun menghiraukannya. Ia masih kelas dua SMA, dan ibunya sudah berbicara terlalu jauh, batinnya.

Kini Valery sedang fokus melihat isi dari sebuah tas kecil yang ia bawa. Tas kecil itu terisi penuh dengan permen, berbagai jenis dan rasa.

Ketika mengantarnya pulang, Nathan menyempatkan mampir ke minimarket, lalu keluar sambil membawa tas kecil berisi permen. Apakah ia pikir, Valery bisa menghabiskan permen sebanyak ini? batinnya.

Namun kemudian Valery berdecak kesal dan melempar tas tersebut ke meja. Entah kenapa, ia tidak merasa senang menerima semua permen ini.

Pasalnya, yang Valery inginkan adalah permen yang tadi dipegang Nathan. Ia hanya ingin permen itu.

Atau lebih tepatnya, ia benci pada fakta bahwa Nathan tidak mau memberikan permen itu padanya, dan malah menggantinya dengan permen yang lain.

Kenapa? apa bedanya permen itu dengan permen-permen ini?? kenapa Nathan lebih memilih menyimpan permen tersebut dibanding memberikannya pada Valery??

Siapa yang sesungguhnya sudah memberikan permen itu pada Nathan??

***

Di dalam sebuah kelas yang masih sepi, seorang mahasiswi akhirnya sampai. Ia duduk dan menghela nafasnya pelan.

Salma sempat pulang ke rumah setelah dari sekolah. Ia memasakn maka siang dan membereskan pakaian. Setelah itu Salma langsung menuju kesini, untuk menjalani kelas sorenya di kampus.

Rasanya melelahkan. Namun ada satu yang lebih melelahkan lagi, yaitu memikirkan soal bocah bernama Nathan!

Siang tadi, pertemuan belajar mereka yang pertama sudah dilangsungkan, namun entah kenapa, Salma merasa pertemuan itu bukan bimbingan belajar, namun hanya main-main dan buang waktu saja.

Salma mengajari Nathan pelajaran matematika selama sepuluh menit, sepuluh menit lagi remaja laki-laki itu gunakan untuk merundung Salma dan bahkan mengancam untuk mencekiknya, lalu empat puluh menit lainnya Salma gunakan untuk menunggu Nathan yang telat masuk ke kelas, dan keluar lagi untuk merokok.

Sisa waktunya? Nathan gunakan untuk tidur, hingga Salma memilih untuk pulang.

Kini gadis itu memijat keningnya frustasi. Bagaimana ia bisa mendapatkan uang, jika Nathan saja tidak serius dengan bimbingannya??

Tet tot!

Tiba-tiba ponsel jadul Salma berbunyi, membuat Salma meraihnya, dan membaca pesan dari seseorang.

Ini adalah pesan dari pak Dani, yang mengatakan bahwa ia sudah mengirim 'uang bekal' untuk Salma, karena sudah membimbing Nathan hari ini.

Salma tersentak, tak menyangka ia akan menerima bayaran atas kinerjanya tadi? apakah ini tidak apa-apa?? batin gadis itu, entah kenapa merasa tidak pantas dibayar semahal ini, hanya untuk mengajari Nathan selama sepuluh menit lamanya.

Scary First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang