23. Delusional

359 82 42
                                    

nas's notes: hi, aku kembali! akhirnya aku bisa mempublikasikan part ini dan aku akan publikasi sekaligus banyak, jadi tolong vote dan comment-nya. yang biasa baca offline juga boleh nyalakan dulu kuotanya dan vote baru matikan lagi.

pertanyaan karena aku baru balik: selain nicholas dan giandra (serta fabian sura di cerita sebelah), kalian penasaran sama pasangan siapa? atau karakterku yang mana kalau mereka punya pacar?

terima kasih banyak dan selamat membaca!

Jakarta, Indonesia
Early June 2026

Wanita yang bekerja sebagai Sekretaris Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu tampak terkejut dengan apa yang ia alami—bahkan tampak seperti mendapat durian runtuh.

Sejam yang lalu, Giandra meminta ia untuk datang ke rumahnya dan langsung menyodorkan paper bag. Paper bag tersebut berisi satu set pakaian yang sebelumnya sudah dikenakan oleh Giandra saat bertemu dengan Raka. Dibandingkan membiarkan pakaian tersebut berada di sudut walk-in-closet-nya, lebih baik ia berikan kepada sekretaris itu untuk dijual.

"Tapi ini mahal sekali, Giandra," ujar wanita muda itu saat menerima paper bag berwarna hitam, "aku tidak bisa menerimanya."

"Tolong terimalah. Aku tidak membelinya—bosmu yang membelikan untukku dan, sekarang, aku tidak ingin melihatnya lagi. Kamu bisa menjual pakaian tersebut," ujar Giandra dengan tatapan mata yang memperhatikan wajah wanita yang tampak gelisah.

"Bosku memberikan pakaian ini untukmu?!"

Giandra mengangguk dan membuka ponselnya. Ia menunjukkan sebuah penawaran dari situs jual beli luxury brand. "Kamu sudah tahu dan aku tidak menginginkannya. Sekarang, kamu bisa menjualnya ke temanku, dia mencari koleksi ini melalui stylist-nya dan dia berkenan untuk membayar preloved dari pakaian ini—tentu saja setelah kamu membawanya ke laundry." Wanita dengan iris cokelat itu menjelaskan dan kembali menutup ponselnya. "Hanya kamu dan aku yang tahu pakaian ini berakhir ke mana. Uangnya akan berguna untuk membayar UKT adikmu, bukan?"

Meskipun awalnya ia ragu, namun mata sekretaris itu tampak berkaca-kaca. Awalnya ia seperti ingin menyerah dengan situasi keluarganya dan sekarang ia mendapat rezeki secara tidak terduga—walaupun rezeki yang ia peroleh berasal dari wanita yang diajak pergi oleh Raka Purnomo.

"Terima kasih banyak, Giandra," ucapnya sembari merogoh sticky notes dari tas berukuran kecil dan mencatat sesuatu dengan bolpoin bertinta hitam. Setelah selesai, ia memberikan selembar kertas kuning tersebut kepada Giandra, "hubungi aku jika, suatu saat, kamu membutuhkan bantuan."

Jemari Giandra menerima secarik kertas sticky notes berwarna kuning dengan sopan dan membacanya. "Aku menghargainya. Terima kasih."

.


.


.

Setelah menyelesaikan beberapa ronde permainan dengan seorang wanita muda dan membersihkan diri, Raka pun langsung mempersiapkan dirinya untuk tidur. Ia mengenakan piyama dan menyemprotkan parfum dengan aroma kayu cendana. Sementara Clara Antonia, seorang aktris A-List Indonesia, tampak mengeringkan rambut ikalnya dengan Dyson.

Clara sudah lama menjadi wanita simpanan Raka Purnomo sebelum istri dari pria itu kecelakaan. Sebelum bertemu dengan Raka dan menjadi simpanan lelaki itu, Clara adalah aktris yang sudah lama berkarier sejak muda dan berwajah polos khas wanita dari kampung. Setelah musibah yang ia alami saat perilisan filmnya, Clara harus rehat sementara dan menjalani operasi plastik (atas saran Raka).

Setelah berkenalan dengan Raka, gadis polos dari desa pun menjelma menjadi wanita cantik yang lama tinggal di ibu kota. Tak banyak orang yang tahu, aktris papan atas ini sudah menjadi selir kesayangan Wakil Menteri tampan dengan aura yang membahayakan.

Jemari wanita itu menyemprotkan parfum dengan wewangian bunga, lalu ia menghampiri Raka yang sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur. Kini tangan Clara tampak mengusap rambut Raka dengan lembut.

"Pikiranmu resah karena anak itu, Raka?" tanya Clara yang bertanya sembari mengecup leher lelaki kesayangannya itu.

Raka menganggukkan kepalanya. "Kamu tahu, Sayang? Aku berasal dari keluarga orang kaya lama, aku memiliki kekayaanku sendiri, dan aku belajar di luar negeri. Sayangnya, aku tidak bisa memiliki Giandra dengan hal-hal itu. Aku dan Giandraku setara, namun aku merasa ada seseorang yang menghalangiku .... "

"Memangnya siapa yang menghalangimu?"

"Nicholas Wiradikarta," ucap Raka dengan nada yang tampak sebal saat menyebut nama lelaki lain dan Raka menjeda ucapannya saat Clara mulai mendekatkan tubuhnya, "tidak penting, Clara, dia hanya pegawai Kemlu biasa."

"Pegawai Kemlu biasa, tapi kamu terlihat secemburu itu saat menyebut namanya." Clara bergumam sembari mencoba memeluk Raka dari belakang. "Kenapa kamu bisa merasakan kalau lelaki itu menghalangimu?"

Akhirnya Raka memutar tubuhnya untuk melihat wajah Clara. Tangan lelaki itu tampak mengusap kepala wanita dengan helaian rambut merah yang sudah dikeringkan. "Dia tampan dan pintar juga. Bahkan bisa mengambil gelar ganda dan melanjutkan magister ke luar negeri. Keluarganya juga jelas—ayahnya pernah menjadi Menteri Luar Negeri di kabinet sebelumnya dan keluarganya benar-benar orang kaya lama."

"Sainganmu setara, ya." Clara merespon dan mencoba untuk tersenyum dengan deretan gigi yang tersusun rapi. Pikiran wanita muda itu langsung mengarahkannya dengan ide yang tak terduga. "Apa kamu berani untuk bermain dengan ilmu hitam untuk mendapatkan Giandra?"

Sebenarnya bagi Raka, ia hanya ingin memenangkan Giandra dengan usahanya sendiri. Dia bukanlah teman-teman politisinya yang bermain kotor untuk mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Raka hanya ingin Giandra mengingat dan membalas cinta darinya dengan cara yang natural.

"Aku tidak serendah itu, Clara. Aku tahu nilaiku," jawab Raka sembari membenamkan kepala pada tubuh wanita muda kesayangannya, "aku begitu menginginkan Giandra untuk diriku sendiri, Clara."

"Kamu boleh meremehkan saranku, namun kamu akan berterimakasih padaku," tegas Clara sembari menyentuh pipi Raka dan mengecupnya, "lagipula kamu ini sebenarnya jahat, bahkan jahat banget, tapi bodoh."

"Aku tidak bodoh," bantah Raka sembari menghela nafasnya.

"Mana Raka Purnomo yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau?" Clara tampak memancing Raka dan mencoba untuk membisikkan sesuatu di telinga pria itu. "Bahkan kamu bisa mencelakai istrimu sampai tak berdaya. Kalau menculik atau meracuni ... gampang, lah, buat kamu."

Lelaki tampan itu hanya menghela nafasnya. Ia mencoba untuk bangun dari posisinya dan menciumi wanita muda itu dengan penuh gairah. Seperti biasa, bibir Clara memang manis, bahkan jauh lebih manis saat berbicara hal yang membuatnya antusias.

Sementara Clara sendiri sudah membalas ciuman Raka dan membiarkan lelaki itu menciumi lehernya. "Wangimu enak sekali dan bibirmu manis." Raka memuji dengan perasaan puas sembari mengusap bibir Clara.

"Giandra memang masih kecil bagiku, namun aku akan mengajarinya ... yang aku pikirkan adalah aku akan mengajarinya untuk berhenti menolakku dan membiarkan aku mencoba bibirnya yang selalu segar seperti buah ceri," bisik Raka di telinga Clara sembari menahan tubuh wanita tersebut dan, lagi-lagi, menciumi bibir sembari membayangkan dirinya berciuman dengan Giandra.

Dengan fantasi tentang kegairahan dan kasih sayang dengan wanita yang belum tentu menjadi miliknya—bahkan di kehidupan manapun.

TBC

Published August 27th, 2024

The InheritanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang