"Mbak Salma!"
Sore hari di suatu perumahan yang sederhana, seorang gadis baru saja turun dari mobil yang mengantarnya pulang.
Salma melihat adiknya, yang berjalan dengan tergesa menghampirinya. "Nadya," ucapnya tersenyum.
Kini mobil yang mengantar Salma sudah bergegas pergi, membuat Nadya yang baru saja tiba, terlihat penasaran.
"Mbak Salma.. dianter siapa?" tanyanya.
"Oh? itu supirnya temen aku," jawab Salma. Salma tahu Nathan bukan temannya, namun lebih baik menjawab seperti itu dibanding kesulitan.
"Mbak Salma, tangannya kenapa?"
Perhatian Salma teralihkan, setelah adiknya menunjuk ke arah pergelangan tangannya.
Salma tersentak, dan langsung buru-buru melepaskan perban kecil yang masih menempel disana, area dimana jarum infusan disuntik ke tubuhnya. Ia sudah berniat melepasnya di mobil tadi sebelum sampai rumah, namun ternyata dirinya tidak ingat.
"Mbak Salma sakit-"
"Ssst.."
Salma segera menutup mulut adiknya, agar tidak melanjutkan ucapannya.
"Ibu ada di rumah?" tanya Salma seketika, membuat Nadya mengerjap bingung, kemudian mengangguk.
Salma kini melepaskan tangannya dari mulut sang adik, kemudian ia berjongkok di hadapan Nadya.
"Iya, semalem mbak gak enak badan jadi harus disuntik, tapi mbak minta tolong kamu diem aja ya, Nadya? jangan ada yang tau lagi, terutama ibu sama bapak," tutur Salma.
"Mbak gak mau mereka khawatir, kasian mereka udah banyak tanggungan, banyak beban pikiran, jangan sampe mereka pusing juga mikirin soal ini," lanjutnya.
Nadya yang mendengar itu awalnya terdiam. Ia berusaha memahami maksud ucapan kakaknya, dan melihat tatapannya yang penuh harap padanya.
Akhirnya Nadyapun mengangguk, dan berjanji tidak akan memberitahu ayah maupun ibu mereka.
"Tapi mbak Salma sakit apa? udah minum obat?" tanya Nadya.
Kini gantian Salma yang terdiam. Salma tidak mungkin memberitahu adiknya, bahwa ia dirawat karena kekurangan gizi.
Walaupun Nadya masih kecil, bukan berarti ia tidak akan khawatir juga memikirkan Salma.
"Aku cuma demam aja kok, tapi karena Noella orangnya khawatiran, jadinya aku diajak ke puskesmas buat disuntik," jawab Salma berbohong, sambil kembali berdiri dari posisinya.
"Aku juga udah dikasih obat, jadi badanku udah enakan sekarang,"
"Ayo kita masuk," ucap Salma, memegang tangan adiknya kemudian mengajaknya berjalan.
Nadya menurut dan berjalan sambil memperhatikan Salma di sampingnya. Ia menatap kakaknya dengan khawatir, berharap Salma sungguhan baik-baik saja dan kondisinya sudah sehat.
***
Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Saat ini Salma baru kembali ke dalam kamarnya, setelah merapikan rumah yang cukup berantakan karena ditinggal olehnya sejak kemarin.
Salma berjalan dan duduk di tepi kasurnya. Ia menarik nafas panjang.
Sesungguhnya, dokter yang datang siang tadi untuk melihat keadaan Salma sekali lagi, mengatakan bahwa meskipun Salma sudah diizinkan melepas infusan, bukan berarti ia sudah bisa banyak beraktivitas.
Salma diminta istirahat sebanyak mungkin, dan mengonsumsi makanan bergizi agar kondisinya semakin pulih.
Namun mau bagaimana lagi? Salma memiliki tanggungjawab di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary First Love
RomansaSalma pernah mendengar kalimat yang terasa masuk akal di kepalanya, isinya adalah 'segala situasi yang diawali dengan kekejaman dan rasa sakit, tidak akan mudah mendapatkan akhir yang menyenangkan.' Mungkin itulah kenapa kisah cinta pertamanya teras...