17. Revelation

458 109 46
                                    

nas's notes: akhirnya aku update kilat untuk part 17 dan semoga kalian suka yaaa! please tinggalkan vote dan comment apapun.

kalo kalian baca secara offline, kalian bisa nyalain kuota kalian dan vote terus matikan lagi yaaa.

untuk yang belum sempat baca part bonus dari part 16, boleh dibaca dulu yaa karena ada clue dari si kampret. 

terima kasih dan selamat membaca! <333

Jakarta, Indonesia
End of May 2026

"Kalian ke sini seperti tidak ada rumah saja."

"Karena rumahnya di orang, Kak." Aqsad mengatakannya sembari meminum kopi yang ia bawa. "Kalau orangnya pergi, ya otomatis rumahku juga pergi."

"Kamu beli rumah di mana yang bisa dibawa pergi?" Giandra bertanya dan lama-lama ia mengetahui maksud dari ucapan Aqsad barusan adalah sebuah kiasan yang populer di media sosial Indonesia. "HOOOOOH ... aku mengerti."

Setelah payroll, Giandra, Aqsad, dan Sura sepakat untuk main bersama. Tentu saja, mereka akan berkumpul di rumah Giandra untuk membunuh waktu. Pemilik rumah akan menyalakan pendingin udara di ruang tengah dan mereka akan duduk di atas karpet sembari menikmati kopi dingin yang dibelikan oleh Aqsad.

Rencana di akhir pekan ini ialah mereka akan jalan bertiga. Sayangnya, mereka masih belum memutuskan pusat perbelanjaan mana yang akan mereka kunjungi kali ini. Sura akan senang hati jika ia bisa ke Grand Indonesia, Aqsad bebas asal jangan ke Kota Kasablanka karena mereka sangat ramai di akhir pekan, dan Giandra ingin ke Pondok Indah Mall atau Plaza Indonesia untuk melihat diskon di salah satu butik dari Spanyol yang menjual perabotan rumah mewah.

"Kita bisa ke PI lalu ke GI. Parkir valet di PI aja, tapi nanti kita menyebrang jalan kaki." Giandra memberikan usul kepada teman-temannya. Sebagai orang yang terlalu sering menghabiskan waktu di luar rumah, tentu ia tahu pengambilan keputusan terkait dengan pusat perbelanjaan mana lagi yang harus dikunjungi oleh Giandra.

"Boleh! Kita makan di GI, ya," ucap Sura yang terlihat antusias dengan perjalanan mereka nanti, "aku mau makan sushi."

"Boleeeeeh."

Tuntas juga pembahas soal pusat perbelanjaan dan makan malam mereka nanti. Sekarang Sura mulai teringat dengan tawaran yang ia ajukan pada Giandra dari kunjungan terakhirnya. "Gi, ngomong-ngomong, bagaimana soal tawaran dariku?"

Giandra pun tak lupa karena ia sudah memikirkannya. Lebih tepatnya, ia memikirkan cara ia mengaku pada teman-temannya. Selama ini ia menutupi perasaannya dan lelaki yang ia taksir hanya karena ia belum yakin untuk mengungkapkannya. Apalagi, hal ini menjadi pertama untuk dirinya yang belum pernah melibatkan dirinya dalam hubungan romantis. 

"Aku boleh buat pengakuan, enggak?" Giandra berkata dengan nada yang penuh kepasrahan dan memeluk bantal sofanya.

"Kak, kamu enggak apa-apa, 'kan?" tanya Aqsad yang merasa agak khawatir.

"Gi, bilang aja. Ada apa?" Sura menanggapi dengan perasaan khawatir. "Aku cemas jika kamu ingin membuat pengakuan. Rasanya seperti aku yang ingin membuat pengakuan."

Akhirnya Giandra pun menarik nafasnya. "Sebenarnya crush yang tidak aku beritahu namanya dan aku ceritakan karena dia tampak tidak ada ketertarikan denganku itu adalah Nicholas Wiradikarta."

"HAH ... APA?!" 

"APA SIH ... aku sudah lama menyukai sama kakakmu, Sura ...." Giandra mengaku untuk kedua kalinya dan merasa perasaannya sudah lebih lega karena selama ini ia menyembunyikannya. Hanya saja, kali ini Giandra merasa malu dengan dirinya sendiri. 

"JADI YANG KEMARIN KAMU MAU FIRST DATE SAMA CRUSH-MU ITU ... KAMU FIRST DATE SAMA KAK NICKY?!"

"Iya, Sur ...."

"Sumpah, Giandra, aku benar-benar lemas ... kamu menolak Adipati Jawa sama Si Pengacara Kondang hanya untuk kakakku? Crush-mu yang tidak jelas dan hanya bisa ajakin kamu jalan itu adalah kakakku?" Sura mencoba menanyakan kembali sembari mencerna pikirannya. "Kenapa kamu tidak cerita soal ini, Sayang?"

"Aku enggak cerita ke semua orang hidup," ucap Giandra sembari meminum es kopinya sembari mengendalikan dirinya. Mata Giandra mulai berkaca-kaca dan ia mencoba untuk mengendalikan ekspresi wajahnya, "aku enggak cerita karena aku takut dan sekarang aku malu banget."

Sura menarik tubuh Giandra yang duduk di sebelahnya dan mendekapnya dalam tubuhnya untuk memeluknya dengan erat. "Enggak apa-apa, Gi ... ini pertama kalinya untukmu ... Kamu enggak perlu malu kalau kamu baru pertama kali suka sama lelaki ...."

"Tidak apa-apa, Kak Gi. Selama ini Kakak selalu melakukan yang terbaik untuk hal-hal yang Kak Gi suka, jadi kalau Kakak mulai membuka diri untuk hal-hal romansa, aku yakin Kak Gi bisa."  Aqsad mengatakannya sembari berusaha menenangkan Giandra yang masih dipeluk oleh Sura, "sejak kapan Kak Gi suka sama Mas Nicholas?"

"After my first medal in the Asian Games. Two thousand nineteen I think."

"Oh fuck,"  umpat Aqsad secara spontan, "lama banget, anjing."

"Aqsad!"

"KAK GI ... MAAF .... " Aqsad mengatakannya dengan panik dan membuat Giandra menangis lebih lama. Sura langsung memukul bahunya Aqsad dengan pelan. "SUMPAH TEH, KALAU AKU DITAKSIR SAMA KAK GI, SUDAH PASTI AKU MERASA MALU KARENA AKU YANG TIDAK TAHU DIRI."

Sementara Sura sendiri langsung memahami kenapa Nicholas meminta dirinya untuk menjodohkan sahabat baiknya dengan kakaknya. Sebenarnya dapat dipahami bahwa yang dibutuhkan oleh Giandra dan Nicholas adalah pengakuan satu sama lain atas perasaan mereka yang sudah sejak lama.

"Masuk akal karena dia memintaku untuk menjodohkanmu dan dia juga bilang kalau dia sudah lama menyukaimu." Sura bergumam sembari mengusap rambut Giandra dengan perlahan. "Jangan maafin kakakku, ya. Dia memang idiot. Hanya bisa mengajakmu jalan dan memintaku menjodohkan kalian, tapi dia tidak mau mengakui perasaannya."

"Hai ... Giandra kenapa?"

Saat menyadari bahwa suara yang terdengar bukanlah suara Mba Yaya, Giandra pun menaikkan wajahnya dan menyadari bahwa Nicholas sedang melihat mereka bertiga yang duduk bertiga di atas karpet persia.

Memang Giandra biasa mengizinkan Nicholas untuk masuk ke rumahnya dan Mba Yaya tahu itu, namun wanita muda itu benar-benar terkejut saat Nicholas melihat wajahnya dengan mata sembab dan ditenangkan oleh Sura dan Aqsad.

"Schmendrik." Kini giliran Sura yang memberikan umpatan yang, tentu saja, hanya dimengerti oleh penutur Yiddish seperti Nicholas. Sura masih berusaha untuk menahan dirinya dan membuat kakaknya yang polos itu terlihat bodoh dalam situasi saat ini.

"Sura, kamu mengatakan kalau aku idiot?" ucap Giandra yang mengatakannya secara tiba-tiba dan membuat Sura dan Nicholas melotot terkejut.

"Sayang, enggak. Aku enggak cursing ke kamu. Aku cursing ke kakakku," ucap Sura yang berusaha untuk menenangkan Giandra bersamanya sembari mengusap punggungnya, "memang kakakku idiot."

TBC

published on August 10th, 2024

nas's notes: Schmendrik (or schmendrick or shmendrick) is a word for idiot in Yiddish. Of course, the Wiradikarta siblings can speak Yiddish, jadi sebenarnya curse word dari Sura itu memang untuk Nicholas, tapi Giandra tahu. Well, ini juga curse word yang cukup diketahui di serial US (atau memang ia sering mendengar Nicholas mengumpat sendiri).

aku mau interaksi, ah, dari part ini. jadi please di jawab lewat reply, ya.

pertanyaan: kalian mengharapkan scene apa lagi dari cerita ini? :"D

The InheritanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang