20. The New Article of Clothing

524 105 41
                                    

nas's notes: kalau aku double update, itu karena aku lagi happy.

jadi aku minta tolong untuk para readers agar vote kedua part saat aku double update, jangan hanya part yang di-update terakhir. jujur jomplang banget kalo lihat statistiknya.

aku ingin mengejar 30 votes di tiap part, terutama untuk part 18, jadi yang sebelumnya belum pernah vote atau belum vote part sebelum sebelumnya, ayo vote dulu sebelum baca part ini.

sebelum baca, tolong vote dulu yaaaa. kalau kalian bacanya offline, boleh dinyalain dulu terus vote dan matikan lagi.

.


.


.

Jakarta, Indonesia
End of May 2026

Kamu tahu? Aku sudah lama menunggu Nicholas. Kemarin dia baru dari Davos, Buenos Aires, dan Singapura yang membuat Nicholas jarang menghubungiku secara real time. Sayangnya kemarin ia datang hanya untuk mengantarkan aku cokelat karena tahu aku akan pergi. Aku merindukannya, tahu.

Giandra membatin saat iris kecokelatannya melihat George, boneka beruangnya yang dibelikan Nicholas, yang ia taruh di meja rias. Ia tampak sedang melakukan retouch pada riasannya dan menyemprotkan parfum aroma teh kesukaannya. Setelah selesai menyiapkan dirinya sendiri, Giandra pun turun ke pintu depan karena telinganya telah menangkap suara bel. Mba Yaya tidak membukakan pintu karena sudah berpamitan untuk bertemu teman-temannya.

Setelah Nicholas berjumpa dengan pemilik rumah, Giandra pun langsung melihat Nicholas dengan wajah yang cemas dan mata sembabnya. Wanita muda pun mengajak Nicholas untuk masuk ke dalam rumahnya dan duduk bersama di sofa ruang tengah. Mata Nicholas hanya memandangi ruangan tengah yang biasa menjadi tempatnya bertemu Giandra—baik untuk menemani Giandra menulis atau mengobrol berdua sambil memakan kue.

Ruang tengah Giandra terdapat sofa, karpet persia, serta beberapa dekorasi menarik—porselain tiongkok, medali olimpiade dari dua kompetisi terakhir, foto-foto Giandra dan momentum pentingnya, hingga potrer lukisan orang tua Giandra (yang terkadang, Nicholas atau tamu yang berkunjung merasa sedang diperhatikan).

Kali ini, Nicholas merasakan hal yang berbeda. Pikirannya kalang kabut karena pertemuannya dengan Raka barusan. Mereka berdua hanya saling bertukar pandang sembari memberikan kode siapa yang akan memulai lebih dahulu. Sementara Giandra memilih untuk mengambil pergelangan tangan Nicholas dan mengusapnya hingga ke telapak tangan lelaki tersebut.

Kak Nicky benar-benar khawatir. Sayangnya, ia tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri karena ia sudah terlalu banyak mengkhawatirkan aku. Giandra membatin dan mengangkat wajahnya untuk melihat ekspresi wajah lelaki tersebut. Ia mulai terpikir untuk menawari Nicholas sesuatu yang dapat menenangkannya. "Kak Nicky, aku boleh peluk Kakak, enggak? Aku merindukanmu."

Giandra sudah merindukan aku secepat itu? Aku tidak bisa menolak permintaannya karena aku juga merindukannya. Aku akan gila jika tidak mengabulkan permintaan anak kecil ini. Nicholas mulai membatin dan permintaan Giandra itupun ia kabulkan dengan anggukan kepala. Wanita muda tersebut langsung memeluknya dengan erat. Tangannya meraih helaian rambut cokelat gelapnya dan mengusap punggungnya Nicholas. Sementara Nicholas mengendus wangi parfum Giandra yang terdapat kombinasi aroma seduhan teh dan bunga.

"You good, Gi?" tanya Nicholas yang tampak berasumsi kalau Giandra sedang memiliki masalah.

Sayangnya, Giandra langsung menganggukan kepalanya dengan pelahan dan tersenyum. Ia melepaskan pelukannya, namun tangannya tetap memegangi telapak tangan Nicholas dengan lembut. "Bukan aku, tapi kamu."

The InheritanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang